Berita Viral

Viral Curhat Pilu Peserta SNBT Tunarungu Diminta Lepas Alat Bantu Dengar saat Tes, Dikira Joki UTBK

Kisah seorang tunarungu yang mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) diminta melepas alat bantu dengar (ABD) selama tes, viral di medsos.

X @naunathz
Kisah seorang tunarungu yang mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) diminta melepas alat bantu dengar (ABD) selama tes, viral di medsos. 

TRIBUNJABAR.ID - Kisah seorang tunarungu yang mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) diminta melepas alat bantu dengar (ABD) selama tes, viral di media sosial.

Peserta itu bernama Naufal Athallah, selama tes ia diminta melepas alat bantu dengar agar tidak dicurigai sebagai joki.

Naufal merupakan siswa kelas 12 SMK di Tangerang Selatan.

Baca juga: Kisah Pilu Rusman Bocah 8 Tahun Sakit Parah, Keluarga Kehabisan Uang Berobat, Kakaknya Putus Sekolah

Pada saat itu, Naufal mengerjakan UTBK SNBT 2024 di Universitas Indonesia (UI).

Ia pun menceritakan pengalamannya melalui cuitan di akun media sosial X @naunathz pada Minggu (16/6/2024) dan kemudian menjadi viral.

Dalam unggahan tersebut, Naufal bercerita ada orang yang mengira dirinya joki UTBK karena memakai alat bantu di telinganya.

Ia pun diminta melepas alat itu agar tidak mengganggu jalannya tes.

"Gw mau klarifikasi tentang masalah ordal pake alat ditelinga. Kemarin pas UTBK ada yg ngomongin gw, ngeliatin gw karna gw pake alat bantu dengar ya di telinga dan takutnya mereka ngira kalo gw penjoki UTBK padahal gw Tuna Rungu...," tulis Naufal dalam cuitannya.

Hingga Rabu (19/6/2024), unggahan tersebut tayang sebanyak 3,5 juta kali, dibagikan ulang 7.000 kali, dan disukai 52.000 warganet.

Diminta lepas ABD oleh panitia UTBK

Naufal menceritakan, ia mengerjakan UTBK di Universitas Indonesia pada 14 Mei 2024.

Impiannya, lulusan SMK asal Tangerang Selatan ini ingin masuk jurusan Sistem Informasi di UI atau Universitas Pembangunan Nasional (UPN).

Sebelum tes, Naufal sibuk menghafal rumus dan berdoa di luar ruang UTBK.

Ketika itu, ia mendengar tiga peserta tes lain berbisik-bisi sambil melihat ke arahnya.

Ia menduga, mereka membicarakan alat di telinganya.

"Kayaknya mereka ngira kalau saya penjoki padahal saya peserta UTBK... trus saya tidak terima dong kalo saya diomongin begitu, ya sudah saya diemin saja tuh, soalnya mau UTBK dan tidak mau marah-marah," kata Naufal saat dihubungi, Selasa (18/6/2024), dikutip dari Kompas.com.

Naufal mengatakan, ABD yang dipakainya membuat pendengarannya lebih kuat dan dia jadi bisa mengetahui isi pembicaraan peserta lain.

Akan tetapi saat masuk ruang tes, katanya, panitia UTBK menyuruhnya melepas ABD tersebut.

Padahal, ia sudah memberi tahu perihal kondisinya sebagai tunarungu.

"Saya nanya apakah saya bisa menggunakan alat bantu dengar saat ujian soalnya saya tunarungu. Kata panitianya sih bilang 'dik punten dik, dilepas saja ya ABD-nya kalo sedang ujian' gitu sih," jelas dia.

Akibat perintah itu, Naufal baru bisa memasang ABD-nya lagi setelah ujian selesai. Meski begitu, dia tetap melihat ada peserta lain yang melirik-lirik ke arahnya.

Namun, Naufal enggan mempermasalahkan hal itu dan memilih pulang setelah mengerjakan UTBK.

Akibat tidak pakai alat bantu dengar

Naufal menyebut, panitia UTBK memintanya melepas alat bantu dengar sebelum ujian dimulai.

Akibatnya, ia menjadi tidak bisa mendengar arahan panitia terkait ujian maupun posisi duduknya.

"Tidak mendengar sama sekali, walaupun paham sedikit karena saya melihat pergerakan mulut panitianya," lanjut laki-laki berkacamata ini.

Tak hanya itu, Naufal juga tiba-tiba merasa hilang arah saat mengerjakan tes tanpa pakai ABD.

Dia mendengar suara berdenging di telinga yang sangat berisik.

Karena hilang fokus, dia mengaku kesulitan menjawab beberapa soal yang seharusnya bisa dikerjakan.

Ini karena Naufal merasa keseimbangan otaknya terganggu sehingga kebingungan dan pusing.

"Terutama ketika saya mengerjakan soal literasi dan matemarika, jadi tidak fokus sama sekali. Padahal, saya sudah berusaha fokus membaca soal agar saya mengerjakannya dengan teliti," tutur dia.

Soal hasil SNBT-nya, Naufal merasa malu lantaran skornya kecil sehingga tidak lolos SNBT.

Kendati demikian, ia berharap diterima masuk UI atau Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui tes jalur mandiri.

Tak ada ruang khusus

Lebih lanjut, pihak pelaksana SNBT tidak menyediakan ruang tes khusus bagi orangorang dengan tunarungu.

Kendati demikian, ada ruangan khusus bagi mereka yang tidak bisa melihat atau tunanetra dan tunadaksa atau tidak memiliki anggota tubuh sempurna.

"Iya betul, opsi tunarungunya tidak ada," tegas dia.

Karena itu, dia akhirnya mengerjakan tes di ruangan UTBK biasa bersama dengan peserta lain yang tidak mengalami kondisi khusus.

Padahal, Naufal tidak bisa mendengar lagi akibat koklea atau rumah siput di telinganya pernah terbakar saat dia demam tinggi.

Kedua telinganya kini tidak bisa mendengar dengan frekuensi atau gelombang pendengaran berbeda.

Untuk bisa mendengar, Naufal harus periksa ke dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT) dan membeli alat bantu dengar yang harganya bisa mencapai Rp 12 juta.

Dokter THT beri penjelasan

Dokter spesialis THT dari RSIA Anugerah Semarang, Alberta Widya Kristanti mengonfirmasi penderita tunarungu bisa mengalami ganggua ketika ABD-nya dilepas.

"Mereka jadi tidak bisa mendengar (sehingga) kesulitan komunikasi," ujarnya.

Berta mengatakan, penderita tunarungu yang tidak memakai ABD akan mengalami hambatan dalam bersosialisasi dengan orang lain.

Mereka hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat karena tidak bisa mendenar.

Untuk mendapatkan ABD, lanjutnya, penderita harus melakukan tes pendengaran bersama dokter.

Jika terindikasi tunarungu, dia akan dipasang ABD sesuai kondisi pendengarannya.
Terpisah, dokter THT RSCM Jakarta, Tri Juda Airlangga menambahkan, telinga penderita tunarungu tanpa ABD akan berdengung.

Hal ini juga dialami jika alat yang dipakai tidak diatur dengan benar.

"Hubungan komunikasi dengan sekitar jadi tidak baik. Dia tidak bisa mendengar instruksi-instruksi," lanjut dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa.

Penderita tunarungu, tambahnya, juga perlu memeriksa kondisi alat bantu dengarnya agar tidak kotor atau diatur ulang sesuai masalah pendengaran.

Ini untuk menghindari iritasi telinga. Terkait penderita tunarungu diminta lepas ABD, Tri Juda menyatakan panitia UTBK seharusnya memastikan alat itu memang digunakan untuk membantu pendengaran.
Pasalnya, ada orang yang memang akan terganggu jika tidak memakai ABD.

"Mungkin jadi tidak fokus karena biasanya mendengar instruksi tapi jadi tidak jelas (saat melepas ABD)," imbuh dia.

(Tribunjabar.id/Salma Dinda) (Kompas.com/Erwin Rachmi)

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved