Konflik Suriah
Ada Seribuan WNI yang Masih Bertahan di Damaskus, KBRI Berlakukan Status Siaga 1 di Suriah
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus memperluas status siaga 1 untuk seluruh wilayah Suriah, menyusul eskalasi yang terjadi
HTS yang mempelopori kemajuan pemberontak di Suriah barat, sebelumnya merupakan afiliasi Al Qaeda yang dikenal sebagai Front Nusra hingga pemimpinnya Abu Muhammed al-Golani memutuskan hubungan dengan gerakan jihad global pada tahun 2016.
“Pertanyaan sebenarnya adalah seberapa tertib transisi ini, dan tampaknya cukup jelas bahwa Golani sangat ingin transisi ini berjalan dengan tertib,” kata Joshua Landis, pakar Suriah dan Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma.
Golani tidak ingin terulangnya kekacauan yang melanda Irak setelah pasukan pimpinan Amerika menggulingkan Saddam Hussein pada tahun 2003.
“Mereka harus membangun kembali, mereka membutuhkan Eropa dan Amerika untuk mencabut sanksi,” kata Landis.
HTS adalah kelompok pemberontak terkuat di Suriah dan sebagian warga Suriah masih khawatir kelompok itu akan menerapkan aturan Islam yang kejam atau memicu aksi pembalasan.
Negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Mesir, keduanya merupakan sekutu dekat AS, memandang kelompok militan Islam sebagai ancaman nyata, sehingga HTS mungkin menghadapi perlawanan dari kekuatan regional.
Dalam sebuah konferensi di Manama, Anwar Gargash, penasihat diplomatik presiden Uni Emirat Arab, mengatakan kekhawatiran utama negara itu adalah “ekstremisme dan terorisme.”
Dia mengatakan Suriah belum keluar dari masalah dan menambahkan bahwa dia tidak tahu apakah Assad berada di UEA atau tidak.
Gargash menyalahkan jatuhnya Assad karena kegagalan politik dan mengatakan dia belum pernah menggunakan 'jalur penyelamat' yang ditawarkan kepadanya oleh berbagai negara Arab sebelumnya, termasuk UEA. (*)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.