Pilkada 2024

Riset IPS Sebut Isu Poligami dan Narkoba Bisa Rontokan Elektabilitas Kandidat di Pilkada Subang

Arman menyontohkan bisa saja seorang calon bupati itu beristri dua atau bahkan lebih, tapi masih dipilih, hal itu karena mayoritas publik tidak tahu.

Rakyat Maluku via NTBsatu
Ilustrasi Pilkada Serentak 2024. 

TRIBUNJABAR.ID -  Dua isu negatif yang potensial merontokan elektabilitas kandidat. Kedua isu itu adalah poligami dan narkoba.

Hal itu disampaikan Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS), Arman Salam, terkait dengan mulai ramainya sejumlah isu negatif yang dialamatkan kepada para calon bupati di Subang. 

"Jangan anggap sepele dua isu tersebut, karena sangat potensial menggerus bahkan merontokkan elektabilitas. Dan bagi kandidat yang merasa terlibat dalam dua kasus itu harus siap-siap menerima akibatnya," ujar Arman, dalam keterangannya belum lama ini.

Arman mengatakan bahwa berdasarkan data survei yang pernah dilakukannya selama ini, hampir di seluruh wilayah, mayoritas publik mengaku tidak mau dipimpin oleh bupati, wali kota atau gubernur yang poligami dan terlibat narkoba.

Baca juga: BREAKING NEWS Ema Sumarna Eks Sekda Kota Bandung Ditahan KPK Terkait Pengadaan Bandung Smart City

Namun, diakaui Arman, di sejumlah daerah ada juga calon bupati poligami yang tetap terpilih sebagai pemenang. Termasuk, yang terlibat kasus korupsi. Bahkan  ada yang sudah dua bulan ditahan KPK masih terpilih.

Menurut Arman, hal itu wajar terjadi karena teori isu negatif atau negative campaign adalah seberapa orang tahu dan seberapa orang percaya.

Arman menyontohkan bisa saja seorang calon bupati itu beristri dua atau bahkan lebih, tapi masih dipilih, hal itu karena mayoritas publik tidak tahu atau tahu tapi tidak percaya.

"Dari beberapa survei yang pernah dilakukan IPS, memang rata-rata publik yang tahu isu negatif para calon itu tak pernah lebih dari 10 persen. Kebanyakan hanya 5 persen saja. Sehingga, wajar jika isu tersebut tidak berpengaruh kepada elektoral kandidat," jelasnya.

Ditanya soal isu negatif 3 calon bupati di Subang, Arman mengaku tidak tahu. Tapi, jika ada kandidat yang merasa terlibat dua isu tersebut, baik poligami maupun narkoba, harus siap-siap rontok jika diketahui oleh mayoritas publik di Subang.

"Jujur, saya sendiri tidak tahu, siapa calon bupati di Subang yang terlibat poligami dan narkoba. Saya hanya ingin mengingatkan berdasarkan data, bahwa dua isu itu jangan dianggap sepele, jika sampai mayoritas publik tahu," ungkapnya.

Baca juga: KPK Ungkap Ema Sumarna dan 3 Eks DPRD Kota Bandung Masing-masing Terima Rp1 Miliar

Arman menyontohkan kasus pada Pilpres 2024 dimana salah satu kandidatnya ramai diberitakan di aneka sosmed suka menonton video dewasa. 

Pada saat awal-awal, kata Arman, tak banyak orang tahu pengakuan calon tersebut yang diungkapkan melalui podcast terkenal.

"Tapi, semakin lama, mayoritas publik semakin tahu bahwa calonnya suka menonton video dewasa akhirnya elektabilitasnya merosot padahal itu urusan pribadi kandidat yang, sebut saja, tidak merugikan langsung banyak orang. Sama seperti itu poligami yang dalam agama Islam sebenarnya tak dilarang, tapi mayoritas pemilih tak ingin pemimpinnya poligami,"

"Ini sedikit contoh aja, yang dibolehkan saja dalam agama seperti poligami ditolak mayoritas pemilih, apalagi yang jelas-jelas dilarang agama seperti narkoba," katanya.

Untuk itulah, Arman menyarankan, dalam rangka kepentingan transparansi berdemokrasi, para kandidat yang berkontestasi pada Pilbup Subang untuk memilih bersikap jujur.

"Mungkin, jujur dari awal lebih baik, ketimbang akhirnya ketahuan di ujung. Misalnya, kalau benar poligami, sampaikan saja kepada publik. Mungkin dengan begitu rakyat malah simpatik, ketimbang ditutup-tutupi yang akhirnya rakyat tahu bahwa kandidat itu tidak jujur," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved