Kasus Influenza Pada Anak Meningkat, Dokter Jelaskan Perbedaan dengan Bapil Biasa

Kekhawatiran tengah melanda para orang tua di berbagai daerah karena maraknya kasus virus influenza A dan B pada anak.

SHUTTERSTOCK
INFLUENZA - Ilustrasi virus dan bakteri. Kekhawatiran tengah melanda para orang tua di berbagai daerah karena maraknya kasus virus influenza A dan B pada anak dalam beberapa waktu terakhir. 

Virus influenza terbagi menjadi beberapa tipe: A, B, C, dan D. Menurutnya, influenza A merupakan tipe yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan pandemi dan menyebar luas di masyarakat. 

Sementara Influenza B umumnya lebih ringan, namun laporan terbaru menunjukkan bahwa kasusnya juga bisa menimbulkan gejala berat.

“Influenza A bisa menyebabkan pandemi dan korban banyak, sementara influenza B biasanya lebih ringan tapi tetap bisa menimbulkan keparahan,” ujarnya.

Ia pun mengungkapkan data dari berbagai rumah sakit di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan jumlah pasien anak yang dirawat karena infeksi influenza, terutama tipe A dan B. 

Ia  menyebut bahwa hal ini bukan berarti virusnya baru muncul, melainkan karena teknologi deteksi kini lebih baik sehingga penyebab penyakit bisa diidentifikasi dengan jelas.

“Sebenarnya kasus flu berat itu sudah lama ada. Tapi dulu tidak terdeteksi karena tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium. Sekarang rumah sakit sudah bisa mendeteksi virus influenza, makanya kasusnya mulai banyak dilaporkan,” kata Nasiti.

Dokter Nastiti juga menjelaskan bahwa pola peningkatan influenza di Indonesia berbeda dengan negara empat musim. 

Di Amerika, Kanada, dan Eropa, kasus flu meningkat saat musim dingin (Oktober–Maret). 

Sementara di Australia dan Selandia Baru, lonjakan kasus justru terjadi di bulan Juli, saat wilayah itu mengalami musim dingin.

“Di Indonesia yang beriklim tropis, kasus influenza bisa terjadi sepanjang tahun. Tapi memang biasanya meningkat di musim hujan, mulai Oktober sampai Maret,” ujarnya merujuk pada data Global Influenza Surveillance.

Laporan dunia menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat 3–5 juta kasus influenza berat dan hingga 650 ribu kematian akibat komplikasi pernapasan. 

Di Amerika Serikat saja, menurut CDC, pada periode 2024–2025 tercatat sekitar 100 ribu kematian akibat influenza.

Meningkatnya kasus influenza A dan B di Indonesia, dr. Nastiti mengingatkan masyarakat agar tidak menyepelekan batuk pilek yang disertai demam tinggi dan lemas. 

Orang tua diminta segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika gejala tampak berat atau tak kunjung membaik.

“Kalau anak demam tinggi, lemas, dan sulit makan atau minum, jangan tunggu lama. Segera periksa ke dokter,” pesannya.

Ia juga menekankan pentingnya pencegahan melalui vaksinasi influenza tahunan, terutama untuk anak, lansia, dan kelompok risiko tinggi.

“Flu bisa dicegah dengan vaksin, risiko gejala berat dan komplikasi jauh berkurang. Jadi jangan anggap enteng,” ucap dr. Nastiti. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved