Layaknya Zainatun dan Inggit, Aam Ikhlas Sokong Suami Berjuang Jaga Pesisir Karawang

Aam Amanah (50) bukan seorang istri dari cendikiawan atau negarawan di Indonesia. Namun, kisah Aam layak disandingkan dengan berbagai cerita.

Penulis: Cikwan Suwandi | Editor: Januar Pribadi Hamel
Tribun Jabar/Cikwan Suwandi
Aam Amanah (50), tengah berjualan di Ekowisata Mangrove Pasirputih, Desa Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa, 20 Agustus 2024. 

Berkat perjuangan bertahun-tahun Suhaeri menanam mangrove, daratan baru mulai muncul. Secara bertahap, daratan itu tumbuh menjadi daerah ekowisata yang dikelola oleh Suhaeri dan sejumlah warga kampung.

Sejak saat itu, Aam berhenti bekerja dan membuka warung di Kawasan ekowisata Mangrove Pasirputih. Kunjungan wisatawan mencapai 50 sampai 100 orang per hari pada hari kerja. Adapun pada hari libur nasional seperti tahun baru bisa mencapai 2.000 wisatawan.

“Kalau hari biasa, saya bisa mendapatkan Rp100 ribu hingga Rp 150 ribu. Kalau hari libur panjang bisa Rp500 ribu hingga Rp1 juta,” kata Aam.

Aam bersama para istri pejuang mangrove lainnya mendapatkan pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Mennagah (UMKM) Jaga Alam Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (JAM PASIR) dari PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), yang juga turut membina para suaminya.

Community Development Officer PHE ONWJ Laras Aprilianti mengatakan, pembinaan program UMKM JAM PASIR saat ini telah menciptakan sebanyak 27 pelaku UMKM di Kampung Pasirputih. Programnya, kata Laras, berupa peningkatan ekonomi melalui para istri nelayan untuk membuat hilirisasi produk lokal.

Program itu digulirkan lantaran melihat kurang produktifnya para istri nelayan. Sebab, penghasilan mereka hanya dari upah mengupas rajungan. Sedangkan pilihan lainnya menjadi buruh migran, seperti Aam.

“Seperti ibu Aam dan istri nelayan. Kami melakukan pembinaan. Bahkan ibu Aam, yang saat ini menjadi pengelola kedai mangrove di ekowisata. Kedai ini yang menjadi salah satu tempat pemasaran untuk produk UMKM,” kata Laras saat dihubungi, Senin, 14 Oktober 2024.

PHE ONWJ melakukan kerja sama dengan Inkubasi Hilirisasi dan Komersialisasi (IHK) Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Universitas Padjadjaran Bandung untuk melakukan pembinaan. Para istri nelayan dan pengelola ekowisata mangrove itu dibina dan dilatih tentang hilirisasi produk lokal.

“Mereka mendapatkan pelatihan ketahanan pangan, pembuatan produk, pengemasan, desain grafis, marketing, dan lain-lain. Kemudian produk yang dihasilkan itu ada dodol mangrove, amplang ikan remang, kerupuk rajungan, kerupuk remang, bakso ikan remang, pempek rajungan dan olahan ikan lainnya,” kata Laras.

Hingga saat ini, kata Laras, PHE ONWJ masih melakukan pembinaan. Pada 2023 mereka membangun rumah kemasan. Kemudian pada 2024 PHE ONWJ membangun rumah produksi kerupuk.

“Bahkan kerja sama setiap UMKM ini juga berlanjuta, dengan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah,” kata Laras.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karawang Ridwan Salam mengungkapkan, Kampung Pasirputih masuk kategori wilayah kemiskinan ekstrem pada tahun 2017 silam. 

Pemerintah telah melkaukan berbagai upaya untuk menangani wilayah dengnan kemiskinan ekstrem. Salah satunya melalui pemberdayaan hilirisasi produk melalui UMKM.

“Sesuai dengan intruksi pimpinan UMKM ini menjadi fokus pemerintah. Beberap dinas, dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perikanan, Dinas Kesehatan termasuk DPMPTSP (Dinas Penanaman Modan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu) itu harus sinergis mengurus UMKM,” ujar Ridwan Salam ketika dihubungi, Senin, 14 Oktober 2024. (*)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.

IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved