Hikmah Ramadan: Fadilah dan Faidah Puasa

BULAN Ramadan disebut juga sebagai syahrun ‘Adhim Al-Qadr, yang berarti bulan yang sangat agung kedudukannya di sisi Allah SWT.

Editor: Januar Pribadi Hamel
Istimewa
KH Totoh Miftahul Falah, Ketua Komisi Dakwah dan Pendidikan MUI Kabupaten Subang. 

Oleh KH Totoh Miftahul Falah
Ketua Komisi Dakwah dan Pendidikan MUI Kabupaten Subang

BULAN Ramadan disebut juga sebagai syahrun ‘Adhim Al-Qadr, yang berarti bulan yang sangat agung kedudukannya di sisi Allah SWT. Ramadan juga disebut Sayyid Asy-syuhuur atau rajanya bulan. Ini karena Allah SWT telah mewajibkan kepada kaum muslimin untuk berpuasa di bulan Ramadan.

Sebagaimana Firman allah dalam surat al-Baqarah ayat 183, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ini menandakan bahwa puasa mengandung keutamaan, kegunaan dan kemanfaatan. Buktinya, hadits-hadits rasul telah menyaksikan dan menetapkan tentang keutamaan puasa serta faedahnya.

Salah satu keutamaan puasa adalah balasannya yang langsung dari Allah SWT. Allah SWT membalasnya dengan sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak didengar oleh telinga, dan tidak terlintas dalam benak manusia.

Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi tentang keutamaan puasa bahwa Allah SWT berfirman: "Semua amal perbuatan anak Adam-yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya.”

Puasa adakah juga pintu masuknya Ibadah. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: “Segala sesuatu ada di pintu masuknya, dan pintu ibadah adalah puasa.”

Menimbang penting dan manfaatnya ibadah puasa ini, maka puasa kerap diberlakukan sebagai ibadah terapis sebagai penangkal tumbuh liarnya nafsu syahwat libido.

Seperti diungkapkan Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dari Ibn Mas'ud. Rasulullah Muhammad menganjurkan kepada para pemuda yang belum memiliki persiapan matang untuk menikah untuk berpuasa, yang dalam bahasa beliau disebut sebagai wija' (alat kendali).

Puasa juga sebagai perisai. Dalam hadits riwayat Ahmad disebutkan bahwa puasa adalah perisai dari kemaksiatan serta dari neraka. Maka dari itu, apabila pada hari seseorang di antara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seorang atau dilawan dengan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah -sedang- berpuasa.”

Sesungguhnya di surga itu ada pintu yang disebut arayyaan, yang mana pada hari kiamat kelak semua orang- orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu itu, tidak bisa masuk seorangpun selain orang-orang yang berpuasa dari pintu ar rayyan. ( Muttafaq ‘alaih).

Orang yang berpuasa Ramadan akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa ramadhan atas dasar iman dan atas dasar mencari pahala dari Allah SWT, maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Ahmad)
Berdasarkan hadits ini, puasa yang bisa menghasilkan pahala adalah jika dilakukan berdasarkan dua hal.

Pertama, iman yang benar, yaitu iman yang sesuai dengan aqidah ahlus sunnah wal-jama’ah yaitu aqidah Rasulullah Saw dan para sahabatnya, karena iman adalah syarat yang paling pertama diterimanya suatu amal kebaikan.

Kedua, ikhlas atau hanya mengharapkan pahala dari Allah SWT. Melaksanakan puasa karena Allah bukan utuk mendapatkan pujian dari manusia.

Rasulullah Muhammad Saw, mengatakan manfaat dan kegunaan shaum tertuju pada tiga hal. Pertama, faedah ruhiyyan. Puasa bermanfaat memperkuat dan membiasakan kita bersabar, mendidik kita untuk mengalahkan hawa nafsu, dan menjadi upaya yang efektif untuk menundukkan syetan sebagai musuh Allah SWT.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved