Bagi Warga Kampung Sukamahi, Golok Bukan Sekadar Senjata, Tapi Kehidupan
Bagi para perajin golok di Kampung Sukamahi, Kabupaten Bandung, golok bukan semata senjata. Bagi mereka, golok adalah kehidupan...
Penulis: Arief Permadi | Editor: Arief Permadi
“Bisa jutaan rupiah,” ujar Dedi Mulyana (47), salah seorang pedagang golok di Sukamahi.
Dedi mengatakan, satu bilah golok di Kampung Sukamahi dijual dengan harga yang bervariasi, tergantung bentuk dan kualitasnya. Untuk golok-golok biasa dijual dengan harga Rp 50 ribu hingga 250 ribu. Namun, untuk golok yang memiliki pamor lebih mahal lagi, bisa mencapai tiga hingga lima jutaan rupiah.
Selain dijual ke beberapa daerah di Indonesia, menurut Dedi, golok asal Sukamahi juga dijual ke mancanegara. Salah satu yang rutin adalah Malaysia. Mereka bahkan datang sendiri ke Sukamahi dan melihat proses pembuatannya.
“Kendala kami terkait pasar internasional ini mungkin ada di permodalan. Modal kami masih belum cukup untuk secara rutin memenuhi pasar internasional,” ujar Dedi.
Untuk pasar lokal, ungkap Dedi, mereka biasanya mengirim ke wilayah Sukabumi. “Di sana pengepul besarnya.”
Selain membuat golok, para perajin di Sukamahi juga membuat perkakas lain seperti pisau, karambit, dan aneka senjata tajam dengan motif yang lebih kekinian. Para perajin juga membuat keris dengan aneka motif dan pamornya.
“Juga kujang yang menjadi senjata khas masyarakat Sunda,” ujarnya.
Namun, di luar sisi bisnis yang kini mewarnai tradisi pembuatan golok di Sukamahi, bagi masyarakat Sukamahi golok lebih dari sekadar barang dagangan, melainkan bagian identitas yang menyatukan mereka. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.