Sosok Senior Aniaya Santri di Sukoharjo hingga Tewas karena Tak Diberi Rokok, Masih di Bawah Umur
Sosok senior pelaku penganiayaan santri hingga tewas di Ponpes Az-Zayadiyy Sukoharjo, Jawa Tengah, kini telah terungkap.
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
TRIBUNJABAR.ID - Sosok senior pelaku penganiayaan santri hingga tewas di Pondok Pesantren (Ponpes) Az-Zayadiyy Sukoharjo, Jawa Tengah, kini telah terungkap.
Korban dari penganiayaan ini adalah Abdul Karim Putra Wibowo (13), siswa kelas 8 Ponpes Az-Zayadiyy.
Abdul Karim menghembuskan napas terakhirnya pada Senin (17/9/2024).
Setelah diselidiki, ternyata Abdul Karim adalah korban bullying atau perundungan dari seniornya.
Polres Sukoharjo telah menetapkan sosok pelaku yang berinisial MG (15), yang merupakan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Adapun, barang bukti yang diamankan yakni 3 batang rokok, sarung, dan pakaian yang digunakan oleh pelaku.
MG yang masih di bawah umur tidak bisa ditetapkan sebagai tersangka.
Ia masuk dalam kategori anak yang berlawanan hukum.

Baca juga: Sosok Abdul Karim, Santri di Sukoharjo Meninggal Diduga Korban Bullying, Tak Beri Rokok ke Senior
MG saat ini sedang ditangani oleh unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sukoharjo.
"Baik pelaku maupun anak yang berlawanan hukum, ditangani oleh PPA dan Bapas Kabupaten Sukoharjo," kata Kapolres Sukoharjo AKBP Sigit, Selasa (17/9/2024), dikutip dari TribunSolo.
Dengan demikian, perlakuannya berbeda saat menggunakan undang-undang perlindungan anak.
Kronologi Bullying
Kapolres Sukoharjo AKBP Sigit mengatakan bahwa kronologi kejadian bermula saat pelaku berjalan di lorong ponpes sekitar pukul 11.00 WIB, Senin (16/9/2024).
Pelaku kala itu mencium bau rokok dari salah satu kamar dan langsung mendatanginya.
"Pukul 11.00 pelaku berjalan di lorong lalu mencium bau rokok dari kamar 2.3, langsung didatangi," ujar Sigit, dikutip dari TribunSolo.
Melihat situasi tersebut, pelaku langsung memalak rokok dari siswa kelas VIII namun ditolak.
"Kemudian pelaku meminta rokok kepada salah satu anak kelas VIII, dijawab tidak punya dan tidak dikasih pelaku minta ke anak lainnya diberi 2 batang," lajut Sigit.

Entah apa yang membuat pelaku gelap mata hingga nekat menendang dan memukul salah satu murid kelas VIII tersebut yang ternyata adalah sosok Abdul Karim.
Akibat perbuatan pelaku, Abdul Karim sampai tidak sadarkan diri.
"Lalu marah ke yang tidak memberi (korban) ditendang dan dipukul hingga tak sadarkan diri," tambah Sigit.
Sosok Korban
Abdul Karim Putra Wibowo adalah putra sulung dari pasangan Tri Wibowo dan Yuli Sri Utami ini berasal dari Kota Solo.
Baca juga: Tim Hadroh Santri Putri Berhasil Meraih Juara 3 Tingkat Provinsi Jawa Barat.
Abdul Karim juga dikenal sebagai sosok yang rajin beribadah.
Guru ngaji korban, Slamet Widodo mengatakan bahwa putranya sudah bersahabat dengan Abdul Karim sejak kecil.
Setiap pulang dari pondok, mereka pun masih berinteraksi.
"Sebelum anak itu mondok waktu SD, nggak mondok posisi di rumah selalu berinteraksi dengan saya karena murid TPA saya. Setiap dia pulang ke rumah saya,” ungkap Slamet, Selasa (17/9/2024), dikutip dari TribunSolo.
Menurut Slamet, Abdul Karim selalu mengajak anaknya salat berjamaah di masjid menjelang waktu adzan.
"Anaknya baik santun rajin ke masjid. Almarhum mengajak anak saya ke masjid tiap hari. Apalagi kalau pulang dari pondok dia seperti itu rutin," tuturnya.
Sempat Buat Status Medsos
Slamet juga mengatakan, putranya yang bernama Azzam sempat melihat status media sosial Abdul Karim.
Status itu dilihat Azzam beberapa jam setelah kabar duka tersebar.
"Sebelum meninggal anak saya membuka status IG-nya," ujar Slamet.
"(Abdul Karim) mengatakan di statusnya minta maaf kepada ibunya. Yang kedua minta doa supaya bisa melewati hari-hari dia," ungkap dia.
Adapun, status tersebut berbunyi:
"Aku yakin 100 persen bahwa doa ibuku telah menyelamatkanku dalam menjalani hidup yang keras ini."
Kendati demikian, Slamet tidak pernah curiga bahwa murid ngajinya itu mengalami perundungan di ponpes.
Baca juga: Kasus Dugaan Bullying di Binus School Simprug, Polisi Temukan Adanya Dugaan Tindak Pidana
"Selama di pondok ada cerita apa. Aman nggak ada masalah. Anak saya teman baik almarhum," jelasnya.
Ayah Korban Berharap Kasus Tak Terulang
Ayah korban, Tri Wibowo pun ingin agar pelaku bisa diadili agar kejadian serupa tidak terulang.
"Bukan saya dendam bukan saya ingin memusuhi. Saya ingin anak saya yang terakhir. Jangan ada lagi," ungkapnya saat ditemui di rumah duka, Pucangsawit RT 1/14, Jebres, Senin (16/9/2024).
Ia pun tak ingin ada stigma negatif terhadap pondok pesantren. Ia hanya ingin kasus serupa tidak terulang.
"Pondok pesantren tetap pilihan terbaik buat anak. Tapi tolong jangan ada korban lagi kasihan," ujar dia.
"Mereka sudah jauh dari orang tua mau belajar kasihan. Mudah-mudahan anak saya yang terakhir," tambahnya.
Ia menyesalkan anak sulungnya yang baru berusia remaja harus menghembuskan napas terakhir.
Ia pun berharap agar amal ibadah putranya itu diterima di sisi Allah SWT.
"Saya mohon doanya. Anak saya masih muda, masih kecil. 13 tahun. Pacaran aja belum. Sudah meninggal. Semoga Allah SWT menepati janjinya," tuturnya.
(Tribunjabar.id/Rheina) (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin, Anang Maruf Bagus Yuniar)
Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.
Kisa Mbah Min: Dulu Mata-mata Jaman Agresi Militer Belanda, Kini Jual Mainan Keliling |
![]() |
---|
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bandung Dr. M. Hailuki, MSi melaksanakan santunan santri |
![]() |
---|
Kepsek Bejat di Sukoharjo Tega Lecehkan 20 Siswa, Tertawa setelah Divonis 10 Tahun Penjara |
![]() |
---|
TERUNGKAP Siapa Sopir Barakuda Brimob yang Lindas Tubuh Affan Kurniawan Hingga Tewas, Cuma Dipatsus? |
![]() |
---|
Anggota DPRD Jabar M Lillah Sahrul Mubarok Apresiasi Pemprov Siapkan Program Beasiswa Santri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.