Janda di Sukabumi Tinggal di Rumah Hampir Roboh, Ketua RW Mohon ke KDM: Ngantos Program Mah Lami

Kisah Ida Farida, janda dua anak penjual gorengan di Sukabumi menjadi potret nyata masih banyaknya masyarakat yang hidup dalam kemiskinan.

Tribun Jabar/ Dian Herdiansyah
RUMAH LAPUK - Kondisi rumah Ida Farida di wilayah Sukamanah RW 06, Desa Sukamanah, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Rumah panggung berukuran tak lebih dari beberapa meter persegi itu menjadi satu-satunya tempat berteduh bagi dirinya dan anak-anaknya meski sudah lapuk dan nyaris roboh. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Dian Herdiansyah. 

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Kisah Ida Farida seorang janda penjual gorengan di Sukabumi yang memiliki dua anak menjadi potret nyata masih banyaknya masyarakat yang hidup dalam kemiskinan.

Mereka bukan hanya membutuhkan bantuan sementara, tetapi juga dukungan nyata agar mendapatkan tempat tinggal lebih layak dan aman.

Di tengah gemuruh hujan dan terpaan angin malam, ibu 46 tahun dengan dua anak ini hanya bisa memeluk doa dalam rumah kecil yang nyaris roboh.

Tinggal di wilayah Sukamanah RW 06, Desa Sukamanah, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, rumah panggung berukuran tak lebih dari beberapa meter persegi itu menjadi satu-satunya tempat berteduh bagi dirinya dan anak-anaknya.

Bangunan semi permanen yang berdiri terbuat dari kayu tua dan bilik bambu yang sudah mulai lapuk. 

Baca juga: Pilu Janda Penjual Gorengan di Sukabumi Tinggal di Rumah Panggung Hampir Roboh, Ketakutan Tiap Hujan

Atapnya bocor parah, sementara dinding-dinding rumah mulai miring, menyisakan kekhawatiran besar setiap kali hujan deras turun.

"Udah lama rusak. Kalau ada uang sedikit-sedikit baru saya perbaiki. Tapi belum pernah benar-benar bisa diperbaiki semua," ucap Ida pelan, matanya menerawang ke langit-langit rumah yang mulai rapuh, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Salah satu sisi dan belakang rumah sempat ambruk. Dengan peralatan seadanya, Ida hanya mampu menyangganya dengan batang kayu agar tidak roboh sepenuhnya. 

Bagian kamar pun tak lagi bisa digunakan karena atapnya lapuk dan tak tahan air. Kini, untuk istirahat dan tidur hingga terpaksa dilakukan di ruang tengah bersama anaknya. 

"Kalau hujan besar, pasti bocor. Air masuk dari atap, dari samping juga. Kadang saya dan anak-anak nggak bisa tidur karena takut rumah roboh," katanya.

Kondisi lantai dari papan yang mulai keropos dan ruang gerak yang sangat terbatas, kehidupan Ida sehari-hari jauh dari nyaman. Namun, dengan penghasilan seadanya dari berjualan gorengan, ia tak memiliki pilihan lain.

"Paling hasilnya cuma cukup buat makan hari itu. Kalau pun ada lebih, baru bisa beli paku atau kayu buat tambal rumah," ujarnya lirih.

Tak hanya kesulitan ekonomi, Ida juga harus menanggung rasa khawatir terus-menerus setiap datang musim penghujan.

Ia menyadari betul bahwa rumah tempatnya berteduh ini bisa roboh kapan saja, terlebih jika angin datang lebih kencang dari biasanya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved