Permukiman di Kampung Cinawing, Desa Paku Alam, memang tampak kembali di dasar waduk yang surut.
Puing-puing bangunan yang sudah tak lagi menampakkan bentuk aslina dapat terlihat.
Jalan penghubung dua kecamatan, yakni Kecamatan Darmaraja dan Kecamatan Jatigede juga terlihat.
Jalan beraspal itu terendam lama dan kini aspalnya sudah rusak.
Jatigede telah diairi pada delapan tahun lalu.
Bagi Zlatan, mencari bata merah sudah menjadi keasyikan tersendiri.
Sebabnya, dari aktivitas itu, dia punya penghasilan lebih dari sekedar meminta jajan kepada ayah dan ibunya. Sang ibu, Apon Roheti (37) bekerja sebagai pedagang kudapan keliling juga.
"Bata merah saja. Kondisinya banyak yang bagus. Kalau batu mah, saya enggak tahu. enggak pernah ngumpulkan batu," katanya.
Di tengah puing-puing itu, Zlatan tak sendiri.
Ada pula orang lain yang datang ke tempat itu, entah untuk sama-sama mencari bata merah, atau warga yang dulu tinggal di tempat itu sebelum akhirnya pindah karena terdampak pembangunan waduk itu.
Warga banyak yang datang untuk melihat kembali tanah lahir mereka dan rumah yang mereka tinggali dulu.
Sebagian besar rumah-rumah itu tak lagi ada bentuknya, hanya tembok-tembok berserakan.
Selain dengan tujuan "ziarah" tanah lahir, warga ada yang sekedar datang untuk berfoto dan kebanyakan adalah orang-orang yang bermaksud memancing ikan di waduk itu. (*)