Sekolah Swasta di Jawa Barat Sepi Peminat Selama SPMB 2025, FKSS Ungkap Penyebabnya

Faktor lain yang membuat sekolah swasta sepi peminat adalah dari mulai penambahan 776 ruang kelas baru (RKB) dan rehabilitasi 207 ruang kelas.

Tribun Jabar/Ahmad Imam Baehaqi
HARI PERTAMA SPMB - Hari pertama SPMB tahap dua tampak masih sepi di SMAN 3 Bandung, Jalan Belitung, Kota Bandung, Selasa (24/6/2025). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Forum Kepala Sekolah Swasta (FKSS) SMA Jawa Barat menyebut sejumlah sekolah swasta di Jawa Barat sepi peminat selama pelaksanaan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025.

Ketua FKSS SMA Jawa Barat, Ade D Hendriana, mengatakan, hal tersebut menjadi permasalahan yang berulang setiap tahunnya dalam pelaksanaan SPMB, dan hingga kini belum ada solusinya.

Padahal, menurut dia, sekolah swasta justru membuka SPMB lebih dulu dibanding sekolah negeri yang pendaftaran tahap pertamanya baru dibuka pada 10 Juni 2025, dan mulai hari ini membuka pendaftaran tahap kedua.

"Ini persoalan yang terjadi setiap tahun, dan seharusnya menjadi perhatian utama dari pemerintah, karena jika dibiarkan maka sekolah swasta terancam berhenti beroperasi" kata Ade D Hendriana kepada Tribunjabar.id, Selasa (24/6/2025).

Ia mengatakan, berhenti beroperasinya sekolah swasta itu dikarenakan persoalan klasik yang berulang setiap tahunnya, yakni kerap mengalami kekurangan siswa saat pelaksanaan SPMB.

Pihaknya mengakui, terdapat sejumlah faktor yang membuat sekolah swasta sering kali sepi peminat dalam pelaksanaan SPMB tahun ini.

Di antaranya, kecenderungan masyarakat yang lebih memilih sekolah negeri, pemberian kuota khusus bagi siswa di kecamatan yang tidak memiliki sekolah negeri, dan lainnya.

"Dalam SPMB 2025, ada 216 SMA negeri di Jawa Barat yang mendapatkan kuota khusus bagi siswa yang berasal dari kecamatan yang tidak memiliki sekolah negeri," ujar Ade D Hendriana.

Ade menyampaikan, faktor lain yang membuat sekolah swasta sepi peminat dari mulai penambahan 776 ruang kelas baru (RKB), rehabilitasi 207 ruang kelas, hingga pembangunan 16 unit sekolah baru (USB) di Jawa Barat.

Ia mengakui, penambahan jumlah ruang kelas maupun pembangunan sekolah baru membuat kapasitas sekolah negeri bertambah, dan pada akhirnya berdampak semakin menurunnya peminat di sekolah swasta.

"Memang diperbolehkan menambah kuota peserta didik, tetapi harus diperhatikan juga ketersediaan sarana prasarananya, karena jangan sampai overload dan membuat suasana belajar tidak nyaman," kata Ade D Hendriana.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved