Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Forum Orangtua Siswa (Fortusis) Jawa Barat menerima laporan sebanyak 25 orangtua murid yang melaporkan adanya dugaan kecurangan dalam penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023.
Koordinator Fortusis Jabar, Dwi Soebawanto menjelaskan dari laporan-laporan yang masuk disebutkan pada jalur prestasi akademi angka-angkanya tak masuk akal yang ditengarai adanya transaksi ketika di SMP asalnya.
"Contoh, ada anak yang nilainya 9,2 tapi mengapa masih ada yang 9,6? Padahal, nilainya itu ketika di sekolah menjadi yang tertinggi. Ini diduga adanya transaksi membeli angka," ujarnya saat dihubungi, Selasa (20/6/2023).
"Lalu, saya pun mencoba menanyakan ke orangtua siswa itu apakah ada bukti anak ibu dengan orang yang ditengarai melakukan transaksi itu," kata Dwi.
Baca juga: Tata Cara Daftar Ulang PPDB SMA/SMK 2023 di Jawa Barat, Pastikan Bawa Beberapa Syarat Dokumen Ini
"Dan, ada pula contoh lain di Bekasi, ada anak yang rendah saat SMP dengan ranking 9 dan 10. Tapi, ranking 1-3 tak diterima," ujarnya.
"Saya pun bertanya apakah ada buktinya dengan menceritakan narasi untuk dapat dipertanggungjawabkan ketika dibawa ke ranah hukum," ucapnya.
Dwi menambahkan, untuk jalur yang mempunyai daftar keterangan warga tak mampu, ada beberapa laporan yang masuk dengan tidak diterima anaknya, padahal sudah tak mampu bahkan jarak yang dekat juga tak diterima.
"Ada orangtua siswa yang mengadukan bahwa dia memasukkan anaknya lewat jalur tak mampu tak diterima padahal dekat jarak rumahnya dengan sekolah," ujar Dwi.
Entah ini karena kuota yang habis atau bukan, tapi yang jelas harus ditelusuri, karena biasanya ketika mulai sekolah itu suka ada saja yang siswa siluman," katanya.
"Jatah orang miskin berkurang, jatah prestasi berkurang, semua kuota akhirnya dibeli oleh yang berduit," ujarnya.
Baca juga: PPDB Kota Bandung 2023 Tahap 1 Ditutup Kemarin, Ini Jadwal Pengumuman dan Cara Lapor Kecurangan
Mengenai penyelenggaraan PPDB 2023 sejauh ini, Dwi pun mengaku secara regulasi tidaklah berubah dengan PPDB sebelumnya.
Jadi, karena tak ada perubahan membuat PPDB tahun ini terasa aman.
"PPDB online itu sudah menjadi hal biasa. Nanti, biasanya panik setelah anak-anaknya enggak diterima baik tahap 1 dan 2. Pemikiran yang terbangun di Kota Bandung itu negeri mindet," katanya.
"Tapi, di negara maju justru lebih banyak pilihan itu ke sekolah swasta yang dijamin pelayanan dan kualitasnya," ucap Dwi.