Kisah Mbah Sukiman Tekuni Profesi Unik Sejak 90-an Disebut 'Naib Kambing', Honor Rp 7 Juta Sebulan

Inilah kisah Mbah Sukiman yang memiliki profesi unik memberikan jasa yang jarang dilakukan banyak orang. Penghasilan Rp 7 juta sebulan.

Editor: Hilda Rubiah
TribunSolo.com/Zharfan Muhana
NAIB KAMBING - Sosok Mbah Sukiman, pria yang memiliki profesi unik yakni melakukan jasa kawinkan kambing di Kabupaten Klaten saat diwawancarai ole Tim Tribun Solo, (20/5/2025). Dalam sebulan dirinya bisa dapat Rp 7 juta.  

TRIBUNJABAR.ID - Inilah kisah Mbah Sukiman yang memiliki profesi unik memberikan jasa yang jarang dilakukan banyak orang.

Dengan jasanya tersebut, Mbah Sukiman bisa meraup penghasilan Rp 7 juta sebulan.

Profesi unik itu dia jalani sejak tahun 1990-an.

Diketahui kisah Mbah Sukiman awalnya seorang peternak.

Kakek asal Dukuh, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten memiliki kambing-kambing untuk dipelihara.

Baca juga: Daftar Harga Domba dan Sapi Kurban 2025 di Bandung Raya Jawa Barat, Mulai Rp 1,7 Juta dan Rp 9 Juta

Kambing-kambing itu ia pelihara di kandang berukuran 3 x 11 meter dan 2,5 x 3 meter.

Ternyata, Mbah Sukiman berhasil mengawinkan beberapa kambing peliharaannya.

Tak hanya kambing miliknya, Mbah Sukiman beranjak sukses mengawinakn kambing milik warga lain.

Dalam sebulan, ia hampir selalu menerima “pasien” untuk dikawinkan.

Ya, itulah akhirnya profesi yang dijalankan oleh Sukiman.

Dengan motor yang disambung gerobak, Sukiman menjemput kambing betina dari kandang pemilik, lalu dibawa ke rumah untuk dikawinkan.

Untuk tarif, ia menyesuaikan dengan jarak lokasi penjemputan.

“Jauh dekat beda. Ada yang Rp125 ribu, ada yang Rp175 ribu, yang dekat-dekat Rp50 ribu,” katanya.

Dalam sebulan, Sukiman bisa memperoleh penghasilan yang cukup lumayan.

“Paling sebulan dapat Rp7 juta. Tapi itu kotor,” ucapnya, seperti dikutip TribunJatim.com dariTribunSolo.com, Rabu (21/5/2025).

Sebagian penghasilan digunakan untuk membeli pakan kambing seperti komboran (campuran dedak dan pakan lainnya).

Jasa mengawinkan hewan ternak kambing merupakan profesi yang jarang ditemukan.

Namun, profesi ini dilakoni oleh seorang kakek asal Dukuh, Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Selasa (20/5/2025).

Sukiman (60) telah menjalani profesi jasa mengawinkan ternak kambing selama puluhan tahun.

“Dari tahun 90-an sudah mulai,” ujarnya.

Sukiman menceritakan bahwa awalnya ia berprofesi sebagai tukang batu dan sempat merantau ke Jogja.

Hingga akhirnya, ia mulai beternak kambing sendiri.

“Ternak dulu. Dulu saya punya lima betina. Hasilnya buat bayar sekolah anak, setahun bisa bayar satu kali,” paparnya.
Jenis kambing yang ia pelihara adalah Bligon atau Jawarandu.

Lambat laun, warga di lingkungan sekitar mulai meminta bantuannya untuk mengawinkan kambing peliharaan mereka.

Dari situ, Sukiman mulai dikenal dengan panggilan “naib kambing”.

Sejak tahun 1997, ia memutuskan untuk menekuni pekerjaan mengawinkan ternak kambing secara serius.

Kini, ia hanya memelihara kambing jantan jenis Bligon dan PE (Peranakan Etawa).

“Kemarin punya sembilan, dijual dua tanggal 7,” ucapnya.

Baca juga: Jelang Idul Adha, Anggota DPRD Jabar Minta DKPP Aktif Awasi Penyakit PMK pada Hewan Kurban

Kisah lainnya adalah yang dialami Aan.

Aan kini terpaksa menjadi manusia silver di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Aan sendiri mencari nafkah berpindah dari satu SPBU ke SPBU lainnya, berharap mendapatkan sepeser rezeki dari pengunjung yang melintas.

Dengan penampilan yang lusuh, ia mengenakan baju dan celana yang tampak kumuh.

Kulitnya tampak dicat perak dari kaki hingga wajah, menandakan harapannya untuk mendapatkan uang receh.

Di tangannya, ia memeluk erat sebuah kota kardus berisi uang receh yang diberikan oleh pengunjung SPBU di Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat.

Aan datang ke Lombok dengan niat untuk bekerja sebagai sopir truk.

Akan tetapi, musibah menimpanya saat ia kehilangan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Bali, yang memupuskan harapannya untuk bekerja di Bumi Gogo Rancah.

Dalam dua hari tanpa pekerjaan dan makanan, serta istri dan tiga anaknya yang menunuggu kiriman uang di kota asal, Aan terpaksa mencari alternatif lain.

"Dua hari tidak ada buat makan. Jadi teman mengarahkan, daripada nganggur mending nyilver saja," ungkap Aan sambil duduk mengistirahatkan kakinya yang lelah berdiri, dikutip dari Kompas.com.

Tanpa sepengetahuan istri dan anak-anaknya, ia terpaksa menyembunyikan pekerjaanya sebagai manusia silver.

Kendati demikian, ia bersyukur bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya dengan mengirim setengah dari pendapatannya setiap malam pukul 21.00 Wita.

"Kadang Rp 70.000 (pendapatan), kadang kalau ramai Rp 100.000 lebih," jelasnya. 

Dari pendapatan tersebut, Aan harus menyisihkan uang untuk membeli cat atau pilok yang digunakannya untuk mengecat kulitnya menjadi silver. 

Ia memperkirakan, setiap hari ia mengeluarkan biaya sekitar Rp 20.000 hingga Rp 35.000 untuk keperluan tersebut. 

"Itu sekali pakai dari modal pendapatan hari kemarin," katanya sambil tersenyum tipis. 

Saat ditanya mengenai perasaan terhadap profesinya, Aan mengaku merasa malu.

Aan merasa pekerjaanya itu bertolak belakang dengan harapannya, namun keadaan memaksanya untuk melakukannya.

Mencari pekerjaan di daerah yang baru ia huni bukanlah hal yang mudah, sedangkan keluarganya membutuhkan nafkah.

"Kalau bilang enaknya, ya kayak begini. Tidak ada enaknya sebenarnya. Tapi disyukuri aja, yang penting bisa makan dan ngirim," ungkap ayah tiga anak itu. 

Meskipun demikian, Aan merasa bersyukur bisa melakukan pekerjaan ini di Lombok, yang menurutnya memiliki sosial yang baik dan aman. 

Ia berharap, profesinya ini hanya bersifat sementara. 

Dengan harapan dapat kembali berkumpul bersama keluarganya saat bulan puasa tiba, Aan berencana untuk mengumpulkan uang dan membuat SIM agar bisa kembali bekerja sebagai sopir.

Sementara itu, kisah manusia silver lainnya juga pernah terjadi di Bandar Lampung, Lampung.

Tengah viral di media sosial video ibu rias anak jadi manusia silver pada Rabu (19/2/2025).

Si anak tampak pasrah sementara ibunya pantau lokasi sekitar.

Video berdurasi enam detik itu awalnya diunggah oleh akun TikTok @dsjiya pada Senin (17/2/2025).

Rekaman tersebut memperlihatkan seorang ibu berkerudung merah sedang memulas wajah, tangan, kaki, dan rambut anak kecil berkaus merah dengan cat berwarna silver.

Dalam video itu, anak kecil yang rambutnya dikuncir terlihat pasrah saat sang ibu meriasnya dari kepala hingga kaki.

Ibu tersebut juga tampak berdiri di belakang kios berwarna kuning, seperti sedang memantau kondisi sekitar.

Video tersebut turut menyertakan teks yang berbunyi, "Anaknya kepanasan kerja, dia ngadem nungguin. Satu kata buat ibu ini."

Menanggapi viralnya video tersebut, Kepala Satpol PP Kota Bandar Lampung Ahmad Nurizki Erwandi mengatakan pihaknya telah melakukan pengecekan ke lokasi.

"Sudah kita cek ke lapangan," kata Rizki melalui pesan WhatsApp, Rabu (19/2/2025), melansir dari Kompas.com.

Hasil pengecekan menunjukkan bahwa peristiwa dalam video itu diduga terjadi di sekitar Jalan Soekarno-Hatta (Bypass), Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung.

"Sedang berjalan (pencarian), anggota sudah menyisiri beberapa wilayah di sekitar lokasi," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Honor Sebulan Rp 7 Juta, Mbah Sukiman Disebut Warga 'Naib Kambing', Tekuni Profesi Unik Sejak 90an

Sumber: TribunJatim.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved