Harganya Rp 400 Juta, TKDN Prototype Angkot Pintar Made In Bandung Capai 76 Persen

TKDN prototype angkot pintar made in Bandung yang segera diperkenalkan ke pemerintah dan diuji coba dalam waktu dekat, ternyata cukup tinggi.

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
ANGKOT PINTAR - CEO dan Founder PT Marlip Indo Mandiri, Masrah Marang, saat menunjukkan angkot pintar saat ditemui di Jalan Cipedes Dalam, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (1/8/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) prototype angkot pintar made in Bandung yang segera diperkenalkan ke pemerintah dan diuji coba dalam waktu dekat, ternyata cukup tinggi.

Angkot bernama Angkutan Kota Listrik Bandung (Angklung) dan didominasi warna biru serta hajau tosca itu diproduksi PT Marlip Indo Mandiri di Jalan Cipedes Dalam, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat.

Interior angkot ini mewah dan dilengkapi dengan air conditioner, rear camera, LCD TV, audio, PC dashcam DVR, electric door passanger, wheel chair seat, wifi, serta alat untuk tap kartu pembayaran nontunai.

"Dalam self assesment (Angklung), kita menyampaikan 76 persen TKDN-nya. Ada beberapa komponen seperti baterai kita impor sel karena memang belum ada di Indonesia, baru kita lakukan pack di sini," ujar CEO dan Founder PT Marlip Indo Mandiri, Masrah Marang, Jumat (1/8/2025).

Ia mengatakan, TKDN angkot tersebut hanya mencapai 76 persen karena ada bahan-bahan lokal yang dibeli belum memiliki sertifikat tanda bukti buatan Indonesia, sehingga presentasinya yang sudah dirancang bisa 100 persen menjadi berkurang.

"Kami yakin setelah produksi ini dan nanti diproduksi secara massal, TKDN itu paling tidak untuk di tahap awal bisa dicapai 65 sampai 70 persen," katanya.

Baca juga: Melihat Mewahnya Prototype Angkot Pintar yang Segera Mengaspal di Bandung, Sekali Cas Jalan 200 Km

Ia mengatakan, saat ini belum mendapatkan baja alloy layaknya sasis-sasis yang diproduksi secara internasional. Tapi dari hasil penelitian, secara konstruksi bahwa sasis mobil ini tetap aman untuk landasan di Kota Bandung.

"Dengan bobot yang diinginkan setelah dilakukan simulasi dan pengujian itu mampu menampung semua itu karena ini berbasis riset, tentang steering, rem, kemudian suspensi, dan lain-lain sebagainya," ucap Masrah.

Atas hal tersebut, kata dia, secara investasi memang angkot ini lebih mahal jika dibandingkan dengan angkot konvensional. Harganya, dia akan mematok sekitar Rp 400 juta.

"Tapi karena ini adalah buatan kita, adaptasi untuk sesuai dengan kebutuhan angkutan, maka masih tetap lebih murah dibandingkan dengan mobil listrik yang ada dari luar," katanya.

Ia mengatakan, meski harga mahal, tetapi untuk biaya maintenance-nya jauh lebih murah. Bahkan, rata-rata biaya pemeliharaan itu hanya Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per tahun. Sedangkan angkot konvensional bisa Rp 4 juta hingga 5 juta.

"Jadi ini kelihatan banget perbandingannya soal biaya maintenance dan biaya operasional. Saya kira bagi pengguna kendaraan listrik, sudah bisa merasakan biaya operasionalnya dan maintenance-nya sangat rendah," ujar Masrah.

Baca juga: Organda Sambut Baik Gagasan Angkot Pintar, Minta Pemkot Bandung Tegas dan Jelas

Jika mobil ini akan digunakan sebagai angkot pintar di Kota Bandung, kata dia, nantinya bisa menjadi feeder Bandung Rapit Transit (BRT) yang selama ini memang sudah dirancang oleh pemerintah daerah.

"Menurut hasil diskusi kita dengan pihak pengelola dan pihak Dinas Perhubungan itu kalau dilihat polanya mobil ini akan menjadi feeder-nya BRT yang punya rute-rute tertentu dan sudah ditetapkan," katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved