Pengelolaan Sampah di Tasikmalaya Disorot Antropolog Asal Republik Ceska: Bisa seperti Lombok
Lukas Fort menyinggung perihal keberpihakan pemerintah terhadap cenderungnya pembangunan infrastruktur daripada mengatasi soal sampah.
Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Hermawan Aksan
Sebagai seorang antropolog sosial dan budaya dengan fokus regional di Indonesia, ia tertarik membawa perspektif budaya mengenai lingkungan ke dalam percakapannya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kekuasaan, kelas, gender, etnis, ekonomi, dan materialitas.
Tesis doktoralnya membahas peran budaya dan keadilan sosial serta lingkungan dalam pengembangan layanan pengelolaan sampah baru di Sumbawa, Indonesia.
Lukas merupakan pemenang John Legge Prize 2022 untuk tesis terbaik dalam Studi Asia di seluruh Australia.
Sekda Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan, mengatakan, masukan dari Lukas yang dituturkan selama acara berlangsung bisa dibahas lebih lanjut oleh pemerintah.
"Kami dengar bahwa dia (Lukas) adalah seorang peneliti lingkungan di Indonesia."
"Pandangan dia soal pentingnya kerja sama dan budaya kebersihan itu bisa dibahas lebih lanjut, karena itu memang penting," ujar Ivan.
"Dengan begitu, kami berterima kasih sudah memberikan kritik dan masukan, baik dari Lukas sebagai antropolog maupun dari para aktivis lingkungan yang hadir," katanya. (*)
Kecewa 15 Tahun Jalan Rusak Tak Diperbaiki, Warga Parungponteng Segel Kantor Bupati Tasikmalaya |
![]() |
---|
BREAKING NEWS, Warga Parungponteng Segel Ruangan Kerja Bupati Tasikmalaya |
![]() |
---|
Empat Pelajar Asal Kota Tasikmalaya Jadi Wakil Indonesia di Ajang ESI 2025 Abu Dhabi |
![]() |
---|
BPBD Catat 3 Bencana Alam di Tasikmalaya dalam 2 Hari, Terbesar Longsor di Desa Pancatengah |
![]() |
---|
Lebih dari 3.800 Tenaga Honorer Kabupaten Tasikmalaya Menunggu Nasib Diangkat Jadi PPPK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.