Kisah Ustaz Hendra, Dulu Terjerat Narkoba, Kini Majukan Pesantren Miftahul Khoir lewat Alifba

Siapa sangka penghasilan penjualan dari produk fesyen Alifba ini mampu membantu perekonomian Pesantren Miftahul Khoir.

Tribun Jabar/ Putri Puspita
Pendiri sekaligus pengelola Alifba, Yusuf Hendra Saputra 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Suara deru mesin jahit dan alunan musik dangdut terdengar di ruang produksi Alifba yang ada di Pesantren Miftahul Khoir, Jalan Tubagus Ismail VIII No 60, Cigadung, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat.

Ruangan yang tidak begitu besar ini menampung 4 mesin jahit dan di bagian lantai atasnya terdapat alat sablon.

Beberapa pegawai tampak begitu cekatan memotong, menjahit, dan melepaskan sisa-sisa jahitan yang menempel di pakaian yang sudah jadi untuk siap dikemas.

Dibalik ruangan yang sederhana ini, siapa sangka penghasilan penjualan dari produk fesyen Alifba ini mampu membantu perekonomian Pesantren Miftahul Khoir.

Baca juga: Mengintip Tungku Kayu Bakar Tempat Masak Para Santri di Pondok Pesantren AL Hamidiyah Pangandaran

Pendiri sekaligus pengelola Alifba, Ustaz Yusuf Hendra Saputra mengatakan, nama Alifba itu diambil dari nama anaknya yang pertama dan kedua, sesuai dengan abjad dalam bahasa Arab.

Alasan Ustaz yang menyelesaikan pendidikan sarjana ekonomi Islam memilih usaha di bidang jasa sablon ini diakuinya karena sudah bingung mau melakukan usaha apa.

"Dulu saya sempat nyoba kerja di pemerintahan Tasikmalaya dan nggak cocok, lalu saya kabur ke Cirebon mencoba nambak bersama almarhum kakek tetapi selama tiga bulan nggak ada hasilnya. Akhirnya saya pulang ke Bandung dijemput oleh mamah dan diminta untuk diam di pesantren, ikut mengajar di pesantren, tetapi saya nggak mau," ucap Hendra saat ditemui di tempat produksi Alifba, Kamis (14/3/2024).

Hendra pun memilih untuk usaha membuka counter dan belajar mengenai servis handphone dan usahanya berjalan lancar.

Ia pun diminta untuk menikah oleh orang tuanya, hingga muncul kesadaran untuk kembali mengajar ke pesantren.

Sebuah pengalaman tak terlupakan pun terjadi di kehidupannya. Saat menjadi ojek online, Hendra mulai mengetahui dunia luar selain kehidupan di pesantren.

"Saya mulai mengenal clubbing, saya mengenal pemandu lagu, bahkan saya mengenal narkoba hingga dipenjara, setelah keluar saya nggak tahu harus usaha apa," ucapnya.

Bermula dari sang adik yang sudah sejak awal memulai usaha konveksi, Hendra pun didukung oleh sang adik untuk memulai usaha serupa.

Baca juga: Mengintip Tungku Kayu Bakar Tempat Masak Para Santri di Pondok Pesantren AL Hamidiyah Pangandaran

Ia pun diimingi akan mendapat keuntungan di akhir, tetapi hal tersebut tak kunjung datang.

"Saya nunggu keuntungan eh malah ngutang Rp 14 juta ke adik. Setiap minggu gajian cuma buat bayar yang kerja, buat makan ya ngutang, gitu aja terus selama dua tahun," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved