4 Komunitas Pengemudi Ojol Nyatakan Dukung Potongan Komisi 20 Persen, Tak Akan Ikut Turun Aksi

Dukungan ini disampaikan empat komunitas besar, yakni relawan driver Grab Bogor, ADGI Tangerang, KBGB Border Town Depok, dan ladies online Cibinong.

Tribun Jabar / Arsip
ILUSTRASI AKSI OJEK ONLINE - Ratusan pengendara ojek online dan jasa pesan antar dari berbagai penyedia layanan transportasi berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (21/9/2022). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sejumlah komunitas pengemudi ojek online dari wilayah Bogor, Tangerang, Depok, dan Cibinong menyatakan mendukung potongan komisi 20 persen yang diterapkan oleh aplikator.

Mereka menyebut skema itu masih relevan, adil, dan memberikan kontribusi nyata pada keberlanjutan ekosistem digital sekaligus kesejahteraan mitra aktif.

Dukungan ini disampaikan empat komunitas besar, yakni relawan driver Grab Bogor, ADGI Tangerang, KBGB Border Town Depok, dan ladies online Cibinong.

Keempat komunitas ini menaungi ribuan mitra pengemudi aktif yang setiap harinya bekerja di jalan dan menjadi bagian penting dalam sistem transportasi daring Indonesia.

Ketua Relawan Driver Grab Bogor, Heri Dinata mengatakan potongan komisi 20 persen seharusnya tak dijadikan masalah utama selama mitra pengemudi masih merasakan manfaat dan dukungan dari perusahaan aplikasi.

"Kami paham potongan 20 persen digunakan aplikator untuk menjaga kestabilan layanan. Lewat skema ini, kami sebagai mitra masih mendapatkan aliran pesanan yang stabil, promo-promo pelanggan tetap berjalan, dan pengemudi mendapatkan asuransi, perlindungan keselamatan, serta layanan bantuan 24 jam. Itu semua membuat kami bisa bekerja lebih tenang,” kata Heri, Jumat (18/7/2025) dalam keterangan tertulis.

Heri menambahkan, lewat skema saat ini para pengemudi masih mendapatkan fasilitas, misalnya GrabBenefits yang menawarkan diskon layanan kesehatan, perawatan kendaraan, dan kebutuhan harian lainnya.

"Potongan ini kembali ke kami dalam bentuk program-program yang jelas terasa manfaatnya. Yang penting kami bisa membawa pulang penghasilan yang layak untuk keluarga, tanpa harus khawatir dengan perubahan sistem yang justru bisa membuat semuanya kacau,” ujarnya.

Perwakilan komunitas ADGI Tangerang, Didik Ari Wibowo menilai fokus utama para pengemudi bukan semata-mata soal angka potongan, melainkan bagaimana skema itu berdampak terhadap keberlangsungan kerja mereka.

“Potongan ini sepadan dengan layanan dan dukungan yang kami dapatkan. Kami masih bisa mengakses layanan Grab Driver Center, asuransi, dan fasilitas darurat jika ada insiden di lapangan. Program promo pelanggan juga sangat penting untuk menjaga kestabilan pesanan. Kami khawatir, jika komisi diturunkan tanpa perhitungan matang, justru aplikator tidak sanggup lagi mempertahankan semua layanan itu,” ujar Didik.

Kemudian, Ketua KBGB Border Town Depok, Heru Widigdo menyoroti pentingnya kontinuitas pesanan sebagai indikator utama kesejahteraan pengemudi. Menurutnya, keberadaan promo pelanggan yang disokong dari sistem komisi, justru membuat pendapatan pengemudi menjadi stabil.

“Kalau komisi dipaksakan turun jadi 10 persen, maka otomatis kemampuan perusahaan untuk memberikan promo dan bonus kepada pelanggan dan pengemudi juga ikut menurun. Ini justru bisa berdampak menurunkan volume pesanan, dan ujung-ujungnya merugikan kami juga. Kami mendukung komisi tetap 20 persen, asal transparan dan manfaatnya tetap kami rasakan,” ujar Heru.

Suara dukungan dari mitra perempuan datang dari komunitas Ladies Online Cibinong, yang diketuai Lilis Suryani. Komunitas ini menjadi wadah bagi para perempuan yang aktif sebagai pengemudi ojol di kawasan Bogor dan sekitarnya. Menurut Lilis, para pengemudi perempuan memiliki tantangan tersendiri dan membutuhkan sistem yang stabil untuk bisa terus bekerja dengan aman.

“Bagi kami, perempuan yang mencari nafkah dari jalanan, stabilitas platform sangat penting. Kami tidak masalah dengan potongan 20 persen, karena itu sebanding dengan perlindungan dan fitur-fitur keamanan yang kami nikmati dari aplikasi. Yang kami takutkan adalah perubahan sistem yang membuat pesanan berkurang, layanan terputus, dan kami kehilangan penghasilan,” kata Lilis.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved