BRAGA: Denyut Seni yang Tak Pernah Padam di Pusat Kota Bandung
Seni di Jalan Braga memang bukan baru. Di sini, berdiri galeri seni yang cukup tersohor, Rumah Seni Ropih.
Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bandung selalu punya cara memikat. Salah satunya lewat Jalan Braga. Deretan bangunan tua, hingga mural di dinding-dindingnya menjadikan Braga seolah tak pernah kehabisan cerita.
Siang hari, wisatawan berjalan santai sambil berfoto di trotoar. Malamnya, suasana semakin hidup dengan musik mengalun, dan di antara keramaian itu ada tangan-tangan seniman muda yang sibuk menorehkan karya.
Seni di Jalan Braga memang bukan baru. Di sini, berdiri galeri seni yang cukup tersohor, Rumah Seni Ropih. Meski begitu, kawasan ini tetap panggung terbuka untuk siapa saja unjuk kebolehan dari pemain musik akustik, penjual lukisan kanvas, hingga seniman lukis wajah, hingga tato temporer.
Salah satu wajah muda di trotoar Braga adalah Carlos, 24 tahun. Perawakannya sederhana, tangannya cekatan menggambar. Lahir di Nusa Tenggara Barat (NTB), besar di Bali, dia kini memilih Braga sebagai tempatnya menetap sekaligus berkarya.
“Saya sering bolak-balik, kadang Bali, kadang Jakarta. Tapi di Braga ini rasanya pas, cocok untuk belajar dan cari pengalaman,” katanya, saat ditemui di kawasan Braga, Kota Bandung, Sabtu (27/9/2025).
Carlos menekuni tato temporer sekaligus melukis wajah. Keduanya ia pelajari secara otodidak sejak remaja.
“Dari usia 16 sudah suka gambar. Awalnya di kertas, lama-lama berani coba tato. Rasanya kayak kecanduan, gambar itu sudah ngalir di darah,” ujarnya.
Tato temporer dan melukis sketsa memang jadi andalan. Selain aman, sifatnya sementara sehingga digemari anak muda.
Ada dua pilihan: yang bertahan seminggu atau sebulan. Harganya pun ramah kantong, mulai Rp10.000 hingga Rp200.000.
“Kalau permanen, mulai Rp500 ribu ke atas. Di Bandung harga segitu masih bisa menjangkau banyak kalangan,” jelasnya.
Inspirasi datang dari banyak hal. Tidak hanya dari lingkungan seniman, tapi juga dari bacaan filsafat. Nama Friedrich Nietzsche bahkan ia sebut sebagai tokoh yang memberi pengaruh.
“Pemikiran Nietzsche soal hidup itu dalam banget. Saya merasa nyambung, jadi dorongan juga buat terus berkarya,” katanya.
Meski kerap harus berjaga hingga larut malam bahkan 24 jam di akhir pekan, Carlos tidak mengeluh. Justru energi itu datang dari interaksi dengan orang-orang yang ia temui.
Proses Berdamai dengan Diri Sendiri
Menurut Carlos, tato temporer digemari anak muda yang ingin tampil keren tanpa risiko permanen. Motif yang diminta pun beragam, mulai dari simbol populer, gambar hewan, hingga desain yang sedang tren di media sosial.
“Kalau tato bermakna khusus, itu biasanya hanya segelintir orang. Kebanyakan anak muda pilih yang keren saja,” ujarnya.
Namun, ada pula permintaan ekstrem dari pelanggan.
"Pernah ada yang minta tato di bagian tubuh yang sebenarnya kurang pantas ditato. Saya biasanya kasih saran kalau memang tato punya makna, sebaiknya di tempat tertutup atau bagian yang aman,” imbuhnya.
Meski terlihat sederhana, bagi Carlos setiap tato menyimpan filosofi. Ia tak menganjurkan semua orang menato tubuhnya, terutama permanen, kecuali jika gambar itu benar-benar berarti.
“Kalau sudah punya makna mendalam untuk hidup kita, silakan. Tapi kalau cuma ikut tren, saya sarankan pilih yang temporer saja,” katanya.
Baginya, seni tato hingga sketsa bukan hanya soal keindahan visual, tapi juga proses berdamai dengan diri sendiri.
“Ketika terjun di dalam dunia seni bukan ada kepuasan atau seperti apa. Lebih bisa memahami diri sendiri, berdamai dengan diri sendiri dan ketika kita dalam kondisi situasi apapun, kita bisa masih tetap mensyukuri itu sih," ujar Carlos. (*)
Jumlah Riders Perempuan Meningkat, Pakaian Nyaman dan Wangi Dukung Mobilitas Sehari-hari |
![]() |
---|
Gramedia Hadirkan The Heritage Hunter di Bandung: Jelajah Sejarah, Rayakan Budaya |
![]() |
---|
40 Lokasi Nobar Persib vs Persita Tangerang Malam Ini di Bandung hingga Cimahi, Bobotoh Merapat |
![]() |
---|
Layanan AHU dan KI Kemenkum Jabar Jadi Primadona di Gebyar Pelayanan Publik Kota Bandung |
![]() |
---|
Hari Jadi Kota Bandung, Akademisi Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Inovasi dan Kolaborasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.