Sindikat Jual Beli Bayi di Jabar

Tekanan Kompleks di Balik Jual Beli Bayi yang Baru Saja Dibongkar Polda Jabar

Psikolog Miryam A. Sigarlaki, S.Psi., M.Psi., memandang praktik ini bukan hanya melibatkan aspek hukum, tetapi juga gambaran dari interaksi kompleks.

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/ Muhamad Nandri Prilatama
PELAKU JUAL BELI BAYI - Para pelaku penjualan bayi diamankan Polda Jabar. Polda Jabar berhasil menggagalkan penjualan bayi. Balita-balita tersebut hendak dijual ke Singapura. Psikolog Miryam A. Sigarlaki, S.Psi., M.Psi., memandang praktik ini bukan hanya melibatkan aspek hukum, tetapi juga merupakan gambaran dari interaksi kompleks antara tekanan psikologis, ekonomi, dan sosial 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengungkapan kasus jual beli bayi oleh Polda Jawa Barat membuka fakta mengejutkan tentang keberadaan sindikat perdagangan anak yang melibatkan orang tua, calo, hingga pihak yang mengaku ingin mengadopsi. 

Psikolog Miryam A. Sigarlaki, S.Psi., M.Psi., memandang praktik ini bukan hanya melibatkan aspek hukum, tetapi juga merupakan gambaran dari interaksi kompleks antara tekanan psikologis, ekonomi, dan sosial yang menimpa pelaku maupun korban.

Miryam mengatakan dari perspektif psikologi, keputusan ekstrem seperti menjual bayi karena alasan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari kondisi dasar manusia dalam mempertahankan hidup. 

Ia menjelaskan teori psikologi seperti Teori Maslow tentang Hierarki Kebutuhan menunjukkan bahwa ketika kebutuhan dasar manusia seperti makanan, tempat tinggal, dan keamanan tidak terpenuhi, individu mungkin akan melakukan tindakan ekstrem untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 

“Karena hal ini dirasakan cara instan dalam  memenuhi kebutuhannya. Dalam kondisi ini manusia bisa jadi dalam  kondisi tertekan sehingga tidak bisa berpikir jernih,” kata Miryam saat dihubungi, Rabu (16/7/2025).

Baca juga: Kasus Jual Beli Bayi di Jabar ke Singapura, Para Pelaku Terancam 9 Tahun Penjara

Ia juga menyebutkan keputusan untuk menjual bayi tidak secara langsung dapat dikategorikan sebagai gangguan psikologis tanpa evaluasi menyeluruh terhadap kondisi mental individu yang bersangkutan. 

Namun, lanjut Miryam, tekanan sosial dan ekonomi yang berat dapat menyebabkan stres yang signifikan, yang berpotensi mempengaruhi kondisi mental dan menyebabkan keputusan ekstrem. 

“Faktor-faktor seperti kemiskinan, kurangnya akses ke sumber daya, dan tekanan sosial dapat menjadi pemicu utama. Hal ini bisa berdampak pada kecemasan tinggi akibat dari guilty feeling (perasaan bersalah). Atau bisa jd keputusan ini karena ada gangguan personality tertentu,” ungkapnya.

Miryam pun menjelaskan tekanan ekonomi dapat memiliki dampak besar pada kondisi mental seseorang atau pasangan, termasuk meningkatkan stres, kecemasan, dan depresi. 

“Ketika individu merasa bahwa mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka, mereka mungkin merasa putus asa dan mengambil keputusan ekstrem. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan ekonomi yang berkepanjangan dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak dan perilaku, yang mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan,” paparnya.

Dalam banyak kasus, orang tua yang menjual bayinya sebenarnya tidak sepenuhnya kehilangan kasih sayang. 

Namun tekanan hidup yang ekstrem dapat mengikis ikatan emosional mereka terhadap anak. 

Ketika tidak ada dukungan sosial, dan kondisi mental memburuk, pilihan paling pahit sekalipun bisa terasa masuk akal.

“Orang tua mungkin merasa bahwa menjual anak adalah satu-satunya pilihan untuk memastikan kelangsungan hidup mereka sendiri atau anak tersebut di masa depan,” katanya.

Dalam kasus jual beli bayi terorganisir, ada kemungkinan besar bahwa pelaku sindikat menggunakan manipulasi psikologis terhadap orang tua untuk mempengaruhi keputusan mereka. 

“Ini bisa melibatkan teknik manipulasi seperti gaslighting, ancaman, atau janji palsu tentang masa depan anak. Sindikat mungkin memanfaatkan kerentanan individu yang berada dalam situasi sulit untuk mencapai tujuan mereka,” ucapnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved