Pengabdian kepada Masyarakat Unigal
Mesin Rebus Air Otomatis Karya Dosen Unigal Dorong UMKM Kertasari
Melalui PKM, Dosen dan mahasiswa Unigal merancang mesin rebus air otomatis khusus bagi UMKM Air Rebus di Blok Samoja, Kelurahan Kertasari, Ciamis.
Penulis: Ai Sani Nuraini | Editor: Arief Permadi
Oleh Ai Sani Nuraini, Jurnalis Tribun Priangan
UPAYA meningkatkan daya saing UMKM di Kabupaten Ciamis kembali mendapat suntikan semangat dari dunia akademisi.
Melalui program pengabdian kepada masyarakat (PKM), dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Galuh (Unigal) menghadirkan inovasi teknologi yang langsung memberi manfaat nyata bagi pelaku usaha lokal.
Adalah Ir Slamet Riyadi, dosen Prodi Teknik Mesin Unigal, bersama tim mahasiswa lintas jurusan, yang merancang mesin rebus air otomatis khusus bagi UMKM Air Rebus di Blok Samoja, Kelurahan Kertasari, Kecamatan Ciamis.
Inovasi ini menjawab keluhan klasik pelaku usaha yang selama bertahun-tahun bergantung pada metode perebusan manual.
“Dulu produksi maksimal hanya 10 galon per hari, karena prosesnya masih manual. Sekarang bisa tembus 25 sampai 30 galon per hari,” jelas Slamet Riyadi, Sabtu (20/9/2025).
Selain menambah jumlah produksi, mesin ini juga menjamin higienitas dan kualitas air.
Sistem otomatis memungkinkan suhu perebusan lebih stabil dan terkontrol, sehingga menghasilkan air rebus yang lebih aman dan konsisten.
Proses pembuatan mesin ini melibatkan dua keilmuan. Jurusan Teknik Mesin menggarap desain mekanikal, sementara Jurusan Sistem Informasi merancang sistem sensor dan kontrol otomatis.
“Butuh waktu hampir dua bulan, mulai dari desain, pembuatan, uji coba, sampai pelatihan karyawan UMKM. Memang sempat terkendala sensor suhu, tapi bisa segera diatasi,” terang Slamet.
Bagi Slamet, keberhasilan proyek ini bukan sekadar menghadirkan mesin baru, tapi model pemberdayaan UMKM berbasis teknologi.
“Kalau UMKM bisa berkembang, otomatis membuka lapangan kerja baru dan menggerakkan ekonomi lokal,” tambahnya.
Bagi UMKM Air Rebus Kertasari, mesin ini jadi titik balik. Imoh, pengelola usaha, mengaku produksi kini lebih efisien dan menghemat tenaga.
“Kalau dulu semua serba manual, sekarang tinggal atur mesin, pekerjaan lebih ringan. Produksi meningkat signifikan, dan penjualan pun mulai terasa lebih baik,” ungkapnya.
Saat ini UMKM tersebut melibatkan sekitar 10 pekerja, dengan distribusi produk masih terbatas di wilayah RW 8 dan RW 9 Desa Kertasari.
Namun, dengan kapasitas baru, peluang memperluas jaringan pemasaran terbuka lebar.
“Harapannya, usaha ini bisa lebih besar, membantu ekonomi warga sekaligus menyediakan air rebus higienis untuk kesehatan,” lanjut Imoh.
Inovasi mesin rebus otomatis ini menegaskan bahwa peran perguruan tinggi tidak berhenti di ruang kelas. Kampus juga bisa melahirkan solusi konkret untuk kebutuhan masyarakat.(adv)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.