Masalah Sampah di Pasar Gedebage Akhirnya Teratasi, Puluhan Ton Disulap Menjadi Kompos

Penumpukan sampah di kawasan Pasar Gedebage, Kota Bandung kini mulai teratasi karena akan segera diolah menggunakan teknologi menjadi kompos.

bandung.go.id
SAMPAH PASAR CARINGIN - Foto arsip pengelolaan sampah di Pasar Caringin, Kota Bandung. Masalah penumpukan sampah di kawasan Pasar Gedebage, Kota Bandung kini mulai teratasi karena akan segera diolah menggunakan teknologi menjadi kompos yang memiliki nilai ekonomi tinggi. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Masalah penumpukan sampah di kawasan Pasar Gedebage, Kota Bandung kini mulai teratasi karena akan segera diolah menggunakan teknologi menjadi kompos yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Berdasarkan pantauan Tribun Jabar, Selasa (12/8/2025) tumpukan sampah belakang pasar, kini sudah menghilang karena sudah diolah menggunakan teknologi biodigester, hingga akhirnya sampah yang asalnya jadi masalah, kini menjadi bermanfaat.

Sampah itu disulap menjadi kompos oleh perusahaan pengelola sampah di Pasar Gedebage yakni CV Prosignal Karya Lestari yang memang sudah berkomitmen untuk menyelesaikan masalah penumpukan sampah di pasar ini.

"Alhamdulillah pengolahan sampah di Pasar Gedebage ini sudah mencapai minimal 20 ton perharinya," ujar Direktur Utama CV Prosignal Karya Lestari, Aldi Ridwansyah saat ditemui di Pasar Gedebage, Selasa (12/8/2025).

Baca juga: Analisis Pakar Soal Monorel di Kota Bandung, Bisa Campur Aduk: Dari Dulu Sering Rencana

Saat ini pihaknya sedang berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung untuk memaksimalkan pengolahan sampah organik. Dengan upaya ini, kata Aldi, maka tidak akan ada lagi sampah yang menumpuk berhari-hari.

"Sekarang kalau teman-teman bisa lihat, di depan sudah tidak ada timpukan. Kalau timbulan pun pasti sampahnya masih baru gitu, bukan yang sudah seminggu lalu, dan 3 hari yang lalu pun tidak ada disini," katanya.

Aldi mengatakan, jika ditambah dengan sabut kelapa, total produksi sampah di Pasar Gedebage ini mencapai 20 ton per hari. Tetapi, untuk sabut kelapa tersebut kebanyakan langsung dibawa pulang oleh para pedagang dan pengirimnya.
 
"Jadi sekarang itu sekitar di 11 sampai 15 ton per hari, tapi sekarang mulai masuk dari Pasar Ujungberung sekitar 3 ton itu pun bercampur dengan sampah sapuan jalan," ucap Aldi.

Selain itu, pihaknya juga mulai menampung sampah dari kewilayahan seperti Kelurahan Cipadung Wetan dan Kelurahan Mekarmulya. Dari dua kelurahan tersebut rata-rata pihaknya mengolah sampah 400 ton per RW.
 
"Itu gratis, karena pemerintah yang bayar ya. Kalau kita kan menerima tipping fee dari pemerintah, terus untuk pengolahan sampah ada tim lagi dari kami yaitu Bisnis Development," katanya.

Baca juga: Reaktivasi Bandara Husein Harus Terintegrasi Industri PTDI, Farhan Ingin Manfaatkan Pesawat Kecil

Sementara Direktur Bisnis Development CV Prosignal Karya, Ali Yusuf mengatakan, untuk output dari pengolahan sampah di Pasar Gedebage ini meliputi kompos cair, kompos padat, cocopeat atau media tanam, dan coco fiber.

"Itu adalah produk inti yang timbulannya cukup lumayan besar bagi Prosignal, shingga kita akan melakukan pengembangan. Insya Allah akan berjalan pada bulan September, kami bekerjasama denga UMKM lokal agar menjadi produk yang punya nilai ekonomi tinggi," ujar Ali.

Ia mengatakan, produk pengolahan sampah itu nantinya akan dijual dengan harga menyesuaikan permintaan pasar. Sehingga dengan cara seperti ini pihaknya bisa menciptakan inovasi ekonomi sirkular yang nantinya akan berdampak baik bagi perekonomian masyarakat.

"Untuk produknya akan dikembangkan di mitra-mitra kami. Cuman untuk bahan bakunya, kompos cair dan kompos padat akan diproses di sini. Jadi, produk yang dihasilkan dari bahan baku ini menjadi pupuk, sebelum menjadi pupuk itu kompos," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved