Kasus Bayi di RSUD Linggajati Kuningan Tewas Diduga Kelalaian Medis, Keluarga Korban Lapor Polisi

Dugaan kasus kelalaian medis yang berujung meninggalnya seorang bayi di RSUD Linggajati memasuki babak baru.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Ravianto
Tribunnews/Marie Christian Sumampow
BERTEMU IRMA - Pengacara Hotman Paris saat bertemu dengan Irmawati yang diduga menjadi korban malapraktik di RSUD Linggajati, Kuningan, Jawa Barat, yang menyebabkan anaknya meninggal, Sabtu (16/7/2025). 

TRIBUNJABAR.ID, KUNINGAN – Kasus dugaan kelalaian medis yang berujung meninggalnya seorang bayi di RSUD Linggajati memasuki babak baru.

keluarga korban didampingi tim kuasa hukum dari Kresna Law Office Hotman 911 Cirebon, secara resmi melaporkan insiden ini ke Polres Kuningan, Selasa (15/7/2025).

Kuasa Hukum keluarga korban, Raden Reza Pramadia, menjelaskan bahwa laporan polisi dibuat karena adanya dugaan kelalaian yang sangat jelas dari rumah sakit.

DUGAAN MALAPRAKTIK - Pengacara Hotman Paris saat bertemu dengan Irmawati yang diduga menjadi korban malapraktik di RSUD Linggarjati (kiri) dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi (Kanan)
DUGAAN MALAPRAKTIK - Pengacara Hotman Paris saat bertemu dengan Irmawati yang diduga menjadi korban malapraktik di RSUD Linggarjati (kiri) dan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi (Kanan) (Kolase Tribun Jabar)

"Jadi, klien kami tidak mendapatkan tindakan medis yang semestinya selama kurang lebih dua hari," kata Raden Reza kepada wartawan.

Reza mengungkap terdapat dugaan kelalaian yaitu menelantarkan pasien sehingga bayi dalam kandungan itu meninggal karena kehabisan air ketuban.

"Padahal sudah jelas ada catatan untuk dilakukan operasi caesar, tapi itu tidak segera dilakukan. Hanya diberikan suntikan-suntikan saja," ujarnya.

Baca juga: Viral Dugaan Malapraktik di RSUD Linggarjati Kuningan Sebabkan Bayi Meninggal, Ini Kronologinya

Sementara kedatangan keluarga korban yang di dampingi kuasa hukum di Mapolres Kuningan langsung mendapat sambutan dari jajaran anggota dan pimpinan Polres Kuningan.

"Untuk langkah hukum ini ditempuh agar kasus menjadi terang benderang dan keluarga korban mendapatkan keadilan," kata Reza lagi.

Di tempat sama Kapolres Kuningan AKBP Muhammad Ali Akbar megklaim telah proaktif melakukan penyelidikan sebelum adanya laporan resmi dari keluarga.

"Kami dari Polres Kuningan sudah melakukan upaya penyelidikan. Ada tiga orang dari pihak rumah sakit yang kita lakukan pemeriksaan, yaitu dua dokter dan satu orang bidan," kata Kapolres dalam keterangannya.

Langkah selanjutnya, menurut Kapolres, adalah terus mendalami keterangan dari para saksi, termasuk dari  keluarga korban.

"Ya, kami juga akan mengumpulkan bukti-bukti pendukung seperti rekam medis hingga rekaman CCTV," ujarnya.

Untuk memastikan objektivitas, Polres Kuningan akan berkoordinasi dengan pihak ahli dari Kementerian Kesehatan.

"Kami akan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan bagaimana dengan prosedur ataupun SOP yang sebenarnya yang harus dilakukan oleh pihak dari rumah sakit," katanya.

Kapolres menegaskan bahwa saat ini belum bisa menyimpulkan ada atau tidaknya unsur kelalaian karena proses masih dalam tahap awal penyelidikan.

"Untuk dugaan (kelalaian) belum ada, karena sekarang masih tahap penyelidikan. Apapun hasilnya nanti akan kami dalami secara profesional dan transparan," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, munculnya pengacara kondang Hotman Paris Hutapea terkait dugaan malapraktik di RSUD Linggajati yang mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan. Sontak mendapat tanggapan Bupati Kuningan Dian Rachmat Yanuar hingga menyiapkan langkah kerja nyata.

"Menanggapi hal itu, kami telah mengambil langkah serius dan kini tengah membentuk tim investigasi profesional untuk menelusuri kasus dugaan kelalaian penanganan medis tersebut," kata Bupati Dian kepada wartawan, Senin (14/7/2025).

Dian menjelaskan dugaan kasus yang mengakibatkan korban nyawa ini mendapat perhatian orang nomor satu di Jawa Barat. "Ya, untuk permasalahan ini kami telah dihubungi oleh Pak Gubernur Jawa Barat pagi ini dan langsung menindaklanjuti persoalan ini," ungkapnya.

Disamping itu, kata Dian bahwa sejak kemarin sudah memanggil Kepala Dinas Kesehatan terkait persoalan di RSUD Linggajati ini. 

"Dalam pemanggilan itu, kami minta Kepala Dinas Kesehatan bergegas melakukan tindakan. Dan menurutnya, Kadinkes juga sudah memanggil pihak rumah sakit, dan saat ini sedang mengumpulkan data,"katanya.

Sebab, lanjut Dian mengatakan untuk proses penanganan kasus ini akan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, objektivitas, dan transparansi. 

"Tim yang dibentuk akan melibatkan berbagai unsur profesional, termasuk dari audit profesi, etika, bagian hukum, dan inspektorat.

Kita cukup prinsip ini harus hati-hati. Apabila memang nanti ditemukan ada hal yang di luar kepatutan, kita tentu akan mengambil langkah-langkah sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila memang ini tidak ditemukan pelanggaran, kita juga nanti mungkin akan melakukan evaluasi," kata Bupati Dian lagi. 

Menyinggug  soal informasi bahwa Hotman Paris sempat menghubungi Direktur RSUD Linggajati, dr. Eddy Syarief, namun tidak terhubung dan hingga sekarang  belum mengetahui detail tersebut. 

"Selain ada informasi menghubungi Dirut RS Linggajati dan somasi yang dilayangkan Hotman Paris kami belum menerima salinannya," katanya.

Dedi Mulyadi Rekomendasikan Direktur Dicopot

Gubernur Jawa Barat memberikan rekomendasi kepada Bupati Kuningan untuk mencopot direktur rumah sakit tersebut.

"Kalau memang itu kesalahan fatal, saya akan memberikan rekomendasi pada Bupati untuk melakukan tindakan-tindakan yang cepat, termasuk memberhentikan," katanya.

Pecah Ketuban

Sebelumnya, seorang ibu bernama Irmawati, warga Kuningan, kehilangan bayi dalam kandungan setelah dua hari pecah ketuban tanpa mendapat penanganan medis. 

Irmawati bersama suaminya didampingi tim pengacara Hotman 911, mengadukan dugaan malapraktik oleh RSUD setempat.

Pengacara Hotman Paris Hutapea mengatakan, peristiwa terjadi pada Sabtu (14/6/2025) malam. 

Saat itu, Irma mengalami pecah ketuban di rumah dan langsung dirujuk ke RS oleh bidan setempat. 

"Ketuban terus-menerus keluar sampai, katanya, petugas kebersihan sampai harus membersihkan air ketuban berkali-kali."

"Namun, malam itu tidak ada satu pun dokter yang datang. Bahkan dokter jaga pun tidak datang, apalagi dokter kandungan karena kebetulan hari Sabtu,” ujar Hotman.(*)

Laporan Kontributor Kuningan Ahmad Ripai

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved