Berita Viral

Kisah Tragis Bu Tumini Belasan Tahun Tinggal di Toilet, Setahun Bayar Rp 1 Juta

Kisah pilu Tumini (47), warga yang menjadikan ponten atau toilet umum sebagai tempat tinggal, mendadak ramai diperbincangkan warganet.

|
Penulis: Salma Dinda Regina | Editor: Ravianto
(KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH)
TINGGAL DI TOILET - Ponten umum yang diduga digunakan warga Ngagel sebagai tempat usaha dan tinggal, Rabu (2/7/2025). Inilah Kisah Tumini (47) dan ibunya yang tinggal di ponten atau toilet umum, diminta pindah setelah viral di media sosial. 

TRIBUNJABAR.ID, SURABAYA - Kisah tragis menimpa seorang ibu berusia 47 tahun.

Ibu bernama Tumini ini 12 tahun menjadi penjaga toilet umum atau ponten.

Tak cuma menjaga, dia ternyata juga menjadikan toilet umum itu sebagai tempat tinggalnya.

12 tahun tinggal di toilet, Tumini harus merelakan setelah Satpol PP Kota Surabaya menertibkan bangunan tersebut.

Dia harus pergi.

Kisah pilu Tumini (47), warga yang menjadikan ponten atau toilet umum sebagai tempat tinggal, mendadak ramai diperbincangkan warganet

Tumini menjaga toilet umum yang berukuran 4x3 bercat hijau di Taman Ngagel Tirto, Surabaya, Jawa Timur, itu bersama ibunya

Mereka adalah warga RT 1 RW 2, Lumumba, Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo.

Sehari-hari, Tumini dan ibunya menjaga, membersihkan, dan menyewa ponten umum taman tersebut.

Untuk buang air kecil dan besar, warga biasanya membayar sekitar Rp 2.000.

Belakangan ini, Tumini dan ibunya ramai menjadi perbincangan warganet karena diduga menjadikan toilet umum sebagai tempat tinggal.

Tumini mengatakan, ia hanya meneruskan pekerjaan suaminya yang sudah dilakoni sejak 2010 karena diminta oleh Jasa Tira.

“Jasa Tirta yang nyuruh ngelola tempat ini ke suami. Karena sudah almarhum tahun 2013, saya yang meneruskan,” kata Tumini, Rabu (2/7/2025), dikutip dari Kompas.com.

Sebelum mengelola toilet umum, suami Tumini bekerja sebagai hansip kecamatan dan mengenal sejumlah pengurus kelurahan sehingga berujung dia diminta menjaga toilet umum tersebut.

Sedangkan, Tumini bekerja menjaga parkiran becak.

Baca juga: Sosok Penyelamat Bocah yang Terjatuh dari Bus Mabes AD di Tol JORR, Langsung Menepi dan Gendong

Sebagai informasi, sebelum menjadi Taman Ngagel Tirto, dulunya area ini merupakan lahan kosong untuk parkir becak. 

“Dulu ada 400 becak yang bisa parkir ini. Terus sejak era Bu Risma (Walikota Surabaya 2010-2020) diubah jadi taman,” ungkapnya.

Pihak Jasa Tirta resah, karena warga sering buang air dan kotoran lain ke Sungai Jagir.

Sebab air sungai ini akan dikelola menjadi ir besih. Sehingga dibangunlah ponten atau toilet umum ini.

Karena menjadikan toilet umum sebagai ladang pekerjaan, Tumini membayar sewa ke Jasa Tirta sekitar Rp 1 juta per tahun.

“Sebenarnya ya bahasanya bukan sewa, seperti uang rokok gitu karena tidak ditargetkan berapa gitu. Karena buat sandang pangan, ya gimana ya,” ujarnya.

Ia mengakui, sebenarnya tidak boleh menjadikan toilet umum tersebut sebagai tempat tinggal.

Sehingga ia menjaga dari subuh hingga pukul 22.00 WIB.

Awalnya, ketika malam tidak ada yang berjaga, toilet umum itu pun menjadi kotor dan tidak terawatt.

Tidak sedikit masyarakat yang buang air kecil dan besar di lantai toilet.

“Ponten ini kan tidak ada pintunya, orang nakal buang air besar, air kecil itu di pelataran. Takut pompa air itu dicuri juga. Akhirnya kita punya inisiatif (dijaga 24 jam),” tuturnya. 

Akhirnya, ibu Tumini yang sudah berusia lanjut kerap berjaga dari malam hingga pagi di ponten ditemani keponakannya. 

Baca juga: Sosok Septian Eka, Mahasiswa KKN UGM yang Tewas Tenggelam di Maluku, Tetangga Ungkap Kebaikannya

“Saya kan ada cucu, pagi jaga dia. Jadi malam ibu saya yang di sini,” terangnya. 

Kemudian, untuk menambah pendapatan, 5 tahun belakangan Tumini membuka warung sederhana yang satu atap dengan tempat tersebut. 

Kompor dan perabotan lainnya disediakan di toilet. 

“Ya jual kopi, minuman gitu. Karena dulu itu ramai banget 24 jam. Orang duduk, pacaran di taman. Tapi sekarang sepi banget,” jelasnya.

Sebelumnya, Tumini bisa mendapatkan pendapatan Rp 200.000 sehari dari toilet dan warungnya.

Namun, belakangan maksimal hanya Rp 100.000.

Pendapatan itu pun digunakannya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, membayar listrik toilet dan biaya perawatan lain toilet.

“Di sini ya gak bersih-bersih saja. Listrik ikut saya, kalau ada apa-apa yang rusak ya manggil orang, diputer uangnya. Tidak apa-apa,” pungkasnya. 

Kini, pendapatan sehari-harinya terancam. 

Setelah viral, perabotan Tumini dan ibunya di toilet umum itu ditertibkan oleh Satpol PP Surabaya dan dilarang digunakan sebagai tempat tinggal

“Tadi pagi sudah diangkati sama Satpol PP. Dibersihkan taruh rumah,” katanya.

Baca juga: Kondisi Rumah yang Dirusak Massa di Sukabumi, Polisi Tetapkan 7 Orang Jadi Tersangka dan Ditahan

Bingung Cari Pekerjaan Baru

Tumini pun hanya bisa pasrah dan bingung mencari pekerjaan di usianya yang sudah tidak muda lagi.

“Ya pusing, kita harus kerja di mana. Lapangan pekerjaan sempit, apalagi sudah tua gini,” katanya.

Satu anaknya telah berumah tangga dan satu anak lainnya bekerja sebagai kurir makanan online. 

“Anak saya yang terakhir juga sebelumnya kena PHK, terus jadi kurir diberhentikan juga, sekarang Shopee Food. Nyari kerjaan sekarang susah,” ungkapnya.

Kini, ia masih menjaga toilet umum tersebut selagi belum ada keputusan resmi dari Pemkot Surabaya dan Kecamatan Ngagel.

Sebab, sebelumnya Camat Ngagel menjanjikan akan memberikan gerobak dan modal untuk usaha. 

“Bu Camat ngasih solusi, ‘mau nggak tak kasih bantuan rombong dan modal’. Ya saya mau kan buat makan Saya usul untuk dicarikan tempat (usaha). Karena kalau nyari sendiri mahal banget sewanya di Surabaya sekalipun itu kecil,” ungkapnya. 

Tumini bilang, toilet umum akan diambil oleh Pemkot Surabaya dan berencana dikelola pegawai pemkot.

Sementara itu, Kasitrantib Kecamatan Wonokromo, Andi Arvianto mengatakan, setelah dilakukan pemindahan barang serta pembersihan di toilet tersebut, pihaknya secara rutin akan melakukan pengawasan di lokasi tersebut. 

“Untuk itu kami dari Satpol PP akan secara rutin melakukan patroli di wilayah ini. Upaya ini kami lakukan untuk mencegah supaya ponten umum ini tidak beralih fungsi lagi,” kata Andi.

Penjelasan camat

Camat Wonokromo, Maria Agustin Yuristina mengatakan, setelah toilet umum tersebut viral, pihaknya bisa langsung mengambil Tindakan preventif.

“Kami lakukan pendekatan kepada penghuni ponten yang kebetulan menyewakan sebagai ponten umum. Beliaunya mau kooperatif sadar bahwa ini adalah fasilitas umum yang harus dikosongkan," kata Maria dalam keterangannya, Rabu (2/7/2025), dikutip dari Kompas.com.

Ia juga mengatakan, akan memberikan bantuan agar penghuni tersebut bisa lebih produktif.

“Semalam kami lakukan outreach dan kami lakukan pendekatan, serta upaya apa yang dapat kami lakukan supaya dapat mensupport ekonomi keluarganya. Pihak yang bersangkutan menyampaikan akan berpikir dulu untuk memulai usaha. Kami akan support hal itu," pungkasnya.

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved