Reshuffle Kabinet: Mobil Mewah yang Kehilangan Tenaga?

Prof. Karim Suryadi, menyatakan reshuffle kabinet dianggap mendesak sebagai respons atas evaluasi terhadap kinerja sejumlah menteri.

Dokumen Pribadi
PENGAMAT KOMUNIKASI POLITIK - Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Karim Suryadi, menyebut reshuffle kabinet dianggap mendesak sebagai respons atas evaluasi terhadap kinerja sejumlah menteri. 

“Jika pemerintah terlambat mewujudkan harapan, atau janji yang sudah dilontarkan, maka kepercayaan akan tergerus. Dan, bukan kabar baik jika pemerintahan kehilangan kepercayaan,” tegasnya.

Tantangan di Berbagai Sektor

Program-program populis seperti makan bergizi gratis yang baru dirintis juga belum menunjukkan hasil optimal.

“Ini program penting, tapi sampai saat ini timbul tenggelam nasibnya,” kata Prof. Karim.

Di sektor pendidikan, rencana perubahan sistem penerimaan murid baru justru menimbulkan keresahan.

“Baru dengar rencana, orang tua murid sudah gelisah, karena rencana itu tidak secara gamblang menjelaskan apa yang diubah (dan mengapa harus diubah),” tambahnya.

Lebih jauh, Prof. Karim mempertanyakan apakah mekanisme baru nantinya bisa memutus intervensi pihak-pihak yang selama ini mengacaukan sistem.

Kriteria Ideal Menteri

Menurut Prof. Karim, seorang menteri tidak cukup hanya memiliki keahlian di bidangnya atau dukungan politik dari partai tertentu.

“Paduan pas antara kapasitas, akseptabilitas, dan manner, alias kepatutan yang bersangkutan menampilkan dirinya sebagai pejabat publik, menjadi penentu performanya,” paparnya.

Dengan dinamika yang ada, reshuffle kabinet tidak hanya menjadi kebutuhan mendesak tetapi juga langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan kepercayaan publik terhadap pemerintahan Prabowo Subianto.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved