Lahan Blok Cangkuang Cidahu Sukabumi Rusak: Pemerintah Diminta Jadikan Hutan Rakyat

Dari total luas HGU 109 hektare, sekitar 20 hektare direncanakan untuk dilepaskan kepada masyarakat.

Istimewa/ Dok Tim Advokasi Warga Cidahu
CEK KERUSAKAN LAHAN - Saat pengecekan kerusakan lahan di Blok Cangkuang Cidahu Sukabumi. 

"Jadi gini kemarin kita sudah bahas, tapi nanti kita bahas juga kaitan dengan peralihan gitu. Intinya saya nanti akan datang ke sana," tutupnya. 

Sebelumnya diberitakan, Kekhawatiran warga Kecamatan Cidahu yang berada di lereng Gunung Salak, Kabupaten Sukabumi, akhirnya menjadi kenyataan. 

Bencana ekologis melanda kawasan tersebut setelah hujan deras mengguyur wilayah sekitar Gunung Salak pada Minggu (03/08/2025), menyebabkan dua sungai utama, yakni Sungai Cibojong di Cidahu dan Sungai Rasamala di Cicurug, meluap.

Air meluap dengan cepat, membanjiri area pemukiman dan lahan pertanian yang ada di sekitar bantaran sungai. Bencana longsor di Cidahu dan Cicurug juga terjadi.

Banjir juga mengganggu aktivitas serta memicu kepanikan di tengah masyarakat. Salah satu dugaan penyebab utama meluapnya sungai adalah menurunnya daya resapan kawasan hulu, terutama di blok Cangkuang

Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Rohadi (75) menyebut, kerusakan dan penebangan pohon-pohon masif dilakukan sejak dua tahun terakhir.

Jenis-jenis pohon bernilai tinggi seperti Mangong, Damar, Jengjeng, Pasah, Saninten, dan Puspa ditebang secara masif. Bahkan pohon Pinus dan Damar yang sebelumnya ditanam untuk program penghijauan pun ikut menjadi Ditebang. 

"Diperkirakan lebih dari 15.000 batang pohon telah ditebang. Dari sekitar 70 hektare hutan, hampir separuhnya kini dalam kondisi gundul," ujarnya, Senin (28/07/2025) lalu.

Rohadi juga mengungkapkan, kerusakan hutan telah menimbulkan dampak serius bagi warga di tiga desa yang bergantung pada aliran air dari Blok Cangkuang

Seperti di Desa Cidahu, Jayabakti, dan Pondokaso. Debit air bersih menurun drastis, dan kualitas air memburuk. 

"Air yang dulu jernih, sekarang cepat keruh walau hanya hujan ringan. Kolam-kolam penampungan yang biasanya penuh, kini hanya terisi setengah," ungkapnya.

Bencana banjir bandang pertama tercatat dua tahun lalu tepatnya pada Oktober 2022 di kawasan Pondokaso akibat meluapnya sungai Cibojong membawa lumpur dan ranting-ranting yang merusak permukiman. 

Rohadi menyebut, sungai Cibojong merupakan tempat bertemunya dua aliran air dari sungai Cibogo Cidahu dan aliran sungai Cirasamala Cicurug yang keduanya dari arah Gunung Salak yang melewati blok Cangkuang.

Kekhawatiran warga semakin besar, karena akar-akar pohon yang dulu menahan air kini telah membusuk dan tak lagi berfungsi.

"Dampak dua tahun lalu terjadi penebangan terjadi banjir bandang sampai Pondokaso, Pasirdoton," ucapnya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved