Respons Dedi Mulyadi saat Dijuluki Gubernur Konten, Mulyono Jilid II hingga Sebutan Tak Pantas
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memberikan respons terkait kritikan yang ditujukan kepadanya, termasuk julukan "gubernur konten" hingga Mulyono.
Penulis: Salma Dinda Regina | Editor: Salma Dinda Regina
TRIBUNJABAR.ID - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memberikan respons terkait kritikan dan cercaan yang ditujukan kepadanya, termasuk julukan "gubernur konten" hingga "Mulyono Jilid II".
Menurut Dedi Mulyadi, kritik dan cercaan itu menunjukkan adanya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap kepemimpinannya.
Ia menyatakan bahwa dirinya tidak terganggu dengan komentar miring, terutama yang berkaitan dengan aktivitasnya yang kerap dibagikan di media sosial.
Ia menegaskan, yang terpenting adalah bekerja demi Jawa Barat yang lebih baik.
"Santai saja, jangan bikin ribut kalau ada yang mengkritik. Tanggapi dengan rileks karena dia sayang sama saya," ucapnya dalam rekaman video yang diunggahnya, dikutip Tribunjabar.id, Selasa (24/6/2025).
Dedi mengaku mendapatkan banyak gelar, ia pun menganggap sebagai bentuk kasih kecintaan.
"Mencintai saya ada yang memuji ada yang mengkritik. Yang mengkritik memberikan gelar kepada saya, banyak sekali gelar. Gelarnya dari mulai Gubernur Konten, Gubernur Lambe Turah, Mulyono Jilid 2, kemudian gubernur yang mungkin ya dungu gitu kan," katanya.
Ia juga menyebut ada masyarakat yang memberikan julukan dengan kata-kata yang tidak pantas.
"Yang terbaru ini juga ada lagi, saya tidak tahu apakah ini ucapan ditujukan pada saya atau bukan, saya tidak tahu. Tetapi orang menanggapi bahwa ucapan itu ditunjukkan pada saya sehingga melakukan pembelaan yang luar biasa," ungkap Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan, tidak keberatan bila dianggap 'tolol', asalkan kebijakan yang diambilnya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Jawa Barat.
Baca juga: Curhat Pilu Ibu yang Dianiaya Anaknya di Bekasi, Sering Ketakutan, Kini Dijemput Dedi Mulyadi
Salah satu langkah yang diambilnya ialah komitmen terhadap tata kelola pemerintahan yang transparan.
Semenjak dilantik, Dedi mendorong keterbukaan data keuangan daerah, yang bisa diakses publik.
Termasuk rincian dana hibah, bantuan sosial, hingga proyek infrastruktur yang menggunakan APBD.
"Publik bisa melihat dana hibah yang biasanya bancakan itu saya buktikan ke bancakannya dengan SPJ-SPJ yang diragukan itu jadi dana yang bermanfaat bagi kepentingan orang banyak," katanya.
Jumlah Siswa Miskin
Lebih lanjut, Dedi menerangkan, dana hibah tersebut dipakai untuk membangun sekolah, memperbaiki ruang kelas yang rusak, serta memberikan bantuan beasiswa bagi iswa dari keluarga pra-sejahtera.
"Saat ini anak-anak yang dianggap miskin jumlahnya 12.600 anak. Saya pengennya jadi 20.000 anak karena belum tentu orang yang tidak terdata itu tidak miskin," tuturnya.
Masing-masing siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu akan mendapatkan bantuan sebesar Rp 3,6 juta guna memenuhi kebutuhan seperti sepatu, seragam, dan perlengkapan sekolah.
"Bantuan beasiswa itu juga akan diberikan kepada santri dari keluarga kurang mampu yang ada di Jawa Barat," ujarnya.
Selain untuk beasiswa, Gubernur Jabar itu menilai dana hibah Pemprov bisa dialokasikan untuk perbaikan jalan provinsi an akses Kesehatan bagi warga kurang mampu.
Utang BPJS Kesehatan
Dedi berkomitmen akan mengalokasikan anggaran dalam APBD Perubahan 2025 untuk menyelesaikan kewajiban Pemprov sebesar Rp334 miliar kepada BPJS Kesehatan, demi menjamin akses layanan BPJS bagi masyarakat kurang mampu.
Ia menuturkan, kendati kebijakan penggusuran bangunan di bantaran sungai dan tempat lainnya banyak ditentang, pihaknya tetap memberikan solusi pada warga terdampak.
Baca juga: Pemprov Jabar Berkomitmen Selesaikan Tunggakan BPJS Kesehatan, Nilainya Ratusan Miliar Rupiah
"Warga di pinggir jalan melanggar hukum menggunakan tanah negara, di bantaran sungai melanggar hukum membangun rumah. Tapi ketika mereka digusur, saya berikan uang untuk mereka kontrak rumah atau modal usaha di tempat lain. Seluruh rangkaian itu dilakukan untuk kebaikan masyarakat," tutur dia.
Menurutnya, pemimpin yang baik adalah mereka yang mendahulukan kepentingan masyarakat luas daripada kepentingan segelintir kelompok.
"Walaupun mementingkan kepentingan banyak orang mengecewakan sedikit orang, bagi saya menjadi pemimpin yang beragama adalah yang mampu mengelola keuangan negara dengan baik dan digunakan untuk kemakmuran rakyatnya," pungkasnya.
Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.
Bupati Majalengka Eman Suherman Perjuangkan BPJS untuk Ojol Majalengka: Ada Program Gubernur |
![]() |
---|
Viral, Kades di Bogor Gelar Khitanan Anak Mewah, Ada Karangan Bunga dari Dedi Mulyadi, Harta Disorot |
![]() |
---|
Respons Dedi Mulyadi soal Pemukulan Sopir Mobil di Cipatik Bandung Barat: Jangan Rusak Jawa Barat! |
![]() |
---|
Kabar Gembira untuk Warga Bandung, Penghapusan Denda Piutang PBB Berlaku hingga Akhir 2025 |
![]() |
---|
Respon Dedi Mulyadi setelah Warga Situ Ciburuy Suka Rela Pindah, Warga Tinggal Pilih |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.