Jejak Langkah Creavill Bandung Membangun Kreativitas dan Kemandirian Warga
Creavill tak bekerja sendirian dalam menentukan arah programnya. Mereka mengadopsi pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA)
Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dijuluki sebagai kota kreatif, Bandung bukan hanya tentang seni jalanan, kafe estetik, atau produk mode kekinian. Di balik hiruk-pikuknya, tersimpan semangat pemberdayaan seperti yang dilakukan oleh komunitas Creavill Bandung.
Sebuah komunitas yang berdiri bukan atas dasar popularitas atau keuntungan, tetapi karena keyakinan, bahwa literasi adalah kunci untuk mengubah masa depan.
Bermula dari satu pertanyaan sederhana, bagaimana cara menghadirkan perubahan nyata di tengah masyarakat? Rindra Nuriza dan empat rekannya menjawabnya dengan tindakan.
Pada 17 Mei 2017, mereka resmi mendirikan Creavill Bandung, yang kemudian tumbuh menjadi semacam oasis literasi dan pemberdayaan di tengah gurun tantangan sosial perkotaan.
"Inspirasinya dari ibu saya. Beliau tidak pernah menyerah mendidik saya. Saya ingin anak-anak lain juga bisa merasakan hal yang sama melalui buku," ujar Rindra, Co-Founder Creavill Bandung, Sabtu (19/4/2025).
Creavill lahir bukan sekadar sebagai komunitas membaca. Mereka membentuk identitasnya sebagai wadah pemberdayaan, menjadikan literasi sebagai pintu masuk untuk membangun kreativitas dan kemandirian warga.
Dengan visi besar membangun desa kreatif yang berkelanjutan, Creavill menyinergikan berbagai lapisan masyarakatdari warga, relawan, pegiat sosial, hingga akademisi dan pelaku usaha.
Mereka menyebut ini sebagai “ekosistem kolaboratif”, di mana setiap orang memiliki peran dan kontribusi untuk perubahan.
“Bukan hanya tentang buku atau membaca. Ini tentang bagaimana masyarakat bisa bangkit dan berdaya, dengan cara mereka sendiri,” ujar Syifa Fauziah, Ketua Umum Creavill Bandung.
Salah satu program andalan mereka adalah Rumah Baca Kreatif, yang saat ini telah hadir di berbagai titik, termasuk di kawasan Braga.
Di lokasi ini, kata Syifa, anak-anak tak hanya bisa membaca buku, tetapi juga mengikuti berbagai kegiatan kreatif dari menggambar, menulis cerita, hingga membuat kerajinan tangan.
Tak hanya menyasar kawasan Braga, Creavill Bandung turut membidik titik lain seperti Desa Pasirlangu hingga Desa Cimenyan.
Menggali Potensi Lewat Participatory Rural Appraisal (PRA)
Creavill tak bekerja sendirian dalam menentukan arah programnya. Mereka mengadopsi pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu metode partisipatif yang melibatkan masyarakat secara langsung untuk mengidentifikasi potensi dan masalah yang ada di wilayahnya.
Dengan metode ini, Creavill Bandung hadir bukan sebagai “penolong”, tapi sebagai fasilitator.
Tiga Hal Jadi Perhatian Utama Pemkot Bandung Usai Demo Anarkis Sebabkan 4 Bangunan Terbakar |
![]() |
---|
Langkah Pemkot Bandung Usai Demo Anarkis di DPRD Jabar: 30 Kecamatan Siaga |
![]() |
---|
Ketua DPRD Kota Bandung Irit Bicara Soal Pencabutan Tunjangan, Klaim Sudah Dilakukan Sejak Awal |
![]() |
---|
Perbaikan Infrastruktur Imbas Demo di DPRD Jabar Butuh Tiga Pekan, Farhan Ungkap Upaya Pemulihan |
![]() |
---|
Besok Senin, Sekolah di Bandung yang Ada di Sekitar Titik Rawan Demo Diizinkan Lakukan PJJ |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.