Kata Atalia Soal Kasus Kekerasan Pada Anak dan Perempuan: Seperti Fenomena Gunung Es

Anggota Komisi VIII DPR RI, Atalia Praratya menyoroti kasus kekerasan pada anak dan perempuan yang terjadi di Indonesia

Tribun Jabar
Ilustrasi Kekerasan pada Anak 

Laporan Wartawan Tribun Jabar Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Anggota Komisi VIII DPR RI, Atalia Praratya menyoroti kasus kekerasan pada anak dan perempuan yang terjadi di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat karena kasusnya masih tinggi

Atas hal tersebut, pihaknya akan terus memberikan perhatian serius bagi korban kasus kekerasan pada anak dan perempuan itu terutama di daerah Jawa Barat agar jumlah kasusnya bisa ditekan secara signifikan.

"Kalau Indonesia itu banyak sekali, jadi saya secara tahu lengkapnya karena ini berubah terus. Tapi saya melihat untuk Jawa Barat sendiri kasus-kasusnya cukup tinggi," ujar Atalia saat ditemui di Jalan Batik Rengganis, Minggu (8/12/2024) sore.

Baca juga: Dirikan Rumah Aspirasi di Saluyu, Cara Atalia Tampung Kebutuhan dan Suara Masyarakat

Sementara di Jawa Barat pada tahun 2023, kata Atalia, kasus kekerasan pada anak dan perempuan itu kurang lebih ada 500-an kasus, tetapi pihaknya meyakini bahwa itu merupakan fenomena gunung es.

"Di balik itu masih banyak sekali yang ditemukan sudah dalam kondisi sudah melewati hal-hal di luar nalar ya. Di antaranya karena sudah kehilangan nyawa dan lain sebagainya," katanya.

Dengan kondisi itu, Atalia mengaku merasa sangat miris karena banyak kasus kekerasan pada anak dan perempuan di Jawa Barat, khususnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bullying, dan lain-lain.

"Karena dari kasus yang ada di seluruh Indonesia itu,  kasus-kasus termasuk pelecehan seksual itu terjadi paling banyak adalah di usia anak," ucap Atalia.

Untuk itu, kata Atalia, tentunya harus ada kolaborasi bersama-sama secara simultan dengan seluruh elemen masyarakat, keluarga, institusi pendidikan, termasuk lingkungan dalam mencegah kekerasan pada anak dan perempuan itu.

Baca juga: Analisa Sujana di Laga Persib vs PSS Sleman: Maung Bisa Manfaatkan Pengalaman ACL 2 Raih 3 Poin

"Jadi kami ingin menggerakkan dari berbagai sudut, nah yang paling penting adalah terkait dengan bagaimana masyarakat ini mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang kita harapkan karena ini kurangnya mereka terakses oleh informasi tersebut," katanya.

Atas hal tersebut, pihaknya akan membuat sebuah langkah supaya kita bisa menyampaikan pencegahan kepada kepada setiap keluarga, seperti melalui majelis taklim dan lain sebagainya.

"Insya Allah, kita akan berusaha keras untuk kemudian kita meminimalisir angka-angka kasus-kasus dan permasalahan yang terjadi di wilayah, khususnya Kota Bandung dan Cimahi," ujar Atalia.

Selain itu, pihaknya juga akan melakukan pendampingan kepada korban karena pemerintah juga sudah membuka ruang dengan saluran-saluran seperti Sapa 129 dari Kementerian PPA, sehingga korban bisa melaporkan dan nantinya akan langsung didampingi.

"Ada juga melalui Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, rumah sakit jiwa. Kita juga punya Kajol atau kesehatan jiwa online, punya banyak sebetulnya. Tapi tadi ternyata masyarakat belum mendapatkan informasi yang cukup signifikan untuk mereka bisa akses ke sana," katanya. (*)

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved