Sungai Cikapundung Bandung Tercemar Bakteri E Coli, Imbas Kotoran Sapi dari Lembang dan Tinja

Pencemaran berdampak buruk bagi kesehatan terutama karena terdapat kandungan bakteri Escherichia coli atau E coli di Sungai Cikapundung.

Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Green jobs River Cleanup Indonesia memungut sampah dan memasukannya ke dalam sejumlah karung di Sungai Cikapundung, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (4/1/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Indeks kualitas air Sungai Cikapundung, Kota Bandung menunjukkan kualitas yang kurang baik setelah tercemar kotoran sapi dari kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Seperti diketahui, keterbatasan lahan menjadi salah satu penyebab peternak membuang kotoran sapi perah ke aliran sungai sejak lama, sehingga kondisi tersebut berdampak buruk pada kualitas air Sungai Cikapundung.

Diketahui, Sungai Cikapundung mengalir dari kawasan Lembang Bandung Barat ke Kota Bandung, dan akhirnya bertemu dengan Sungai Citarum di Kabupaten Bandung.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Darto mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2024, indeks kualitas air di Sungai Cikapundung mendapat skor 48 atau pencemarannya masuk kategori sedang.

"Indeks ini diukur dari hulu ke hilir, dan posisi kita itu bukan di hulu juga bukan di hilir. Melainkan di bagian tengah," ujarnya saat ditemui di Balai Kota Bandung, Senin (28/7/2025).

Pengukuran indeks kualitas air, kata Darto, dilakukan dua kali dalam setahun. Dari hasil tersebut memang indeks kualitas air Sungai Cikapundung hingga saat ini masih belum menunjukkan hasil yang optimal.

Tumpukan kotoran sapi perah yang sudah mengering yang kemudian dibagikan kepada petani sekitar sebagai pupuk organik dan Sungai di Desa Cikidang maupun Maribaya Bandung Barat yang bewarna hijau tercemar kotoran sapi
Tumpukan kotoran sapi perah yang sudah mengering yang kemudian dibagikan kepada petani sekitar sebagai pupuk organik dan Sungai di Desa Cikidang maupun Maribaya Bandung Barat yang bewarna hijau tercemar kotoran sapi (tribunjabar.id / Rahmat Kurniawan)

"Ada beberapa titik yang kami identifikasi, dan saya tidak bisa sebutkan secara detail. Tapi di titik-titik itu terindikasi adanya pencemaran dari kotoran hewan dan manusia, jumlahnya tidak kurang dari dua titik," katanya.

Darto mengatakan, salah satu indikator pengukurannya melihat total coliform atau sekelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya kontaminasi bakteri dalam air atau produk makanan. 

"Nah, hasil pengukurannya menunjukkan angka yang cukup tinggi. Ini mengindikasikan bahwa memang ada pencemaran dari limbah tinja, baik dari manusia maupun hewan," ucap Darto.

Kondisi tersebut, kata dia, bisa berdampak buruk bagi kesehatan terutama jika terdapat kandungan bakteri Escherichia coli atau E coli, sehingga air di titik-titik itu tentu tidak layak dikonsumsi dan tidak layak untuk aktivitas bermain, terutama anak-anak.

"Parameter lain yang kami ukur juga termasuk pH air dan kandungan mikroorganisme. Untuk langkah yang lakukan, kami sudah punya datanya, kedua kami tahu titik-titiknya. Selanjutnya tinggal melakukan tindakan," ujarnya.

Hanya saja terkait penanganan pencemaran sungai itu, kata Darto, tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, sehingga perlu bantuan dari kabupaten/kota yang lain.

"Misalnya, kalau kita bersihkan di wilayah kita, tapi di hulu atau daerah lain tidak ada penanganan, ya tetap saja akan tercemar kembali. Jadi harus dilakukan langkah integratif lintas wilayah," kata Darto.

Ia mengatakan, selain Sungai Cikapundung ada juga sungai lain di Kota Bandung yang turut tercemar, tetapi pihaknya belum merinci sungai mana saja yang kondisinya sama dengan Cikapundung tersebut.

"Kalau ditanya apakah selain Sungai Cikapundung ada sungai lain yang tercemar, jawabannya ada. Tapi saya belum bisa sebutkan totalnya saat ini. Intinya, datanya ada, titiknya ada, dan DLH akan melakukan langkah lanjut secara bertahap," kata Darto.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved