Kunjungan Wisatawan dan Tingkat Hunian Hotel di Jawa Barat Turun, Imbas Efisiensi?

Semakin banyak wisatawan yang memilih alternatif akomodasi seperti homestay dan apartemen sewaan yang tersedia melalui aplikasi seperti Airbnb.

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Dok. womensweekly.com.sg
Ilustrasi hotel di Singapura. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus, mengungkapkan bahwa jumlah perjalanan wisatawan nusantara (Wisnus) ke Jawa Barat pada Maret 2025 mengalami penurunan. 

Tercatat sebanyak 15,03 juta perjalanan dilakukan oleh Wisnus ke provinsi ini, turun sebesar 0,84 persen dibandingkan Februari 2025 yang mencapai 15,16 juta perjalanan.
Selain penurunan jumlah perjalanan, sektor perhotelan di Jawa Barat juga mengalami kontraksi cukup tajam. 

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel gabungan berbintang dan nonbintang tercatat hanya sebesar 24,28 persen pada Maret 2025. 

"Angka ini turun drastis sebesar 13,60 poin dari Februari 2025 yang mencapai 37,88 persen," ujarnya, saat paparan Berita Realese Stastistik di Kantor BPS Jawa Barat, Jalan Phh Mustopa No 43, Kota Bandung, Jumat (2/5/2025). 

Jika dirinci lebih lanjut, TPK hotel berbintang tercatat sebesar 28,77 persen, mengalami penurunan 16,74 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di angka 45,51 persen. 

Sementara itu, hotel nonbintang mencatatkan TPK sebesar 14,37 persen, turun 6,96 poin dari Februari yang sebesar 21,33 persen.

Darwis menjelaskan bahwa penurunan ini tidak hanya disebabkan oleh turunnya mobilitas wisatawan, tetapi juga didorong oleh efisiensi belanja pemerintah yang mempengaruhi okupansi hotel-hotel berbintang empat dan lima. 

“Hotel bintang lima dan empat memang banyak digunakan oleh instansi pemerintah. Jadi ketika ada efisiensi anggaran, dampaknya sangat terasa di sana,” ujarnya.

Fenomena ini, menurut Darwis, mencerminkan bagaimana pengeluaran pemerintah melalui APBN masih memiliki efek multiplayer terhadap sektor riil, termasuk perhotelan

“Artinya bahwa pengaruh dari pengeluaran pemerintah itu masih memberikan pengaruh terhadap sektor-sektor lain, termasuk hotel.”

Namun, Darwis juga mencatat bahwa penurunan hunian hotel tak hanya disebabkan oleh efisiensi, tetapi juga oleh perubahan preferensi masyarakat. 

Kini, semakin banyak wisatawan yang memilih alternatif akomodasi seperti homestay dan apartemen sewaan yang tersedia melalui aplikasi seperti Airbnb.

“Ini menjadi tantangan dalam pemotretan data statistik karena penggunaan hunian non-hotel berbintang tidak selalu terdeteksi. Jadi bisa jadi angka TPK hotel menurun karena masyarakat beralih ke akomodasi alternatif yang datanya belum tertangkap sepenuhnya oleh BPS,” jelasnya.

Darwis menjelaskan, rata-rata lama menginap tamu di hotel berbintang pada Maret 2025 tercatat 1,54 malam, sedangkan di hotel nonbintang hanya 1,12 malam. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved