Bank Sampah Amal Tangani Sampah Kompetisi FPBL, Hadirkan Inovasi Bernuansa Basket

Bank Sampah Amal Haqiqi dipercaya mengelola sampah pada acara FPBL Jawa Barat

Editor: Siti Fatimah
Dok Rumah Amal
INOVASI - Bank Sampah Amal Haqiqi, program binaan Rumah Amal Garut, setelah sukses menangani sampah di event run for humanity, komunitas ini dipercaya mengelola sampah di kompetisi basket Favorite Preanger Basketball League (FPBL) Jawa Barat. Pada kegiatan ini juga menjadi ajang penerapan dua inovasi pengelolaan sampah. 

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Sahabat Amal, Bank Sampah Amal Haqiqi, program binaan Rumah Amal Garut, memperluas kiprah pengelolaan sampah dari tingkat rumah tangga hingga ke ajang publik berskala besar.

Setelah sukses menangani sampah di event run for humanity, komunitas ini dipercaya mengelola sampah di kompetisi basket Favorite Preanger Basketball League (FPBL) Jawa Barat yang diselenggarakan di SOR Ciateul, Garut. 

Kompetisi basket pelajar yang berlangsung selama dua pekan hingga 16 Agustus 2025 ini menjadi ajang penerapan dua inovasi pengelolaan sampah.

Baca juga: Soal Sampah, Dedi Mulyadi Siapkan Hukuman dan Penghargaan untuk Desa atau Kelurahan di Jawa Barat

Pertama, Plincap tempat sampah botol plastik yang memisahkan tutup dan badan botol.

Terinspirasi permainan tradisional, pengunjung dapat “menembak” botol ke lubang seperti memasukkan bola basket, sedangkan tutup botolnya dipisahkan di bagian depan.

Inovasi kedua adalah tempat sampah tematik yang dilengkapi ring basket di setiap mulut wadah.

Selain memberi nuansa kompetisi, desain ini memudahkan pengunjung memilah sampah menjadi tiga kategori: organik, anorganik, dan residu.

Selama sepekan, terkumpul 636 kilogram sampah. Rinciannya, 295 kilogram organik, 144 kilogram anorganik, dan 196 kilogram residu.

Sampah organik diolah bersama Deka Kebon melalui bio-konversi maggot untuk dijadikan pakan ayam.

Baca juga: Lewat KKN dan Riset. Pemprov Jabar Menggaet Perguruan Tinggi untuk Mengatasi Sampah dan Pengangguran

Sampah anorganik dipilah kembali sebelum dijual ke pabrik daur ulang, sedangkan residu dibawa ke TPA.

Sejak berdiri pada 2022 di Desa Ciburuy, Kecamatan Bayongbong, Bank Sampah Amal Haqiqi menerapkan konsep ekonomi sirkular berbasis pemberdayaan masyarakat.

Uniknya, warga penyetor sampah disebut “nasabah” yang dibagi dalam tiga kategori: good (menukar sampah dengan sembako bersubsidi donatur), better (menyisihkan 2,5 persen tabungan untuk sedekah), dan best (menyedekahkan seluruh sampah yang disetor).

Dengan visi menjadi pusat layanan, edukasi, dan inovasi pengelolaan sampah, Bank Sampah Amal Haqiqi menempatkan FPBL sebagai ajang memperluas edukasi publik.

Mereka membuktikan, pengelolaan sampah dapat dikemas interaktif tanpa meninggalkan tujuan utamanya: menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved