Muncul Pagar Beton di Laut Jakarta Utara, Nelayan Menderita dan Menangis Pendapatan Makin Menipis

Belum selesai kasus pagar bambu di laut, ternyata juga ada pagar beton di kawasan laut Marunda, Jakarta Utara dikeluhkan para nelayan yang merugi

Editor: Hilda Rubiah
KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU
PAGAR BETON DI LAUT: Muncul polemik pagar beton di laut diduga proyek pembangunan reklamasi di utara Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. 

Sementara itu, lahan reklamasi kedua masih dalam proses pengerukan, sedangkan lahan pertama sudah dioperasikan menjadi pelabuhan untuk penampungan batu bara curah.

Pembangunan reklamasi tersebut membuat para nelayan kesulitan mencari ikan.

Sebab, reklamasi-reklamasi itu dibangun di area para nelayan biasanya mencari ikan.

"Sementara wilayah yang dipakai itu, wilayah area tangkap nelayan, mereka tidak memberikan solusi kita sebagai nelayan tradisional, kita harus melaut seperti apa," ucap Tahir.

Tahir mengatakan, sejak ada pembangunan pagar beton, ini membuat nelayan harus melaut lebih jauh untuk mendapatkan ikan sehingga mengeluarkan biaya lebih besar.

"Secara otomatis, dampak pembangunan itu yang pertama kita kehilangan area tangkap, kedua kita melaut itu biaya lebih besar karena kita harus melaut lebih jauh lagi," jelas Tahir.

Kondisi saat ini membuat banyak nelayan mengalami kerugian.

Pendapatan mereka menurun drastis sejak keberadaan pagar beton tersebut.

"Saat belum ada betonisasi, para nelayan masih ada sisa pendapatan. Sekarang nelayan pulang melaut untuk bahan bakar aja enggak menutup," tutur Tahir.

Ia memaparkan bahwa untuk satu kali melaut menggunakan kapal kecil, nelayan harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 200.000-Rp 300.000.

Dulu, dengan modal sebesar itu, nelayan bisa meraih keuntungan hingga Rp 1 juta.

Namun kini, hasil tangkapan hanya cukup untuk menutup sedikit dari biaya yang dikeluarkan.

Baca juga: Daftar Nama 9 Orang Tersangka Kasus Pagar Laut Bekasi, Semuanya Perangkat Desa Segarajaya

"Pada saat kita berangkat melaut dengan biaya Rp 300.000, kadang lebihnya Rp 100.000, Rp 50.000 itu syukur kita untuk nutupi itu," jelas Tahir.

Karena merasakan dampak yang merugikan, para nelayan berharap agar reklamasi di Teluk Jakarta segera dihentikan.

"Kalau ini dibiarkan terjadinya marak reklamasi-reklamasi kecil yang dilakukan oleh korporasi secara otomatis nelayan akan punah," ungkap Tahir.

Halaman
123
Sumber: TribunJatim.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved