Mahasiswa Telkom University Ciptakan Alat Pendeteksi Korban Selamat di Reruntuhan Gempa Bumi
Dalam upaya meminimalisir dampak korban gempa bumi, mahasiswa dan dosen dari Telkom University menciptakan alat pendeteksi korban hidup di reruntuhan.
Penulis: Adi Ramadhan Pratama | Editor: Januar Pribadi Hamel
Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Adi Ramadhan Pratama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dalam upaya meminimalisir dampak korban gempa bumi, mahasiswa dan dosen dari Telkom University menciptakan alat pendeteksi korban hidup di bawah reruntuhan.
Bernama Ralivide (Radar Live Victim Detector), alat tersebut dirancang khusus untuk mendeteksi pergerakan pernapasan korban gempa bumi yang masih hidup di balik reruntuhan bangunan.
Mahasiswa Telkom University sekaligus inisiator, Surya Sanjiwani (22) mengungkapkan bahwa alatnya tersebut terinspirasi dari alat pendeteksi pergerakan pernapasan yang dikembangkan secara bertahap.
Baca juga: Sebanyak 107 Gempa Bumi Guncang Jawa Barat selama November 2024, BMKG Beri Himbauan Penting
"Jadi pergerakan pernapasan itu berkembang, jadi pergerakan pernapasan di balik dinding. Nah, di balik dinding itu ada inovasi muncul jadi deteksi korban hidup reruntuhan korban gempa," ujarnya kepada Tribun Jabar saat pameran inovasi Telkom University pada Senin (2/11/2024).
Alat yang berukuran kurang dari satu meter tersebut memanfaatkan teknologi radar untuk mengukur pergerakan kecil dari pernapasan manusia yang masih hidup dibalik reruntuhan.
"Tepatnya itu korban yang masih hidup. Jadi orang yang masih hidup itu, masih ada pergerakan napasnya. Nah pergerakan kecil atau doppler itu diukur dalam radar, apakah di bawah ada korban yang hidup di dalam reruntuhan atau tidak," katanya.
Untuk penggunanya, Surya menjelaskan bahwa hal itu cukup mudah. Sang pengguna hanya perlu menempelkannya ke reruntuhan yang ingin diperiksa. Sama hal, seperti cara penggunaan metal detector.
Baca juga: 10 SD di Cibeber Cianjur Rusak Akibat Gempa Bumi Hari Ini, Satu yang Parah
Dengan alat tersebut, Surya mengatakan bahwa sang pengguna bisa mengetahui di balik reruntuhan gempa bumi, apakah ada korban jiwa yang masih hidup atau tidak, sedalam 1 hingga 2 meter.
"Sebenarnya kalau alat ini dispesialisasikan untuk reruntuhan seperti tembok, bata, mebel atau bangunan lainnya. Kalau untuk tanah, sebenernya bisa tapi berbeda fokusnya," ucapnya.
Surya menjelaskan bahwa alat invosi tersebut akan terus dikembangkan lebih baik ke depannya. Bahkan menurutnya, pengembangan tersebut sudah masuk ke tahap uji coba.
"Kebetulan ada, dari upgrade-nya ke radarnya itu dibawa oleh drone, untuk meminimalisir puing-puing runtuh kembali saat kita jalan," ujarnya.
Meskipun Ralivide merupakan inovasi yang menjanjikan, alat itu belum mendapatkan perhatian dari pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) atau pihak kebencanaan lainnya. (*)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.
IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI
Seorang Anggota Jemaat Wafat, Puluhan Rumah dan 3 Gereja Rusak Akibat Gempa 6,0 SR di Poso |
![]() |
---|
Fakta-fakta Gempa Poso Sulawesi Tengah 6,0 M hingga Gereja Ambruk, Ternyata Ada Riwayat Gempa Serupa |
![]() |
---|
Gempa M 6,0 Guncang Poso, Puluhan Warga Luka dan Tempat Ibadah Rusak |
![]() |
---|
Warga Cianjur Selatan Berhamburan Keluar Rumah Dini Hari Tadi, Panik Diguncang Gempa Bumi M 4,4 |
![]() |
---|
Getaran Gempa Bumi Terasa di Pangalengan Kabupaten Bandung, Camat Ungkap Kondisi Wilayahnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.