Indramayu Ditunjuk Jadi Daerah Percontohan Untuk Pengembangan Pertanian Organik 

Rustan ingin Indramayu bisa makin masif lagi dalam mengembangkan padi dengan menggunakan sistem organik yang lebih ramah lingkungan.

Istimewa
Bupati Indramayu, Nina Agustina panen padi organik di lahan persawahan di Kecamatan Widasari, Kamis (27/6/2024). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - 1.000 haktere lahan sawah di Kecamatan Widasari Kabupaten Indramayu dijadikan barometer untuk pengembanganan pertanian organik.

Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Jawa Barat, Rustan Massinai, mengatakan Indramayu adalah daerah penghasil padi terbesar di Indonesia. 

Meski demikian, upaya peningkatan produksi padi dari Kabupaten Indramayu juga tetap harus terus ditingkatkan.

Rustan ingin Indramayu bisa makin masif lagi dalam mengembangkan padi dengan menggunakan sistem organik yang lebih ramah lingkungan.

Baca juga: Cara Warga Lembang Protes Tumpahkan Kekesalan ke Pemerintah, Perbaiki Jalan Rusak Secara Swadaya 

"Pak Menteri langsung menjadikan Indramayu sebagai pilot project padi organik. Alhamdulilah kita sudah ada seribu hektare hamparan sawah yang sudah menggunakan organik di Indramayu," ujar Rustan, Kamis (27/6/2024).

Rustan mengatakan saat ini Kabupaten Indramayu memiliki Lahan Baku Sawah (LBS) seluas 125.442 hektare.

Hal ini yang menjadi satu dasar dipilihnya Kabupaten Indramayu untuk dijadikan percontohan pengembangan pertanian organik.

Dari luas lahan pertanian itu, 1.000 hektare di antaranya sudah dijadikan sawah organik yang terletak di Kecamatan Widasari.

Terbaru, lahan seluas 55 hektare sawah di Kecamatan Jatibarang juga sudah mulai mengikuti untuk mengembangkan pertanian organik.

Baca juga: Penampakan Lahan Rumah Penisun Jokowi di Karanganyar, Luas 12 Ribu Meter Persegi, Lokasi Strategis

Pihaknya pun berharap, petani di kecamatan lainnya juga bisa melakukan hal yang serupa.

Berdasarkan hasil penelitian, para petani yang lahan sawahnya menggunakan sistem organik ternyata mampu meningkatkan hasil produksinya dari semula 6-7 ton per hektare menjadi 10 ton per hektare.

“Dengan menggunakan organik selain terjadi peningkatan produksi juga ada peningkatan harga jual karena padi organik lebih mahal dan tentu menyehatkan serta ramah lingkungan," ujar dia.

Di tempat yang sama, Bupati Indramayu Nina Agustina turut mengapresiasi kebijakan Kementerian Pertanian RI yang menjadikan Kabupaten Indramayu sebagai daerah percontohan dalam pengembangan pertanian organik.

Nina berharap pengembangan pertanian organik ini bisa ikut dikembangkan di kecamatan-kecamatan lainnya.

"Dengan adanya peningkatan produksi dari 6 ton menjadi 10 ton ini akan makin meningkatkan pendapatan petani dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat," kata Nina Agustina.

Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu, Sugeng Heriyanto mengatakan, pengembangan pertanian organik ini akan mengubah kebiasaan lama petani.

Baca juga: Daftar Para Mantan yang Dirumorkan Comeback ke Persib Bandung Musim Depan, Termasuk Gerbong Spanyol

Petani yang selama ini menggunakan pupuk non organik atau kimia diajak untuk beralih ke organik.

Mengingat, peralihan kebiasaan ini akan sangat menguntungkan. Dari segi biaya produksi, kata dia, jauh lebih murah namun dapat menghasilkan produksi yang melimpah.

“Harga jual juga lebih tinggi serta lebih sehat, kalau kita beralih ke pupuk organik maka kita tidak akan ribut pupuk subsidi," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved