Perwakilan Ulama Perempuan di Garut Ikuti Workshop, Diskusikan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Sejumlah ulama perempuan dari berbagai organisasi Islam di Kabupaten Garut berkumpul untuk mendiskusikan isu kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Giri
Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari
IKUTI WORKSHOP - Sejumlah ulama perempuan di Garut mengikuti workshop kebebasan beragama dan berkeyakinan yang diselenggarakan di Jalan Muara Sanding nomor 170, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (26/4/2025). 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari 

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Sejumlah ulama perempuan dari berbagai organisasi Islam di Kabupaten Garut, termasuk dari Fatayat Nahdlatul Ulama (NU), berkumpul untuk mendiskusikan isu kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Pertemuan tersebut diselenggarakan di Jalan Muara Sanding Nomor 170, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (26/4/2025).

Penanggung jawab kegiatan, Chotijah Panaqi, mengatakan, forum itu membahas dua isu utama, yaitu kebebasan beragama dan berkeyakinan dan kesetaraan gender di lingkungan keagamaan.

Para peserta sepakat, pembahasan ini penting, tidak hanya untuk ulama laki-laki, melainkan juga bagi ulama perempuan sebagai ujung tombak dakwah di tingkat akar rumput.

Baca juga: Tertinggi di Asia Tenggara: Menanti Stasiun Cikajang Garut Bangun dari Tidur Setengah Abadnya

"Kami sharing meneguhkan wacana tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan ini tidak hanya untuk ulama laki-laki tapi juga untuk ulama perempuan," ujarnya.

Ia menuturkan, ulama perempuan juga perlu meneguhkan wacana kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Jika perempuan diberi ruang, ucapnya, mereka akan mampu berkontribusi besar dalam mencerdaskan bangsa termasuk mempercepat penyelesaian persoalan kebangsaan.

"Kemudian kami bahas soal gender. Gender ini bukan dalam kapasitas merebut posisi laki-laki ataupun ulama laki-laki. Tapi bagaimana bisa saling mengisi antara perempuan dan laki-laki sebagai agen untuk mencerdaskan bangsa," ucap dia.

Chotijah menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari program tahunan yang sudah berjalan selama lima tahun, dengan dukungan dari Faith Communities for Peace (Jisra).

Selama ini, ungkapnya, berbagai aktivitas telah dilakukan, mulai dari workshop, dialog, hingga kunjungan ke komunitas kepercayaan lain untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan kebebasan beragama.

"Melalui kegiatan ini, kami ingin meneguhkan bahwa ulama perempuan juga berperan penting sebagai agen perubahan di tengah masyarakat," ucap dia.

Baca juga: Perempuan Muda di Garut Gelapkan Uang Arisan Online, Modus Janjikan Keuntungan 20-50 Persen

Dalam kegiatan itu sejumlah perwakilan ulama perempuan dari setiap organisasi islam hadir, penyelenggara juga menghadirkan narasumber, yakni Cecep Jaya Karama.

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat, Aten Munajat.

Ia menilai forum seperti ini penting untuk memperkuat toleransi dan memperluas peran perempuan dalam kehidupan keagamaan dan sosial.

"Keterlibatan ulama perempuan di tingkat akar rumput sangat strategis untuk memperkuat sendi-sendi kebangsaan kita," ujarnya.

Ia berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut, karena perempuan khususnya ulama perempuan memiliki kekuatan besar dalam membangun masyarakat yang lebih damai, adil, dan beradab.

"Ini penting ya, semoga terus berlanjut dengan program-program baiknya," ucapnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved