Berita Viral

Cerita Sahat WNI Pemilik Bus Bertuliskan 'Pulang Malu Tak Pulang Rindu', 21 Tahun Merantau ke Jepang

Belakangan ini media sosial tengah ramai memperbincangkan ebuah bus di Jepang yang bertuliskan 'Pulang Malu Tak Pulang Rindu'.

|
Kolase Tribun Jabar(IG Sahat)
Pemilik PO Bus Sahat's Trans, Sahat Situmorang mengaku mengawali bisnisnya itu sejak 2015. 

Menurutnya, tulisan itu ada pada dua bus miliknya di Jepang dan menjadi sebuah identitas tersendiri.

Tak heran, banyak orang Indonsia di Jepang yang sering berfoto dengan latar belakang busnya.

“Karena itu lucu juga kan, ya. Negara Jepang, tapi ada bus yang ada kata-kata Indonesia-nya. Itu satu keunikan sendiri, dan terbukti banyak orang yang foto-foto dan dibagikan ke media sosial,” terangnya.

Bus sempat tak terpakai saat Covid-19

Pria yang telah merantau ke Jepang selama 21 tahun itu mengaku bisnis penyewaan bus itu tidak selalu berjalan mulus.

Setelah membeli bus, pandemi Covid-19 justru melanda dunia.

Dampaknya armada baru pun tidak terpakai lantaran kebijakan lockdown di Jepang.

“Pas kita habis beli bus, habis itu Covid-19, akhirnya kita off dulu dan setelah tiga tahun baru bisa dipakai,” ucap Sahat. 

Saat keadaan berangsur normal usai pandemi Covid-19, ia kemudian menambah satu armada bus. 

Baca juga: Viral Bayi di Pengungsian Erupsi Lewotobi Dinamai Gibran, Ortu Bongkar Alasannya: Wapres Mau Datang

Ketatnya regulasi di Jepang 

Sahat bercerita, bisnisnya berjalan lambat karena rumitnya regulasi terkait transportasi di Jepang

Kendala yang sering dihadapinya adalah lisensi mengemudi yang berbeda antara Surat Izin Mengemudi (SIM) Indonesia dengan Jepang.

“Kalau di Indonesia kan ada SIM B2 Umum kalau bawa bus. Tapi kalau di sini berbeda, SIM dari Indonesia tidak bisa dipakai dan harus kursus dulu sebelum boleh mengemudikan bus,” ujarnya. Karenanya, sopir bus yang bekerja di perusahaannya wajib memiliki SIM untuk kendaraan pribadi terlebih dahulu. 

Setahun kemudian, para calon sopir baru bisa mengambil kursus selama satu bulan untuk mendapat lisensi mengemudi. 

Kini, ia memiliki delapan sopir bus, dua di antaranya merupakan orang Jepang yang fasih berbahasa Indonesia. 

“Kita semua driver-nya orang Indonesia karena tamu juga rata-rata dari Indonesia. Terkadang juga menerima dari Malaysia dan Singapura karena bahasanya yang cukup sama,” paparnya. 

Saat ini, satu orang sopir bus hanya boleh mengemudi maksimal 12 jam per hari. 

Karenanya, Sahat harus memberangkatkan dua sopir jika perjalanan jauh.

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved