Masjid Besar Al-Ikhlash Sagalaherang, Tertua & Bersejarah di Subang, Lantainya Bisa untuk Bercermin
Kecamatan Sagalaherang sempat jadi pusat pemerintahan setingkat kabupaten pada masa penjajahan Belanda.
Penulis: Ahya Nurdin | Editor: Januar Pribadi Hamel
Laporan Kontributor Tribunjabar Subang, Ahya Nurdin
TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Kecamatan Sagalaherang sempat jadi pusat pemerintahan setingkat kabupaten pada masa penjajahan Belanda.
Selayaknya tata ruang kompleks pemerintahan pada masa itu, rumah ibadah atau masjid menghadap alun-alun dan dekat kantor pemerintahan.
Selain itu Kecamatan Sagalaherang Subang, menjadi salah satu daerah pusat penyebaran Islam pertama di Kabupaten Subang.
Baca juga: Menengok Ponpes Bani Al Ghoni Sukabumi, Ponpes Penghasil Pemain Bola, 3 Santri Main di Persis Solo
Hal tersebut ditandai dengan adanya situs kuno Nangka Beurit yakni makam penyebar Islam pertama di Subang Wangsa Gofarana sejak abad ke 15.
Selain situs kuno Nangka Beurit, juga terdapat masjid tua. Bahkan masjid tersebut disebut-sebut sebagai masjid pertama dan tertua di Kabupaten Subang.
Masjid tersebut adalah Masjid Besar Al-Ikhlash yang saat ini berdiri megah di Alun-alun Kecamatan Sagalaherang, Subang.
Sejauh penelusuran sejarah dari cerita masyarakat setempat, masjid pertama di sana didirikan pada 1870 oleh kepala daerah yang dikenal dengan nama Demang Ayub. Makam beliau juga ada di sekitaran masjid.

Awalnya, masjid berukuran 15 meter x 20 meter itu bernama Masjid Jami Kaum Sagalaherang. Nama dan tahun pembangunannya konon tertulis dalam kaligrafi di prasasti yang dipasang di atas mihrab.
Akan tetapi, prasasti dari kayu jati berukuran 5 meter x 3 meter itu dikabarkan hilang, setelah sering kali diikutsertakan dalam pameran bersama pentungan atau kohkol masjidnya.
”Prasasti tersebut menjadi satu-satunya bukti sejarah pembangunan masjid ini,” kata Gaos Silahudin, tokoh masyarakat sekaligus Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Al Ikhlash, Rabu(13/3/2024)
Menurut kakek saya dulu, kala itu, Masjid Jami Kaum Sagalaherang terkenal sangat indah dan unik.
Bagian yang paling menarik, menurut sang kakek, adalah lantai ruang salatnya yang berwarna merah mengilap.
"Konon, lantai tersebut terbuat dari campuran tepung bata merah dengan peueut yakni bahan pembuatan gula merah yang berasal dari pohon aren atau yang disebut tuak aren," katanya
Menurut pengakuan kakeknya, lantai masjid itu sangat mengilap sampai-sampai ia bisa becermin saat sujud.
"Selain itu, konstruksinya juga diklaim sangat kuat seperti batu. Keunikan itu pun menjadi kebanggaan masyarakat Sagalaherang saat itu," ucapnya
Gaos pun sempat menunjukkan foto bangunan masjid yang lama. Foto yang diperkirakan diambil pada 1365 Hijriah atau sekira 1945 Masehi, tepatnya setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
”Kalau dilihat, atapnya dulu itu mirip Masjid Demak di Jawa Tengah,” katanya.
Bangunan masjid lama-kelamaan rusak hingga akhirnya dipugar pada 1965 oleh arsitek ITB, sekarang beliau masih jadi dosen di Itenas yakni bernama Iyep Rumansyah. Namun, pembangunannya terkendala biaya.
Pembangunan masjid itu pun akhirnya diteruskan pada 1970-1971 oleh Komandan Rayon Militer sekaligus Ketua Majelis Ulama Kecamatan saat itu, bernama Hasyim Asyari, juga terkendala biaya
”Tapi, pembangunannya tak sesuai rencana awal yang digambarkan arsiteknya. Jadi, hasilnya kurang bagus,” ujar Gaos.
Nama masjid itu turut diubah menjadi Masjid Agung Al Muawanah Kecamatan Sagalaherang. Kondisi masjid itu terus memburuk hingga warga kesulitan memperbaikinya lagi secara swadaya.
Hingga kemudian, masjid dibangun ulang dengan biaya dari bantuan Menteri Perhubungan saat itu, Haryanto Dhanutirto.
Pembangunannya dilakukan secara profesional melibatkan arsitek dari Institut Teknologi Bandung, dengan meniru bangunan masjid di Madinah
”Waktu pertama kali warga melihat gambar rancangannya, sudah kagum dengan keindahan masjid. Saat itu, masjid tersebut yang terindah di Subang, dan hingga saat ini masjid tersebut berdiri kokoh dan menjadi kebanggaan warga Sagalaherang,” katanya.
Selain mengalami pengubahan total pada arsitekturnya, kawasan masjid juga mengalami perluasan hingga berukuran 33 meter x 33 meter.
Sesuai permohonan istri Haryanto Dhanutirto, masjid itu diresmikan pada 25 September 1996 dengan nama baru yakni Masjid Besar Al Ikhlash Sagalaherang.
Hingga saat ini, rupa cantik masjid mungkin sudah mulai pudar karena perkembangan zaman. Namun, sejarahnya yang panjang, menjadi kebanggaan masyarakat Sagalaherang.
Masjid Besar Al-Ikhlash Sagalaherang berdiri megah di kawasan Alun-alun Subang dengan 4 menara yang sangat tinggi berwarna biru dan arsitektur yang sangat modern mencontoh masjid-masjid di Arab saudi.
Selain itu halamannya juga sangat besar berada di pinggir jalan provinsi penghubung Jalancagak Subang dan Wanayasa Purwakarta. (*)
Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.
IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI
Tawuran Pelajar demi Konten di Subang Berakhir Maut, 1 Orang jadi Tersangka, 5 Anak Statusnya ABH |
![]() |
---|
SMPIT As-Syifa Juara 1 SIF 2025, Siswa Ciptakan Tempat Sampah Pintar Berbasis IoT |
![]() |
---|
Ribuan Paket Online Hangus di Tol Cipali: Truk Ekspedisi Terbakar di Subang, Ini Penyebabnya |
![]() |
---|
Unik, Nama Wakil Bupati Sumedang ini Ternyata Singkatan "Alhamdulillah Dia Lahir" |
![]() |
---|
Tawuran Berdarah di Pantura Subang, Barawal Saling Tantang di Medsos, Satu Remaja Tewas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.