Kisah Haru Habibi: Hidrosefalus, Pengobatan yang Tak Berujung, dan Perjuangan Keluarga di Purwakarta
Sebagai bentuk perhatian, Bela Purwakarta pun memberikan bingkisan Lebaran kepada orang tua Habibi.
Penulis: Deanza Falevi | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Deanza Falevi
TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Di sebuah desa kecil di Purwakarta, tepatnya di Kampung Parapatan, Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat suara harapan seorang ibu terdengar memecah keheningan.
Idoh, seorang ibu yang penuh ketabahan, merintih dalam doa, memohon kesembuhan bagi anaknya, Habibi, yang berjuang melawan Hidrosefalus sejak usianya yang baru delapan bulan.
Di sisi lain, Habibi yang kini berusia enam tahun, merengek dengan suara yang menggema, berharap teriakannya bisa sampai ke langit, meminta agar penderitaannya yang panjang segera berakhir.
Habibi, sang anak bungsu dari pasangan Mustakim (61) dan Idoh (43), menderita penyakit yang memengaruhi otaknya sejak usia bayi.
Diketahui, hidrosefalus adalah kondisi di mana cairan berlebih menumpuk di otak, mengharuskan Habibi menjalani serangkaian pengobatan dan operasi.
Sebagai orang tua, Mustakim dan Idoh berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan pengobatan terbaik.
Mereka bahkan menjual aset keluarga, termasuk mobil kesayangan mereka, demi biaya pengobatan Habibi.
Pada usia tiga tahun, di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Habibi menjalani prosedur medis yang disebut pemasangan Ventriculoperitoneal Shunt (VP Shunt), yaitu penanaman selang dari kepala hingga perut untuk mengalirkan cairan berlebih.
"Habibi sudah menjalani tiga kali operasi sejak usia satu tahun. Sampai hari ini, pengobatan dan pemantauan rutin terus dilakukan," ujar Mustakim, ayah Habibi saat ditemui dirumahnya, Rabu (9/4/2025).
Namun, pascaoperasi, kondisi Habibi malah memburuk. Ia menjadi semakin agresif, merusak barang-barang di sekitarnya, bahkan terkadang menyakiti orang-orang di dekatnya.
"Televisi sudah hancur, jendela rumah pernah didobraknya, dan Habibi kerap melarikan diri tanpa arah. Bahkan, saat mendengar orang menangis, ia justru semakin berontak," ungkap Idoh, ibu dari Habibi.
Tak jarang, demi keselamatan bersama, orang tuanya terpaksa mengikat kakinya dalam keadaan tertentu.
Kondisi ini berlangsung selama bertahun-tahun, sementara keluarga Habibi semakin terjerat dalam kemiskinan.
Mustakim yang juga menderita stroke akibat stres berat harus bergantung pada perawatan istrinya. Idoh, yang kini harus merawat suami dan anaknya yang sakit, menghadapi perjuangan berat setiap hari.
Ketika kabar tentang kondisi Habibi tersebar, Bela Purwakarta, sebuah wadah silaturahmi lintas elemen masyarakat, segera merespons dengan melakukan kunjungan.
Pemuda Asal Aceh Ditangkap di Purwakarta, Kedapatan Bawa Ratusan Butir Obat Terlarang |
![]() |
---|
Pak Ogah dan Juru Parkir di Purwakarta Kini Dibina dan Dilatih Profesional untuk Bantu Dishub |
![]() |
---|
5 Maling Motor di Purwakarta Ditangkap di Markasnya di Subang, 2 Ditembak saat Coba Kabur |
![]() |
---|
Warga Bisa Dapat Obat untuk Atasi Cacingan dari Puskesmas, Kemenkes: Obatnya Gratis |
![]() |
---|
RSUD Bayu Asih Purwakarta Luncurkan Program BAYARIN, Bantu Warga Purwakarta Lunasi Tunggakan BPJS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.