Mahasiswa Teknologi Rekayasa Manufaktur Bangun Sistem Irigasi Tetes dan Mesin Pencacah

Kegiatan kuliah kerja nyata dibuka pada hari selasa (5/11/2024) dibalai desa pangalengan dengan di hadiri kepala Desa Pangelangan besertajajarannya

Istimewa
Kolaborasi untuk Pertanian Berkelanjutan: Mahasiswa Teknologi Rekayasa Manufaktur Bangun Sistem Irigasi Tetes dan Mesin Pencacah di Desa Pangalengan 

TRIBUNJABAR.ID Di kaki perbukitan Desa Pangalengan yang subur, sekelompok mahasiswa Teknologi Rekayasa Manufaktur telah membawa angin segar bagi pertanian lokal. Dalam rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan pada tanggal 4 November hingga 15 November 2024, dengan tema “Kolaborasi untuk pertanian berkelanjutan “. Dengansemangat gotong royong, para mahasiswa menggandeng petani setempat untuk merancang dan mengimplementasikan teknologi yang akan membantu dalam peningkatan proses pertanian, memastikan bahwa solusi yang ditawarkan tidak hanya modern tetapi juga ramah lingkungan dan mudah digunakan. Kini, usaha mereka mulai menuai hasil, menciptakan optimisme baru di kalangan petani Desa Pangalengan. 

Kegiatan kuliah kerja nyata dibuka pada hari selasa (5/11/2024) dibalai desa pangalengan dengan di hadiri kepala Desa Pangelangan besertajajarannya dan juga Kepala program studi Teknologi Rekayasa Manufaktur beserta dosen pembimbing lain nya. Dalam sambutannya, Kepala Program Studi Teknologi Rekayasa Manufaktur Haris Setiawan mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasi kepada masyarakat Desa Pangelangan atas penerimaan dan dukungan mereka terhadap kegiatan KKN ini.

“Kami sangat mengapresiasi sambutan hangat dan dukungan luar biasa dari masyarakat Desa Pangalengan. Program yang dirancang oleh mahasiswa kami difokuskan untuk memberikan solusi nyata dalam meningkatkan hasil pertanian. Dengan mengintegrasikan ilmu dan teknologi yang mereka pelajari selama enam semester di Polman Bandung dengan dikombinasikan ilmu pertanian, kami optimis kegiatan ini dapat memberikan dampak positif. Kami juga berharap partisipasi aktif dari seluruh warga desa dapat memperkuat keberhasilan program ini,” ungkap Kepala Program Studi Teknologi Rekayasa Manufaktur.

pol10512

Salah satu inovasi yang menjadi sorotan dalam kegiatan ini adalah penerapan sistem irigasi tetes (deep irrigation). Teknologi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan petani di Desa Pangalengan yang sering menghadapi tantangan ketersediaan air, terutama saat musim kemarau. Sistem ini bekerja dengan menyalurkan air secara perlahan dan langsung ke akar tanaman, sehingga penggunaan air menjadi lebih efisien hingga 50 persen dibandingkan metode irigasi tradisional.

Mahasiswa TRM memastikan bahwa rancangan sistem ini sederhana namun efektif, menggunakan bahan-bahan lokal yang mudah didapat seperti selang mikro, tangki penampung, dan pengatur aliran air berbasis gravitasi. Dalam pelaksanaannya, petani diajak untuk memahami cara instalasi, perawatan, dan pengoperasian sistem ini, sehingga mereka mampu mengelola irigasi secara mandiri di masa depan.

pol20512

Salah satu petani, Pak Ade, mengungkapkan bahwa sistemini tidak hanya menghemat air, tetapi juga waktu. “Dulu, saya harus menyiram tanaman satu per satu, sekarang saya hanya perlu memastikan tangki air terisi. Hasil panen pun mulai terlihat lebih baik karena tanaman terairi secara merata,” katanya penuh semangat.

Melalui inovasi deep irrigation ini, para mahasiswa tidak hanya menyelesaikan persoalan teknis, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumber daya air secara bijak untuk keberlanjutan pertanian.

pol30512

Selain sistem irigasi tetes, mahasiswa TRM juga memperkenalkan mesin pencacah untuk mempermudah pengolahan limbah kelapa menjadi cocopeat. Cocopeat, yang merupakan serbuk sabut kelapa, memiliki nilai tambah sebagai media tanam organik yang ramah lingkungan dan sangat bermanfaat untuk mempertahankan kelembapan tanah. Desa Pangalengan, dengan melimpahnya limbah sabut kelapa, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan bahan ini sebagai bagian dari pertanian berkelanjutan.

Mesin pencacah ini dirancang khusus untuk efisiensi tinggi dengan sistem pisau yang kuat dan motor hemat energi. Mahasiswa juga memperhatikan aspek keberlanjutan dengan menggunakan material lokal dalam pembuatan mesin, sehingga biayanya tetap terjangkau bagi komunitas setempat. Dalam demonstrasi, mesin ini mampu mengolah limbah sabut kelapa menjadi cocopeat berkualitas dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan pengolahan manual.

pol40512

“Dengan mesin ini, kami bisa memanfaatkan sabut kelapa yang duluhanya terbuang begitu saja,” ujar Pak Ade, seorang petani lokal yang kini menggunakan cocopeat sebagai media tanam penganti tanah. Tidak hanya bermanfaat bagi petani, mesin pencacah ini juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat Desa Pangalengan.

Inovasi ini menunjukkan bagaimana teknologi sederhana dapat menciptakan dampak yang besar, mendukung produktivitas pertanian sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tak hanya fokus pada inovasi teknologi, mahasiswa TRM juga menggerakkan kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga Desa Pangalengan. Salah satu agenda utama mereka adalah kerja bakti membersihkan parit dan saluran irigasi desa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi saluran air yang tersumbat akibat tumpukan sampah dan sedimentasi, sehingga aliran air menjadi lebih lancar dan mendukung sistem irigasi yang telah dibangun.

pol50512

Dengan semangat gotong royong, mahasiswa dan warga bergandengan tangan membersihkan sepanjang ratusan meter parit. Tak jarang tawa dan canda menghiasi momen kerja keras ini, mencerminkan kedekatan yang terjalin antara mahasiswa dan masyarakat setempat. 

Selain membersihkan, mahasiswa juga memberikan edukasi kepada warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama saluran air. Mereka mendorong masyarakat untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan ke parit dan mulai memilah sampah organik untuk dijadikan kompos. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat sekaligus mendukung keberlanjutan program irigasi desa.

Kegiatan sosial ini tidak hanya mempererat hubungan antara mahasiswa dan warga, tetapi juga menjadi bentuk nyata kolaborasi untuk menciptakan desa yang lebih bersih, sehat, dan produktif.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved