Berita Viral

Sosok Zulfiandi Zulhan, Profesor di ITB Ciptakan Alat Ubah Bijih Jadi Logam Kurang dari 2 Menit

Sosok Zulfiandi Zulhan menjadi sorotan viral karena videonya yang bernarasi "tanah berubah jadi logam dalam waktu kurang dari 2 menit."

Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
Instagram @santosoim
Sosok Zulfiandi Zulhan menjadi sorotan viral karena videonya yang bernarasi "tanah berubah jadi logam dalam waktu kurang dari 2 menit." 

TRIBUNJABAR.ID - Sosok Zulfiandi Zulhan menjadi sorotan viral di media sosial karena videonya yang bernarasi "tanah berubah jadi logam dalam waktu kurang dari dua menit".

Video tersebut dibagikan oleh akun Instagram @santosoim, Sabtu (2/11/2024).

Dalam video tersebut, Zulfiandi Zulhan sedang mempraktikan cara kerja alat bernama reaktor plasma hidrogen.

Alat tersebut berfungsi untuk mengubah bijih menjadi logam dalam waktu dua menit.

"Bukan sulap bukan sihir, detik-detik tanah berubah jadi besi dan nikel dalam waktu 2 menit," tertulis dalam video tersebut.

Zulfiandi Hasan pun memperlihatkan sebuah bijih berwarna coklat yang kemudian ia masukkan ke dalam alat hidrogen plasma.

"Bentuknya seperti tanah ya, ini didapatkan di alam. Ini kita masukkan ke dalam reaktor, kemudian diproses dalam waktu kurang dari dua menit jadi logam," tutur Zulfiandi Hasan.

Kemudian, alat berbentuk tabung tersebut ditutup. Sementara, Zulfiandi Hasan memasang stopwatch untuk mengukur lamanya waktu alat bekerja.

Baca juga: Dosen, Alumni hingga Mahasiswa Pamerkan Hasil Inovasi Berbasis Hayati di Biospark ITB 2024

Alat tersebut pun terlihat mengeluarkan cahaya saat bekerja.

Ketika stopwatch menunjukkan waktu 01,45,66 menit, alat tersebut dimatikan.

Saat alat dibuka, bijih yang seperti tanah itu sudah berubah menjadi logam.

Zulfiandi Hasan pun mendapatkan tepuk tangan dari para mahasiswanya.

Unggahan tersebut lantas menuai pujian dari para warganet.

Hingga artikel ini ditulis, Rabu (6/11/2024), video tersebut telah disukai sebanyak lebih dari 226 ribu kali.

Lantas, siapakah sosok Zulfiandi Hasan?

Dikutip dari itbpress.id, pemilik nama lengkap Prof. Dr. Ing. Zulfiandi Zulhan, S.T., M.T., IPM ini lahir di Aceh Utara pada 28 Januari 1973.

Zulfiadi Zulhan menghabiskan masa kecil di tanah kelahirannya.

Prof. Dr.Ing. Zulfiadi Zulhan, S.T., M.T. IPM. dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan menyampaikan orasi berjudul
Prof. Dr.Ing. Zulfiadi Zulhan, S.T., M.T. IPM. dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan menyampaikan orasi berjudul "Reaktor Plasma Hidrogen untuk Produksi Logam yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan". (Dok. ITB)

Memasuki usia dewasa, ia merantau untuk berkuliah di Institut Teknologi Bandung.

Dirinya juga pernah mencicipi pendidikan di Jerman.

Berikut riwayat pendidikan selengkapnya:

  • SD Negeri Meunasah Dayah, Peusangan, Bireuen, Aceh (1979-1985)
  • SMP Negeri 1, Matangglumpang Dua, Bireuen, Aceh (1985-1988)
  • SMA Negeri 1, Bireuen, Aceh (1988-1991)
  • Sarjana, Teknik Pertambangan, Opsi Metalurgi, Institut Teknologi Bandung (1991-1996)
  • Magister, Rekayasa Pertambangan, Rekayasa Korosi, Institut Teknologi Bandung (1997-2000)
  • Deutsche Sprachprüfung für den Hochschulgangausländischer Studienbewerer (DSH), Goethe Institut, Jakarta dan Mannheim, Jerman (2001-2002)
  • Doktor, Institut für Eisenhüttenkunde (Institute for Ferrous Metallurgy), RWTH Aachen University, Jerman (2002-2006).
  • Insinyur, Program Profesi Insinyur, Institut Teknologi Bandung (2020-2021).

Karier Dosen

Zulfiadi Zulhan sudah menjadi dosen sejak tahun 1998 silam.

Baca juga: Profil 7 Guru Besar yang Bakal Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Termasuk dari ITB hingga Unpad

Selain jadi pengajar, dia juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pirometalurgi dan Ketua Kelompok Keahlian Teknik Metalurgi.

Dirinya juga dipercaya sebagai Anggota Senat Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) dan Anggota Senat Akademik ITB

Informasi tambahan, sejak 1 Agustus 2023 Zulfiadi Zulhan sudah menjadi Guru Besar dengan golongan kepangkatan Pembina (IV/a).

Kegiatan Penelitian

  • Desulfurisasi lelehan baja dengan injeksi bubuk dalam Ruhrstahl Heraeus (RH Degasser), Technometal GmbH, Jerman, 2012
  • Pemisahan arsen dan antimon dalam konsentrat timah melalui proses pemanggangan oksidasi-reduksi dan klorinasi, PT Timah, 2014
  • Pengembangan teknologi pengolahan dan peleburan pasir besi serta bijih besi laterit menjadi produk besi spon atau pig iron/hot metal sebagai bahan baku pembuatan baja di Indonesia, Insentif Riset Nasional, 2014 Pemisahan besi logam dan oksida dari pelet/briket pasir besi menggunakan reduktor bed batubara pada temperatur 1400 C: pengujian laboratorium dan aplikasi di industri. Penelitian kompetitif nasional, Skema Ipteks, 2015-2016
  • Studi simulasi pengembusan oksigen di ladle, PT Antam, 2017
  • Studi reduksi bijih nikel laterit dengan reduktor batubara dan penambahan katalis, PT Antam, 2017
  • Studi defosforisasi HC-feronikel pada kondisi reduktif menggunakan tanur induksi, PT Antam, 2018
  • Pemanfaatan terak tembaga sebagai bahan baku pembuatan paduan ferro- manganese-silicon. P3MI - ITB, 2019
  • Studi ekstraksi logam magnesium dan ferroalloy dari slag feronikel, MINDID, 2019
  • Penggunaan konsentrat pasir besi dalam pengembangan produksi besi dan baja: karakterisasi dan percobaan skala laboratorium, PT Krakatau Steel, 2021

Orasi Ilmiah tentang Plasma Hidrogen

Dilansir dari laman resmi ITB, paparan mengenai plasma hidrogen ini disampaikan oleh Zulfiandi Hasan dalam Orasi Ilmiah Guru Besar ITB, Sabtu (12/10/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Zulfiandi Hasan menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Reaktor Plasma Hidrogen untuk Produksi Logam yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan".

Zulfiadi menjelaskan bahwa logam yang ada di muka bumi berasal dari meteor yang bereaksi dengan air dan oksigen sehingga berkarat dan menjadi bijih. 

Keberadaan bijih akan dipetakan oleh kegiatan eksplorasi teknik geologi dan teknik geofisika. 

Selanjutnya, proses penambangan bijih dilakukan oleh teknik pertambangan. Hingga akhirnya sampai di pabrik pengolahan yang menjadi tanggung jawab teknik metalurgi.

Menurut Zulfiandi, proses pengolahan bijih di pabrik berperan dalam menghasilkan emisi CO2 yang tidak ramah terhadap kenaikan temperatur muka bumi.

Dalam upaya memproduksi logam yang tidak meninggalkan jejak karbon, Zulfiadi mengenalkan reaktor plasma hidrogen yang memanfaatkan hidrogen sebagai reduktornya. 

Sampai saat ini, telah dilakukan berbagai percobaan dalam skala laboratorium untuk memproduksi logam menggunakan reaktor plasma hidrogen.

Percobaan awal dilakukan dengan menggunakan bijih besi limonit (gutit). Dalam waktu 1 menit, bijih tereduksi sebagian menjadi logam. Lalu, dalam waktu 2 menit, bijih berhasil tereduksi sempurna menjadi logam.

Percobaan dilanjutkan menggunakan bijih nikel saprolit untuk menghasilkan feronikel. Dalam waktu 1,5 menit, dihasilkan feronikel dengan kandungan  lebih dari 20 persen dan angka recovery mendekati 100 persen.

Percobaan terbaru adalah mencoba mencampurkan bijih nikel dan kromit untuk menghasilkan baja tahan karat. 

Dalam skala pabrik, proses produksi baja tahan karat membutuhkan waktu sangat panjang dan menggunakan berbagai alat. 

Zulfiadi mencoba mencampur 30-35 persen bijih kromit dengan bijih nikel menggunakan satu alat dan berhasil menghasilkan baja tahan karat/stainless steel. Harapannya, percobaan ini dapat dikembangkan ke skala pabrik.

Menutup orasinya, Zulfiadi memproyeksikan cita-cita pengolahan logam di masa depan supaya dapat dibuat suatu mesin yang memanfaatkan artificial intelligence. 

Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved