Puting Beliung di Jatinangor
BRIN: Puting Beliung Rancaekek Kejadian Langka, Diduga Karena Lahan Hijau Jadi Kawasan Industri
Kawasan ini semula merupakan kawasan hijau, yang ditandai dengan banyaknya pepohonan.
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bencana ekstrem berupa pusaran angin kencang terjadi pada Rabu (21/2/2024) disertai hujan di Jatinangor dan Cimanggung (Sumedang), serta Rancaekek (Bandung).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumedang menyebut bencana ini terjadi sekitar pukul 15.30 WIB sampai 16.00 WIB.
Peneliti senior pusat riset iklim dan atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Didi Satiadi menjelaskan bahwa kejadian itu merupakan bencana ekstrem yang menunjukkan karakteristik puting beliung yang sangat kuat.
Ditambah, ditandai area terdampak yang luas disertai intensitas sangat kuat hingga menyebabkan bangunan rusak dan kendaraan terguling.
"Istilah puting beliung ini dikenal sebagai microscale tornado atau tornado skala kecil. Nah, karena ukurannya lebih kecil daripada tornado yang biasa terjadi di daerah lintang menengah, hal ini menggambarkan suatu kolom udara yang berputar sangat cepat mulai awan badai sampai ke permukaan tanah, dan biasanya berbentuk corong," ujarnya, Minggu (25/2/2024).
Dia menambahkan, hasil analisis awal penyebab kejadian ini kemungkinan adanya konvergensi angin dan uap air di daratan sekitar wilayah itu di sore hari yang menyebabkan pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat dan meluas.

Kemudian, proses pembuatan awan membebaskan panas laten yang berikutnya meningkatkan aliran udara ke atas.
"Aliran udara ke atas yang semakin kuat akan menumbuhkan lebih banyak awan. Siklus umpan balik positif ini, menyebabkan aliran udara ke atas menjadi semaki kuat dan dapat berputar karena adanya windshear (perbedaan arah/kecepatan angin). Kolom udara yang berputar semakin kuat dapat mencapai permukaan tanah dan menghasilkan puting beliung," ujarnya.
Lanjutnya, perbedaan antara tornado dan puting beliung, biasanya tornado terjadi dalam awan badai yang terbentuk sepanjang front (batas antara dua massa udara yang berbeda) atau di dalam awan badai supersel.
Baca juga: Penjelasan soal Puting Beliung dan Tornado serta Apa yang Menyebabkan Terbentuknya Puting Beliung
Sedangkan puting beliung biasanya terjadi karena proses konveksi lokal di dalam awan badai dan biasanya berkaitan downburst/microburst (aliran udara ke bawah) yang kuat.
"Dari segi skala, tornado biasanya lebih besar dan lebih kuat, dengan angin yang lebih kencang dan diameter yang lebih besar. Daripada puting beliung yang biasanya lebih kecil dan kecepatan angin yang lebih rendah," ujarnya.
Tornado dapat berlangsung hingga beberapa jam. Sedangkan puting beliung biasanya berlangsung lebih pendek hingga beberapa menit.

Tornado biasanya terbentuk di wilayah garis lintang menengah dengan gradien/perbedaan temperatur yang tinggi.
Sedangkan puting beliung biasanya terbentuk di wilayah tropis, di mana konveksi sangat aktif karena kondisi atmosfer yang hangat dan lembap.
Dampak tornado biasanya lebih dahsyat dibandingkan dengan puting beliung.
BPBD Sumedang Kesulitan Pemenuhan Terpal untuk Korban Angin Puting Beliung yang Atap Rumahnya Rusak |
![]() |
---|
Korban Angin Puting Beliung di Sumedang Dapat Bantuan, dari Terpal, Makanan, hingga Obat-obatan |
![]() |
---|
Kawasan Industri Dwipapuri Sumedang yang Masih Berantakan Setelah Diterjang Puting Beliung |
![]() |
---|
Dampak Angin Puting Beliung di Bandung, Data dari BPBD: Ratusan Bangun Rusak |
![]() |
---|
Masih Baru, Masjid Al-Barokah di Citangulun Sumedang Rusak akibat Puting Beliung, Atap Bolong |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.