Dedi Mulyadi Ikhlas Tak Jadi Kepala Sekolah Lagi Setelah Wajibkan Murid Pakai Baju Lebaran

Kepala SDN Sawahkulon Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengaku ikhlas setelah dinonaktifkan dari jabatannya.

Penulis: Deanza Falevi | Editor: Giri
Istimewa
ILUSTRASI PNS - Kepala SDN Sawahkulon Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengaku ikhlas setelah dinonaktifkan dari jabatannya. Hal itu imbas dari kebijakannya yang mewajibkan muridnya mengenakan pakaian Lebaran pada hari pertama masuk sekolah setelah libur Idul Fitri. 

TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Kepala SDN Sawahkulon Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengaku ikhlas setelah dinonaktifkan dari jabatannya. Hal itu imbas dari kebijakannya yang mewajibkan muridnya mengenakan pakaian Lebaran pada hari pertama masuk sekolah setelah libur Idul Fitri.

"Benar, saya menerima keputusan Disdik Purwakarta. Insyaallah, ini adalah langkah yang baik bagi saya untuk lebih bersyukur," ujar Dedi saat dihubungi via telepon, Selasa (8/4/2025).

Dedi juga mengucapkan terima kasih kepada Disdik Purwakarta yang telah memberinya kesempatan untuk menjabat sebagai Kepala SDN Sawahkulon.

 "Saya berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan, semoga saya bisa berkontribusi lebih baik di tempat lain," tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto, mengonfirmasi bahwa Dedi Mulyadi telah dinonaktifkan dari jabatannya. Langkah itu dilakukan setelah mendapatkan instruksi langsung dari Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein.

Baca juga: Kisah Haru Habibi: Hidrosefalus, Pengobatan yang Tak Berujung, dan Perjuangan Keluarga di Purwakarta

Purwanto menilai kebijakan yang dibuat Dedi tidak relevan dengan dunia pendidikan. 

"Hal-hal seperti ini tidak seharusnya terjadi di sekolah, terutama yang berkaitan dengan kegiatan halalbihalal atau pakaian Lebaran," ujar Purwanto.

Kepala Dinas Pendidikan yang akrab disapa Kang Ipung ini juga mengingatkan seluruh kepala sekolah di bawah naungan Disdik Purwakarta untuk lebih hati-hati dalam membuat kebijakan.

Baca juga: Panen Raya di Purwakarta: Gabah Langsung Dibeli Bulog dengan Harga Tertinggi Rp 6.500 per Kg

 

"Kegiatan silaturahmi memang penting, namun jangan sampai melibatkan hal-hal yang tidak relevan dengan pendidikan esensial," tegasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved