Melihat Azan Pitu di Cirebon, Lantunan Harmonis 7 Muazin Usir Wabah Sejak Zaman Sunan Gunung Jati
Tradisi azan pitu masih lestari di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, kawasan Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Januar Pribadi Hamel
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Tradisi azan pitu masih lestari di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, kawasan Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Tradisi ini berbeda dengan masjid pada umumnya, di mana azan dikumandangkan oleh tujuh orang muazin secara bersamaan setiap salat Jumat.
Tribun turut menyaksikan langsung pelaksanaan azan pitu saat salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Jumat (7/3/2025).
Ketujuh muazin tampak mengenakan jubah hijau dan sorban putih, berdiri di saf khusus yang berada di ruang utama masjid.
Di salah satu tiang, tujuh pengeras suara dipasang berjejer untuk memperkuat lantunan azan.
Meski dikumandangkan secara serempak, suara azan dari ketujuh muazin terdengar harmonis dan seirama.
Tinggi rendah nada mereka juga terdengar selaras, sehingga menghasilkan lantunan yang merdu.
Baca juga: Cristiano Ronaldo Sering Ingatkan Rekan Setimnya untuk Salat dan Minta Latihan Berhenti Saat Azan
Pengurus Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kiai Ahmad menyampaikan, bahwa tradisi azan pitu sudah berlangsung sejak zaman Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah, salah satu anggota Wali Sanga.
Tradisi ini bermula saat wabah penyakit melanda Keraton Cirebon, termasuk istri Sunan Gunung Jati, Nyimas Pakungwati.
"Di era Sunan Gunung Jati, salah satu istrinya yaitu Nyimas Pakungwati yang merupakan putri Mbah Kuwu Cirebon, Pangeran Cakrabuana, terkena wabah penyakit."
"Sehingga banyak masyarakat yang meninggal dan sakit," ujar Ahmad saat berbincang dengan media, Jumat (7/3/2025).
Sunan Gunung Jati kemudian memohon petunjuk kepada Allah dan mendapatkan wangsit bahwa wabah akan hilang jika azan dikumandangkan oleh tujuh orang secara bersamaan.
Setelah dilakukan, wabah tersebut perlahan mereda dan masyarakat pun kembali sehat.
Sejak saat itu, tradisi azan pitu terus dilestarikan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Menurut Ahmad, pada masa lalu azan pitu dikumandangkan setiap salat lima waktu, namun kini hanya saat salat Jumat.
Baca juga: Warga Kumandangkan Azan dan Takbir Saat Hujan Deras dan Angin Kencang Landa Sukaraja Sukabumi
"Yang azan ini harus kaum masjid, yakni keluarga yang secara turun-temurun diangkat oleh sultan untuk mengurus masjid ini."
"Jadi tidak keluar dari kaum ini. Kaum ini jumlahnya hanya 30 orang. Diangkat oleh Sultan, kalau meninggal ya diganti lagi," ucapnya.
Tradisi azan pitu juga kembali dilakukan saat pandemi Covid-19 untuk memohon keselamatan dari wabah.
"Alhamdulillah, setelah azan pitu dikumandangkan, angka paparan virus Corona di sekitar masjid tidak sebanyak di wilayah lain," jelas dia.
Adapun Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1480 Masehi dan menjadi salah satu jejak penyebaran Islam di Cirebon.
Masjid ini selalu dipadati jemaah, terutama saat salat Jumat dan bulan Ramadan, baik dari warga sekitar maupun luar daerah yang ingin merasakan atmosfer spiritual dan sejarah yang kental. (*)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.
IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI
Mengenal Mesin Canggih BPBD Cirebon, Bisa Ubah Air Kotor hingga Air Laut Jadi Layak Konsumsi |
![]() |
---|
SK Menteri Jadi Objek Sengketa, Kemenkum Jabar Hadiri Sidang Perdata di PN Sumber Cirebon. |
![]() |
---|
Perbaikan Telan Rp 229 Juta, Lapangan Desa Bungko Cirebon hanya Diurug Tanah Empang dan Becek |
![]() |
---|
Guru yang Lecehkan Murid di Cirebon Dikabarkan Ditangkap, Polisi Buka Suara: Masih Pemeriksaan Saksi |
![]() |
---|
4 Tenaga Pendamping Desa di Cirebon Jadi Tersangka Kasus Korupsi Pajak, Rugikan Negara Rp 2,9 M |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.