Kasus Flu Singapura Sedang Merebak di Indonesia, Bisakah Orang Dewasa Terjangkit?

Hanya saja, orang dewasa bisa menjadi orang yang membawa virus (carrier) lalu menularkan pada anak-anak. 

Editor: Ravianto
shutterstock
Ilustrasi penyakit flu singapura atau HFMD (Hand Foot Mouth Disease). 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Kasus flu Singapura atau istilah medisnya sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) di Indonesia belakangan mengalami peningkatan.

Dokter spesialis anak konsultan infeksi Prof Dr dr Edi Hartoyo SpA(K), ungkap jika penyakit ini disebabkan oleh virus, ini paling banyak dialami anak kurang dari 5 tahun. 

Lantas, apakah orang dewasa bisa terinfeksi flu Singapura? Dr Edi pun berikan jawaban. 

Arka Prabaswara (15 bulan) yang terkena virus flu Singapura saat digendong ibunya, Prihatin (43)
Arka Prabaswara (15 bulan) yang terkena virus flu Singapura saat digendong ibunya, Prihatin (43) (tribun jabar/ haryanto)

"Orang dewasa bisa kena tapi sangat jarang. Paling banyak adalah anak-anak usia kurang 5 tahun," ungkapnya pada media briefing virtual, Selasa (2/4/2024). 

Hanya saja, orang dewasa bisa menjadi orang yang membawa virus (carrier) lalu menularkan pada anak-anak. 

Kalau dalam kedokteran, seseorang yang terinfeksi bisa sakit atau tidak. 

Baca juga: Flu Singapura Sedang Merebak di Indonesia, Kenali Ciri-cirinya yang Mirip dengan Cacar Air

"Kalau yang tidak ini bisa sebagai sumber penular. Orang dewasa bisa menularkan? Bisa," tambahnya. 

Bisa saja orang dewasa kontak dengan orang yang sudah terinfeksi flu Singapura. 

Kemudian kontak langsung dengan anak. Atau bisa juga secara tidak langsung seperti berbagi tempat makan, handuk dan sebagainya. 

"Jadi bisa. Tetapi kasus orang dewasa jarang terjadi. Paling banyak anak usia kurang lima tahun," imbuhnya. 

Lebih lanjut, dr Edi mengungkapkan jika penyakit ini jarang menyebabkan kematian. 

Namun, flu Singapura bisa mengarah pada komplikasi serius. 

Sehingga, orang tua perlu mewaspadai sederet gejala flu Singapura. 

Di antaranya seperti demam, ruam, hingga lesi di kulit. Selain itu, ada juga beberapa gejala yang perlu diwaspadai dan harus segera mendapatkan perawatan.

"Ada gejala mengarah infeksi berat harus dirawat rumah sakit. Gejalanya seperti demam tinggi di atas 39 derajat celsius, napas cepat seperti orang sesak,"papar Prof Edi.

"Kadang bisa menyebabkan kejang terutama di usia di bawah 6 tahun, salah satu gejala klinis bahaya ada radang di otak. Gejalanya anak agak besar, nyeri, tidak sadar, kejang, koma bahkan bisa kelumpuhan," tutupnya. (*)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved