Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg

Medsos Bahlil Lahadalia Diserbu di Tengah Langkanya LPG 3 Kg, Warganet: Sudah Susah Tambah Susah

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia diserbu warganet di media sosial di tengah kisruh kelangkaan LPG 3 kg di berbagai wilayah.

Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
LPG 3 KG LANGKA (ARSIP): Menteri ESDM Bahlil Lahadalia diserbu warganet di media sosial di tengah kisruh kelangkaan LPG 3 kg di berbagai wilayah. 

TRIBUNJABAR.ID - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia diserbu warganet di media sosial di tengah kisruh kelangkaan liquefied petroleum (LPG) 3 kg.

Baru-baru ini, pemerintah baru saja mengumumkan kebijakan baru terkait larangan pengecer menjual LPG 3 kg mulai 1 Februari 2025.

Alasannya, pemerintah ingin memastikan bahwa subsidi LPG ini tepat sasaran dan distribusi tabung 3 kg bisa lebih terkontrol.

Di lapangan, kebijakan tersebut membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan LPG 3 kg tersebut.

Sejumlah video viral di media sosial menunjukkan warga yang mengantre di pangkalan resmi Pertamina, bahkan rela berhujan-hujanan, demi mendapat gas tersebut.

Buntut dari kebijakan ini, Bahlil Lahadalia selaku Menteri ESDM menuai sorotan tajam dari para warganet.

Pantauan Tribunjabar.id, Senin (3/2/2025) sore, unggahan Instagram terbaru Bahlil Lahadalia dipenuhi kritik dan curhatan dari para warganet yang terdampak.

"Usaha bapak saya cuma jualan gas eceran sedangkan sekarang gasnya susah, bingung udah susah tambah susah," tulis @sar****a8.

Baca juga: Masyarakat Purwakarta Diimbau Bijak Beli LPG 3 Kg, Pemerintah Sebut Pasokan Tetap Tersedia

"Lapak gorengan saya tutup 2 hari, enggak punya gas," tulis @ibr******091.

"Biasa beli gas 20-21rb juga ga masalah yg penting stok banyak di semua warung yg bikin ribet emak2 tuh pas lagi masak eh gas abis masa harus antri ke agen gede + antri panjang mana jauh lagi," tulis @i.m****ta.

Cari Solusi

Bahlil Lahadalia mengaku tengah membahas masalah ramainya warga yang antre demi mendapatkan LPG 3 kg yang terjadi di berbagai wilayah.

"Lagi dibahas dan diawasi agar tidak terjadi antrean yang panjang," kata Bahlil di kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2025), dikutip dari Tribunnews.

Salah satu solusi yang tengah dibahas oleh Bahlil Lahadalia dan jajaran Kementerian ESDM adalah membuat para pengecer naik statusnya menjadi pangkalan resmi Pertamina.

Adapun cara menjadi pangkalan resmi Pertamina, pengecer perlu memenuhi syarat yang berlaku, lalu mendaftar melalui sistem Online Single Submission (OSS) untuk mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).

"Ini kan cuma status dari pengecer ke pangkalan, izin dikasih. Kalau dia enggak mau, saya justru ada pertanyaan ada apa," ujar Bahlil.

Sebelumnya, Bahlil Lahadalia menjelaskan kebijakan ini diterapkan untuk mengatasi masalah penyaluran yang tidak tepat sasaran.

ANTRE GAS MELON - Sejumlah warga mengantre untuk bisa beli LPG 3 kilogram di Jalan Terusan Suryani, Kecamatan Bandung Kulon, Senin (3/2/2025).
ANTRE GAS MELON - Sejumlah warga mengantre untuk bisa beli LPG 3 kilogram di Jalan Terusan Suryani, Kecamatan Bandung Kulon, Senin (3/2/2025). (tribunjabar.id / Hilman Kamaludin)

Selain itu, pihaknya ingin menertibkan permainan harga yang membuat Elpiji kerap dijual lebih mahal dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan.

Ia menjelaskan bahwa seharusnya setelah disubsidi oleh pemerintah, harga LPG 3 kg di pangkalan resmi berkisar antara Rp15.000 hingga Rp18.000 per tabung.

Itu setara dengan harga per kilogram yang seharusnya antara Rp 5.000 hingga Rp 6.000.

Namun, laporan yang diterima oleh Kementerian ESDM menunjukkan adanya permainan harga.

"Laporan yang masuk ke kami itu kan ada yang memainkan harga. Ini jujur saja," katanya

Baca juga: Tabung LPG 3 Kg Kosong di Warung, Warga Kabupaten Bandung Berburu Gas Hingga Luar Kecamatan

Selain itu, Bahlil juga menyebutkan bahwa ada kelompok tertentu yang membeli Elpiji dalam jumlah yang tidak wajar.

Hal itu menyebabkan harga naik dan distribusi menjadi tidak tepat sasaran.

"Ya mohon maaf tidak bermasuk curiga nih. Ada satu kelompok orang yang membeli elpiji dengan jumlah yang tidak wajar. Ini untuk apa? Harganya naik. Sudah volumenya tidak wajar, harganya pun dimainkan," ujar Bahlil.

Bahlil juga mengungkapkan bahwa permainan harga ini biasanya terjadi di tingkat pengecer.

Oleh karena itu, kebijakan ini bertujuan untuk menertibkan distribusi dan memastikan Elpiji 3 kg hanya bisa dibeli di pangkalan resmi, bukan di pengecer.

Terkait dengan jarak pangkalan resmi yang mungkin lebih jauh dari lokasi pembeli dibanding ke pengecer, Bahlil memahami kesulitan yang mungkin timbul.

"Sekarang saya dapat memahami. Contoh di Jakarta Timur di tempat saya tinggal. Pengecer itu biasanya cuman 100 meter saya bisa dapat elpiji di pengencer itu," tutur Bahlil.

"Sekarang mungkin bukan 100 meter, tapi mungkin 500 meter atau 1 kilo. Kadang-kadang tempatnya pun belum tahu karena di pangkalan itu. Ini yang membuat sekarang ada sedikit peralihan," lanjutnya.

Bahlil kembali meminta agar pengecer dapat meningkatkan status mereka menjadi pangkalan resmi. 

Kelangkaan LPG 3 kg di Kota Bandung

Kelangkaan LPG 3 kg terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Kota Bandung.

Salah seorang agen di Jalan Laswi, Abi mengatakan pihaknya kesulitan memenuhi kebutuhan konsumen.

Terlebih, pendistribusian sempat tertunda lantaran cuti bersama Isra Mi'raj dan Imlek kemarin. 

"Ini masih menunggu pengiriman," kata dia, kepada Tribunjabar.id, Senin (3/2/2025). 

Dia menuturkan, menunggu pengiriman hingga satu minggu lamanya. 

Hingga saat ini, harga jual gas LPG 3 kilogram di pangkalan dibanderol di harga Rp 16.600 per tabungnya.

"Meski kemarin sempat kosong (stoknya), harga jual enggak berubah, relatif normal," ujarnya. 

Terbatasnya stok gas LPG 3kg ini dikeluhkan warga juga dikeluhkan oleh warga.

Enang misalnya, warga mengeluhkan aturan terbaru tersebut. Menurutnya, ia harus ke pangkalan agen yang jaraknya lebih jauh dari pengecer yang selama ini jadi langganannya. 

"Biasanya deket dari rumah, sudah berhari-hari keliling baru nemu deket sini di Jalan Lengkong," kata Enang. 

Warga Buahbatu ini menyebut, sebagai penjual warung nasi ini mengeluhkan kelangkaan gas LPG. 

"Meski ada tabung cadangan, tapi kalau mau habis terus cari ke agen jaraknya lumayan tapi ternyata stoknya kosong, kan, ribet," ungkap dia.

"Ya, kalau bisa stoknya aman, sehingga masyarakat seperti kami tidak kesulitan," katanya.

(Tribunjabar.id/Rheina, Nappisah) (Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)

Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved