SE Gubernur Jabar Atasi SIswa Nakal

Sekda Sebut SE Larangan Hukuman Fisik kepada Siswa di Jabar Bakal Berlaku untuk SD hingga SMA

Dalam SE tersebut, kata Herman, diatur sanksi apa yang harus diberikan ketika siswa melakukan kesalahan atau melanggar aturan.

|
Youtube Tribun Jabar
Sekda Jabar Herman Suryatman (KIRI). Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KANAN). Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat, Herman Suryatman mengatakan, SE tentang larangan guru memberikan hukuman fisik kepada siswa di sekolah berlaku untuk semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan termasuk Madrasah Aliyah di bawah Kementerian Agama.  

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi resmi mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang larangan guru memberikan hukuman fisik kepada siswa di sekolah

Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat, Herman Suryatman mengatakan, SE tersebut berlaku untuk semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan termasuk Madrasah Aliyah di bawah Kementerian Agama. 

"Saya kira sudah jelas, sudah dibuatkan dan sudah didistribusikan, kami mengharapkan jajaran Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kemenag (menerapkan sanksi) intinya edukatif dan pedagogik," ujar Herman, Senin (10/11/2025).

Dalam SE tersebut, kata Herman, diatur sanksi apa yang harus diberikan ketika siswa melakukan kesalahan atau melanggar aturan.

"Intinya penyelesaian anak-anak yang khusus ini harus edukatif, jadi menyelesaikan masalah, tanpa masalah, bukan dengan menimbulkan masalah baru, ini kan pendidikan jadi kalaupun ada hukuman, harus edukatif," katanya. 

Dikatakan Herman, sanksi atau hukuman terhadap siswa nakal di sekolah ini, dapat diganti dengan membersihkan kelas atau sanksi sosial lainnya.

"Pak Gubernur menyampaikan misalnya dengan kerjabakti, bersih-bersih di sekolah kan bagus tuh, dulu waktu kita sekolah kan ada piket," ucapnya.

Menurutnya, SE tersebut bertujuan agar hukuman yang diberikan kepada siswa proporsional, sehingga anak melakukan perbaikan. 

"Karena sebetulnya dinamika anak-anak ini kan khas, harus dilakukan dengan pendekatan pedagogik, tidak bisa yang lain," katanya.

"Dinamika selalu ada, apalagi sekarang era media sosial, kalau tidak diedukasi dengan baik, bisa jadi informasi dari media sosial lebih jauh mempengaruhi anak daripada edukasi dari guru dan orang tua, makanya harus ada kolaborasi, sekolah, pemerintah, orang dan masyarakat," tambahnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved