Banyak Wajah Baru yang Lolos jadi Anggota Legislatif, Pengamat Bilang karena Masyarakat Sudah Jenuh

Para anggota legislatif yang baru, menurut Kristian, juga harus memiliki keberanian untuk membuat terobosan terobosan kebijakan tersebut.

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Ravianto
Tribun Jabar
Sabrina Ristawan (kiri) dan sang ibu, Neneng Samiah, sama-sama mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Banyak wajah baru yang lolos pada pileg tahun ini karena masyarakat ingin mencari sosok lain sebagai alternatif wakil mereka, baik di tingkat pusat maupun di daerah.  

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - PENGAMAT  Politik dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung, Kristian Widya Wicaksono, menilai banyaknya wajah baru yang lolos pada pileg tahun ini karena masyarakat ingin mencari sosok lain sebagai alternatif wakil mereka, baik di tingkat pusat maupun di daerah. 

"Harapannya, mereka bisa membawa angin perubahan politik melalui pendekatan yang berbeda dari anggota legislatif sebelumnya," ujar Kristian.

Masyarakat, menurut Kristian, bisa juga sudah jenuh dengan wajah lama yang sudah dua sampai tiga periode menjadi wakil mereka di legislatif tapi stagnan, tidak ada kebijakan politik yang menguntungkan mereka.

Pengamat kebijakan publik Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Kristian Widya Wicaksono menyarankan Pemerintah berinovasi, mencari sumber pembiayaan untuk program makan siang dan susu gratis.
Pengamat kebijakan publik Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Kristian Widya Wicaksono menyarankan Pemerintah berinovasi, mencari sumber pembiayaan untuk program makan siang dan susu gratis. (Istimewa)

"Masyarakat bisa jadi merasa bahwa jalan keluar dari stagnasi itu penyegaran dengan memilih anggota legislatif baru yang diharapkan bisa memberikan kontribusi konkret terhadap perubahan kebijakan publik. Meski demikian, kita juga harus realistis bahwa para caleg terpilih ini tetap akan mengikuti keinginan parpolnya masing," katanya.

Kristian juga berharap, para anggota legislatif muka baru ini dapat memberikan terobosan kebijakan yang tidak terikat pada pakem lama.

Para anggota legislatif yang baru, menurut Kristian, juga harus memiliki keberanian untuk membuat terobosan terobosan kebijakan tersebut.

"Meskipun juga harus diakui bahwa para anggota legislatif baru ini tetap saja terikat pada parpolnya masing-masing. Artinya, dalam pengambilan keputusan mereka akan tetap mengikuti arah politik dari parpol mereka masing-masing," ujarnya.

Meski demikian, ujar Kristian, masih terlalu dini untuk menilai bahwa anggota legislatif yang baru ini akan membawa perubahan pada produk regulasi. Bukan saja di pusat, tapi juga di daerah, apakah itu tingkat Provinsi Jawa Barat atau di tingkat di Kota Bandung.

Khusus di Kota Bandung, ungkapnya, masyarakat harus menunggu sampai dengan terbitnya Perda Kota Bandung yang baru untuk memastikan bahwa perubahan memang benar-benar nyata. 

"Bagaimana pun kita perlu memahami bahwa meski mereka wajah baru di DPRD, tetap mereka berasal dari partai politik tertentu," ujarnya.

Sudah pasti ada ideologi dan garis kebijakan partai yang harus mereka ikuti.

Tak mungkin mereka membuat terobosan kebijakan yang bisa merugikan dirinya sendiri atau elit partai politiknya meski harus mengorbankan kepentingan rakyat.

"Jadi, bagaimana pun secara realistis kami tak bisa berharap bahwa akan ada perubahan yang sangat drastis dengan hadirnya wajah-wajah baru," ujarnya.

Di sisi lain, terpilihnya wakil-wakil rakyat yang baru menunjukkan bahwa aspirasi politik masyarakat pemilih adalah menginginkan perubahan nyata atas kebijakan yang dihasilkan oleh penyelenggara pemerintahan.

Hal yang sama, ujar Kristian, terjadi di Kota Bandung.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved