Berita Viral
Viral Kisah Galih, Lulusan S2 di London Pilih Jadi Guru SD Negeri di Jakarta, Sorot Ketimpangan
Inilah kisah Galih Sulistyaningra, lulusan S2 University College London yang memilih untuk menjadi guru SD Negeri di Jakarta.
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
TRIBUNJABAR.ID - Inilah kisah Galih Sulistyaningra, lulusan S2 University College London yang memilih untuk menjadi guru SD Negeri di Jakarta.
Galih Sulistyaningra, guru SD Petojo Utara Jakarta Pusat, memang aktif menjadi seorang konten kreator edukasi di media sosial.
Baru-baru ini, salah satu kontennya tentang dirinya yang memilih menjadi guru SD Negeri setelah lulus dari University College London viral di media sosial.
Dalam unggahan tersebut, Galih Sulistyaningra memperlihatkan momen-momen ketika dirinya masih menjadi mahasiswi di London hingga menjadi guru SD Negeri di Jakarta.
"Lulusan beasiswa LPDP S2 London pulang ngapain?" tulis Galih Sulistyaningra dalam videonya.
Baca juga: Viral Kisah Haru Rika Anak ART Dibiayai Kuliah oleh Bosnya, Didampingi Tes, Bahagia Lolos Jurusan IT
"Jadi guru SD Negeri ngajarin prinsip STEAM, ngajarin kesetaraan gender, ngajarin empati dan nilai-nilai kemanusiaan, menelaah buku teks dan buku non teks, menghadirkan keterwakilan profesi Guru SDN di berbagai kesempatan, dan menyiapkan sesuatu untuk tumbuh kembang anakku dan anak-anak Indonesia lainnya," lanjut Galih.
Hingga artikel ini ditulis, Jumat (21/6/2024), video Galih itu telah dilihat sebanyak lebih dari 377 ribu kali.
Galih pun menuai pujian dari para warganet yang mengapresiasi pilihannya menjadi guru SD Negeri setelah lulus S2 di universitas kelas dunia tersebut.
Lantas, seperti apa kisah Galih Sulistyaningra selengkapnya?
Lulusan S1 PGSD
Dilansir dari Kompas.com, (28/11/2023), Galih Sulistyaningra adalah lulusan sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Dirinya kemudian melanjutkan pendidikan S2 dengan mengambil jurusan Education Planning, Economics, and International Development di Unviersity College London (UCL) pada 2019.
UCL adalah salah satu kampus top dunia di Inggris. Berdasarkan QS World University Ranking 2023, UCL berada di urutan nomor sembilan dari kampus terbaik dunia.
Kebetulan pula, Galih Sulistyaningra menjadi perempuan asal Indonesia pertama di jurusan yang dipilihnya.
Alasan kuat Galih Sulistyaningra memilih melanjutkan pendidikan S2 ke luar negeri saat itu karena melihat timpangnya kualitas pendidikan di Indonesia.
"Saya disadarkan kalau ternyata kita itu selama belajar di sekolah ada satu gaya belajar yang seharusnya tidak dilakukan," kata Galih.
"Mungkin ini jadi salah satu dosa besar para pendidik di zaman dulu gitu ya," Â tambahnya.

Keluarga Besar Pendidik
Galih lahir dan tumbuh di keluarga besar para pendidik. Dari orangtua, tante, paman, semuanya berprofesi sebagai guru sehingga sangat ingin agar Galih bisa melanjutkannya.
Baca juga: Viral, Kisah Wanita di Aceh Tak Sengaja Bertemu Teman SMA yang Jadi ODGJ, Padahal Dulu Pintar
Pada awalnya, Galih mengaku enggan menjadi guru dan ingin menggeluti profesi lain yang lebih dari sekadar mengajar. Namun jalan hidupnya justru terus mendekat ke dunia pendidikan.
Akhirnya, Galih pun mulai menjadi pendidik saat bergabung di lembaga yang menekuni bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM).
Pekerjaan itu ia geluti sambil menunggu jadwal wisuda di UNJ.
Di sana Galih menangani anak-anak yang mahir berbahasa Inggris dengan kurikulum berstandar Amerika Serikat. Mereka berlatar dari ekonomi kelas menengah atas.
Saat itu lah, Galih mulai menyadari adanya ketimpangan kualitas pendidikan di Indonesia yang tidak bisa mendapatkan akses setara.
Kemudian, dia berkomitmen mendalami perencanaan dan kebijakan terkait pendidikan yang menurutnya dapat bermuara tidak hanya pada perkembangan anak didik, tetapi juga laju pertumbuhan ekonomi negara.
Dari situ, muncul lah keinginan Galih untuk melanjutkan studi S2 ke luar negeri meskipun sempat mendapatkan pertentangan dari orang tuanya.
"Sarjana pendidikan ya ngajar di sekolah. Dengan anggapan tersebut dan justru membuktikan bahwa menjadi guru SD sekalipun dibutuhkan bekal pengetahuan yang banyak sekali," jelas dia.
Seperti yang sudah tertanam dalam benak Galih, pendidikan memiliki interseksi dengan banyak hal seperti kesehatan, perdamaian, keadilan sosial, ekonomi, hingga pemenuhan hak asasi manusia.
Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dipilih sebagai kendaraan untuk mewujudkan keinginannya.
"Jadi udah kepikiran apa yang mau dilakukan, sehingga sepertinya itu yang kemudian memudahkan juga jalan untuk bisa diterima beasiswa LPDP," ungkap Galih yang tergabung dalam angkatan PK-122 Samudraraksa ini.
Kuliah menambah wawasan
Galih pun memulai kuliahnya sebagai mahasiswi S2 di London pada 2018.
Diakui bahwa pengalamannya bekerja di sekolah internasional membuatnya kagum dengan pendidikan Barat sebagai metode yang adiluhung.
Namun, dia justru menemukan perspektif baru saat berada di Inggris, yang notabene masih dunia Barat.
Galih diajarkan tentang kontekstualisasi, bahwa setiap negara memiliki masalahnya sendiri yang tentunya terdapat perbedaan formulasi penanganannya.
"Sebenarnya tidak adil untuk kita membandingkan setiap negara. Tapi kalau saya boleh cerita apa sih yang kemudian membuat pendidikan di Inggris misalnya itu lebih maju daripada pendidikan kita di Indonesia," ungkap Galih.
"Jawabannya adalah membaca buku, sehingga pendidikan di sana maju," tambah dia.
Membaca buku adalah kegiatan yang tak asing lagi dan sudah menjadi budaya masyarakat Inggris.
Terlebih buku sebagai sumber pengetahuan sangat mudah ditemukan di ruang-ruang publik di Inggris.
Banyak dari orang tua yang juga punya tradisi membaca di rumah dengan anak-anaknya.
"Karena mereka sudah terbiasa baca buku, mereka sudah terbiasa melihat kalau kita baca buku kan baik itu fiksi atau non-fiksi, kita membaca kalimat, kita terpapar dengan banyak vocabularies gitu ya, kosakata, dan kita terpapar juga dengan berbagai sudut pandang," jelas Galih.
Kekayaan informasi dan wawasan dari membaca buku ini membantu anak-anak berpendidikan di sana untuk mudah berargumen di muka umum.
Inilah yang sebenarnya cocok dengan kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia.
Di Merdeka Belajar terdapat Profil Pelajar Pancasila yang salah satunya terdapat dimensi bernalar kritis. Artinya, karakter nalar kritis ini diharapkan ada di anak-anak Indonesia.
Masalahnya, bagaimana bisa menghasilkan karakter bernalar kritis pada anak didik apabila dari pendidiknya belum berada di level yang setara.
Hal-hal seperti ini pula yang sebenarnya tidak bisa didapatkan hanya dengan mengajar. Perlu kemauan mandiri untuk untuk terus mengembangkan diri dan membaca buku.
"Bernalar kritis itu erat hubungannya dengan literasi. Guru-guru juga perlu punya literatur yang banyak, perlu punya perbandingan teori pendidikan, metode pendidikan, dan sebagainya yang mana menurut saya, bukannya S1 itu tidak cukup, tapi ketika kita punya pengalaman S2. Di sana kita belajar untuk bisa memformulasikan opini," tegas Galih.
Tingginya wawasan dan pengetahuan guru juga bisa dipakai untuk memahami dan mengenalkan kepada anak didik terkait emosi dan kekerasan.
Galih melihat fenomena bullying, diskriminasi, dan kekerasan anak terjadi dan kian parah bermuara dari gagalnya mengidentifikasi dan mengenalkan permasalahan tersebut.
"Jadi pertama, mengenali dan mengidentifikasi emosi. Kedua, bagaimana kemudian mengolah emosi, khususnya emosi-emosi negatif, itu seperti apa. Ketiga, saya juga mengenalkan jenis-jenis kekerasan. Sehingga mereka paham, bahwa tidak semua candaan yang mereka anggap lucu itu dianggap lucu oleh orang lain, bisa jadi itu menyakitkan. Dan itu ada hubungannya juga dengan regulasi emosi," pungkas dia.
Sebagian rtikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Galih, Guru SD yang Lulus S2 dari University College London".
(Tribunjabar.id/Rheina) (Kompas.com/Dian Ihsan)
Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.
Viral Emak-emak Jilbab Pink Gagah Berani Lawan Aparat saat Demo DPR, Pulang ke Rumah Soft Spoken |
![]() |
---|
Indonesia Memanas, Para Artis Sesali Pilihan Politik, Minta Maaf Insiden Ojol Tewas Dilindas Brimob |
![]() |
---|
Sempat Dikabarkan Tewas saat Demo, Umar Driver Ojol Asal Sukabumi Selamat, Alami Luka Serius |
![]() |
---|
Sosok Affan Ojol Tewas Dilindas Rantis Brimob, Dibawa ke RS Pakai Motor, Tulang Punggung Keluarga |
![]() |
---|
Sosok Gus Irfan Cucu Pendiri Nahdlatul Ulama yang Disebut-sebut Bakal Jadi Menteri Haji dan Umrah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.