Kisah Waryono, 22 Tahun Jadi Buruh Panggul Beras di Gudang Bulog Tegalgirang Indramayu demi Keluarga

Waryono merupakan satu dari total 58 buruh yang bekerja di gudang setempat. Ia sudah mengabdi sebagai buruh panggul selama 22 tahun.

Tribun Cirebon/ Handhika Rahman
BURUH PANGGUL - Waryono (38) salah satu buruh tanggul di Gudang Bulog Tegalgirang, Kecamatan Bangodua, Indramayu, Senin (9/6/2025) 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Ada banyak buruh panggul beras yang mengais rezeki di Gudang Bulog Tegalgirang di Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu.

Mereka tak kenal lelah meski harus mengangkut berkarung-karung beras dan menumpuknya hingga menjulang tinggi.

“Cara menumpuknya naik tangga, sambil dipanggul karung berasnya,” ujar Waryono (38).

Waryono merupakan satu dari total 58 buruh yang bekerja di gudang setempat. Ia sudah mengabdi sebagai buruh panggul selama 22 tahun. Pekerjaan ini sudah ia lakoni bahkan sebelum menikah.

Baca juga: Bulog Indramayu Ikut Senang Petani Dapat Harga Layak pada Musim Panen Raya Tahun Ini

Di momen panen raya ini, Waryono dan rekan-rekannya harus bekerja ekstra. Apalagi serapan yang berhasil dilakukan Perum Bulog Indramayu sangat melimpah.

Total, Bulog Indramayu berkontribusi melakukan penyerapan hingga 114.655 ton untuk stok cadangan pangan nasional. Ratusan ribu ton itu sebagian disimpan di Gudang Bulog Tegalgirang.

“Sekarang sudah full, di sini gak bisa nampung lagi, jadi ada yang disimpan di gudang lain, tapi kondisinya juga sama full,” ujar dia.

Waryono menyampaikan, setiap hari mulai pukul 08.30 WIB sampai dengan 16.00 WIB. 

“Lumayan kerja ekstra,” ujar dia.

Selama dua puluh dua tahun itu, Waryono bercerita pengalamannya memanggul karung-karung beras. Walau sudah terbiasa, tapi ia tak jarang merasakan sakit badan setelah seharian bekerja.

Jika sakit badan itu melanda, obatnya, kata Waryono adalah keluarga di rumah. Tak ada obat khusus, cukup dipijat oleh sang istri dan melihat kedua anaknya bisa makan berkecukupan.

“Ya gak ada obat khusus, paling dipijet istri,” ujarnya.

Waryono mengatakan, menjadi buruh panggul beras ini satu-satunya cara dia bisa menghidupi keluarga.

Baca juga: Stok Beras Bulog Tembus 4 Juta Ton, Pengamat: Ini Rekor, tapi PR Berat Menanti

Istrinya tak bekerja setelah Waryono meminta pulang kembali ke Indonesia ketika bekerja sebagai TKW di luar negeri.

Waryono khawatir dengan tumbuh kembang anak-anaknya apabila kurang perhatian orang tua.

Di sisi lain, Waryono juga sempat melakoni berbagai pekerjaan lain seperti nelayan, buruh ke kota besar, dan lain-lain.

Tapi bekerja seperti itu kata dia, punya risiko besar. Misalnya saja pergi melaut, bisa saja nyawa jadi taruhannya apabila terjadi kejadian yang tidak diinginkan seperti gelombang tinggi, dan lain-lain.

Begitu pula jika merantau ke kota besar seperti Jakarta, ia harus meninggalkan keluarga dan belum tentu hasil yang didapat.

“Enak kerja di sini, dekat dengan keluarga,” ujar dia.

Kepala Perum Bulog Indramayu, Sri Wahyuni mencatat pencapaian signifikan dalam penguatan ketahanan pangan nasional yang dilakukan lembaganya.

Serapan pengadaan gabah kering panen (GKP) dari petani di Indramayu sudah tembus hingga 189.900 ton. Capaian ini pun menjadi yang tertinggi se-nasional.

Dari capaian itu, jika dihitung setara beras, Perum Bulog Cabang Indramayu menyumbang serapan sebesar 114.655 ton dengan persentase 102,18 persen dari target sebesar 107.204 ton setara beras.

Sebanyak 8 gudang milik Bulog Indramayu pun penuh. Perum Bulog Cabang Indramayu bahkan sampai menggandeng mitra kerja untuk gudang filial guna menyimpan serapan dari panen petani.

Baca juga: Bulog Cabang Bandung Berhasil Lampaui Target Serapan Gabah, Total Serapan Beras 18.633 Ton

“Gudang filial kita itu kurang lebih 42 gudang, itu di luar 8 gudang yang kita miliki, semuanya full,” ujar dia.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved