Mengintip Tungku Kayu Bakar Tempat Masak Para Santri di Pondok Pesantren AL Hamidiyah Pangandaran

Meski sudah rusak, tungku kayu bakar ini sudah memfasilitasi para santri santriwati di pondok pesantren tersebut untuk memasak nasi dan air minum

Penulis: Padna | Editor: Seli Andina Miranti
Tribun Jabar/ Padna
Suasana dapur santri santriwati di pondok pesantren AL Hamidiyah di Langkaplancar Kabupaten Pangandaran 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Dari dapur yang kumuh dan tradisional inilah, para santri dan santriwati di Pangandaran dibesarkan dan diberi bekal ilmu agama.

Dapur ini tepatnya berada di Pondok Pesantren AL Hamidiyah Cicau, Dusun Cigangsa, Desa Pangkalan, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran.

Kondisi dapurnya yang terlihat sangat sederhana tapi menjadi kenangan untuk para santri dan santriwati di pondok pesantren itu.

Tungku masaknya yang sudah rusak, hanya terbuat dari tanah liat dan di sampingnya menjadi tersimpan tumpukan kayu bakar.

Meski sudah rusak, tungku kayu bakar ini sudah memfasilitasi para santri santriwati di pondok pesantren tersebut untuk memasak nasi dan air minum sehari-hari.

Baca juga: Jalin Silaturahmi di Bulan Ramadan, Kapolres Indramayu Sambang Para Tokoh Agama di Pondok Pesantren

Ada sekitar 400 santri dan santriwati yang makan dari hasil memasak di tungku yang sangat sederhana. Dalam sehari, tungku kayu bakar ini digunakan dua kali masak.

Pengurus Pondok Pesantren AL Hamidiyah, Nanda Hasbi Nugraha mengatakan, memang dapur sederhana ini digunakan santri untuk memasak nasi dan air minum.

"Jadi, santri yang masak di sini sekaligus sambil belajar. Kalau teman nasinya, itu ada disediakan sama Eceu (perempuan yang dituakan)," ujar Nanda kepada Tribunjabar.id di halaman Pondok Pesantren AL Hamidiyah beberapa waktu lalu.

Sekali memasak, tungku kayu bakar ini bisa menampung 20 kilogram beras untuk makan santri putra dan 25 kilogram untuk makan santriwati atau santri putri.

"Sedangkan, dalam sehari kita masak 2 kali untuk pagi dan sore. Jadi, totalnya 90 kilogram beras yang dimasak dalam sehari," katanya.

Selain beras, untuk kebutuhannya para santri perbulan ada urunan Rp 30 ribu untuk fasilitas air, listrik, pengadaan kayu bakar dan untuk segala macam lainnya.

"Karena seperti kebutuhan suluh (kayu bakar) itu, dalam satu bulan bisa 3 mobil," ucap Nanda. *

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved